Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Acak-acak. Acak-acak. Kesal. Kuacak-acak rambut saggy-ku. Kuacak-acak lembaran-lembaran kertas di meja. Kesal.
Kupelototi jam meja. “Ah. Serius. Udah setengah satu aja.“ Kuteliti lembaran Word di layar komputer. Belum ada kemajuan dari satu setengah halaman sejak setengah dua belas tadi.
“Ini apa?“ maju wajahku menempel layar, bolak-balik ku-scroll halaman itu.
“Angkat wajannya… awas panas… ah, ulet keket, minggir sini biar—ini bukan… tunggu dulu…Dimana Aku pernah lihat ini?” Aku berpikir, “Ini mimpi aku tadi? Hahaha!”
Kumundurkan tuts-tuts keyboard ke kalimat-kalimat dan rentetan huruf absurd. Hapus. Hapus. Hebat kali Aku, sampai mimpi bisa kuketik. Jangan-jangan Aku anak indigo. Haha!
Pantas tak selesai-selesai ini tugas. Bolak-balik Aku tertidur. “Hoaahmmm...!”
“Oke. Fokus. Fokus, Bey!“ kutenggak sisa air di gelas di sudut meja. Kuregangkan sejenak tulang-belulangku mengikuti simfoni The Crystal Method di music player.
"Maka dari itu, riset ini "
Aku berhenti mengetik.
Kurasakan getaran.
Aku diam.
Musiknya kah? Kucopot earpiece dari telinga.
Kuamati lagi.
Kusadari getaran itu bukan dari musik tetapi merambat dari tulang ekorku, naik dan terus naik hingga tengkukku. Lalu berhenti.
Bulu kuduk. Bulu kudukku bergetar bersama jantungku.
Tak berani bernapas lebih-lebih melirik, aku membeku.
Kutunggu.
Kutunggu...
Kutenangkan hati.
Setelah yakin, kutarik napas perlahan. Perlahan...
Tapi musik di komputer tetap ku-pause, seolah itu ada hubungannya dengan getaran tadi. Berhasil mengumpulkan kembali konsentrasi, kumulai kembali tugasku.
Tak lama getaran itu kembali.
Aku menegang.
Kembali jantungku bergetar bersama getaran itu beberapa saat.
Ketika hening lagi, Aku meragu. Apa udahan aja ya? Apa Aku disuruh udahan ya?
Aku menggeleng. Besok deadline-ku. Dan Bu Irma gak kenal kompromi.
Tapi…
Getaran itu pun kembali. Kini lebih keras dari yang sudah. Lebih jelas. Lebih nyata!
Sontak kugebrak meja.
“APA SIH!” entah dari mana keberanian itu muncul, ku berteriak.
“AKU GAK GANGGU KALIAN YA! GAK USAH GANGGUIN AKU! AKU MAU NGERJAIN TUGAS, TAU!”
Ngos-ngosan, Aku diam. Kini satu-dua keringat dingin mulai menuruni bukit dahiku.
Getaran itu masih berlangsung.
Tetapi getaran ketakutan di hatiku sudah urung.
Yang tersisa kini kekesalan.
Lalu Aku mengernyit.
Tunggu dulu…
Kuperhatikan lenganku yang terbaring di meja. Mereka bergetar juga.
Di hadapanku, layar komputerku, juga. Jam meja juga.
Kutegakkan duduk, menoleh ke belakang.
Sandaran pegas kursiku bergoyang.
Refleks kuangkat pandangan ke langit-langit kamar.
Lampu gantung disana bergoyang.
Kusontak berdiri, mundur menjatuhkan kursi.
Dan berlari.
“MAMAAAAAAA! PAPAAAAAAA!!!! DIOOOONNNNNNN!!! KEISHAAAAAAAA!!! BANGUUUUUUUUNN!!!!” Teriakku. “GEMPA BUMIIIIIIIIIIIII!!!!!!!!!!”