Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Akbar pulang dari kampus menaiki vespa bututnya sore ini. Begitu banyak tugas dari dosen-dosen itu yang harus dikerjakan sampai-sampai ia harus bergadang lagi malam ini.
Di depan laptopnya, ia mulai mengetik tugas-tugas itu, ditambah cepatnya wifi rumah karena ia memang sendirian sekarang. Jam mulai menunjukkan pukul sembilan. Ia makin risih dengan suara daun diluar kamarnya. Ia pun mulai menyetel lagu barat.
Ia menyetel lagu Despacito.
“Despacito,......hjadkgas...........djhdad........tsstwtjsklhf, kjhakjhdfalopjhadjha, despacitoo..”
Maklum saja, liriknya susah ya jadinya begitu.
Bssszzzccittt...
“Eh ini kenapa lagi sih? Perasaan baru kemarin deh di servis.”
Dan terdengarlah lagu lingsir wengi dari laptopnya.
“Oh mai got! Gue k..kan gak punya lagu ini!”
Lalu lampu tiba-tiba mati.
“Gyaaa!!”
Cepat-cepat ia menyalakan senternya dan berjalan merayap.
“Mamaa..”
“Kyaa.. boneka siapa ini!”
Grep!
“Siapa yang pegang kaki guee..”
Tapi begitu dicek, tak ada apa-apa. Lampu menyala lagi dan semua kembali normal. Laptopnya menyetel lagu Despacito dan ia masih berdiri kikuk di depan pintu kamarnya.
Krasak. Ia melihat ke arah ruang makan. Ia merasa ada sesuatu yang lewat. Ia lalu pergi ke sana untuk melihatnya
“Woy! Jangan ngerjain gue!”
“hihihihi..”
“Nggak lucu tau!”
Plek. Ia memutar badan kebelakang.
“Booo!”
“Uwaaaaaa....!!!!”
Tiga sosok hantu membuatnya terjerembab dan menangis.
“Huuuu..”
“Jangan nangis! Aduhhh.. semua lepas topengnya!”
Ternyata para hantu itu adalah Irfan, Diki, dan Nina, teman Akbar.
“Gila lo semua!” teriak Akbar.
“Sorry Bar.” Ujar Nina.
“Kita kan Cuma main-main.” Lanjut Diki.
“Terserah deh! Gue capek ama kalian!”
“Eleh, lo tuh cowok, penakut amat!” seru Irfan.
“Gue bakal balas dendam! Nanti kalian bakalan aku kagetin, sekaget-kagetnya!”
“Eh, Akbar..”
“Keluar!”
Mereka bertiga keluar dan meninggalkan Akbar sendirian.
“Lo sih Fan, pake nyetel lingsir wengi segala!”
“Daripada lo Nin, pake matiin lampu segala, kan kaki gue kesandung meja tadi.” Ujar Diki.
“Udahlah! Kalian ini bisanya berantem mulu, kalo berantem di lapangan sana!”
Belum sampai keluar dari halaman mereka mendengar suara vespa.
“Eh?”
“Lho? Kalian ngapain di rumah gue? Pake kostum lagi. mau ngerjain gue ya?” Akbar menginterogasi mereka.
“Lo habis darimana?” tanya Irfan.
“Tadi sore gue ke rumah sakit buat jagain mak gue, ini baru pulang.”
Mereka bertiga kaget. Sekaget-kagetnya. Lantas, tadi siapa yang ada di dalam?
Tamat.