Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Aksi
Terompah Penyambung Hidup
2
Suka
1,533
Dibaca

Aku bergegas memasuki pintu masjid. Namun, seseorang di luar  membuatku menghentikan langkah. Tepat saat imam mengucap i’tidal rakaat pertama, dia menghambur lantai. Aku jadi ingat sandal-sandal jamaah yang sering hilang, terompah kulit buaya milik bapak salah satunya. 

Sesuai dugaanku, dia pergi setelah menyadari aku mengawasi aksinya. Aku naik pitam, tidak akan membiarkannya kabur. Aku pastikan dia akan mendapatkan pelajaran.

Aku berlari sampai sebuah gang kecil bercabang. Saat hampir menarik kaos hitam pencuri itu, terdengar suara berderit dari arah berbeda. Seorang ibu kepayahan mendorong kursi roda, aku tidak tega, lantas ikut mendorong. 

Jejak pencuri itu hilang di ujung gang. Aku kesal, berharap dia belum jauh, dan ada petunjuk lain untuk menemukannya.

“Mau permak sendal, Bang?” 

Seseorang menyapa, tepat saat aku sampai di rumah si ibu. “Permak Sandal Oji”, tertulis di sebuah plang. Ini menyedihkan, tapi bapak inilah pencuri yang mengambil sandal-sandal di masjid tadi. Aku bersiap menarik kerah kaosnya, dan meninju hidungnya.

“Doakan bapak, ya, Tiara.” Pencuri itu mengelus kepala adik cantik yang duduk di kursi roda. 

Aku terenyuh, semua orang memang sedang bertahan hidup di zaman yang serba sulit.

Menelantarkan anak-istri adalah maksiat. Makan sesuatu yang haram juga maksiat. Tidak berubah nilai maksiat hanya karena membandingkan dua jenis kemaksiatan. Sama-sama perbuatan yang Allah benci.

Ini bukan perkara sok suci, jusru ini tentang kerugian. Jika diteruskan, mereka akan kehilangan berkah hidup. Tidak ada tempat bagi cahaya di cermin yang kotor.

 “Pak, yang ini. Saya ambil.”

Aku membeli tanpa menawar, dengan harga yang lebih mahal. Tidak apa, win-win solution. Aku berhasil mendapatkan terompah kulit buaya milik bapak, sekaligus mengetahui identitas pencuri sandal yang meresahkan. 

Aku menepuk dahi, berlari. Aku adalah masbuk yang melewatkan sholat subuh berjamaah, demi mengejar pencuri. Ini juga maksiat, “astaghfirulloh.”

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (1)
Rekomendasi dari Aksi
Flash
Terompah Penyambung Hidup
Binar Bestari
Flash
Bronze
100 Kode Area Panggilan Telepon
Silvarani
Flash
November dan sebuah kotak musik tua
Lukitokarya
Skrip Film
Herman And Friends
Herumawan Prasetyo Adhie
Novel
Gold
The Young Elites
Mizan Publishing
Flash
Secangkir coklat di musim dingin
Lukitokarya
Novel
genre random
salman
Flash
Bronze
Takdir si Jabrik
Afri Meldam
Cerpen
Bronze
Sengkuni
Sri Wintala Achmad
Novel
THE VISIBILITY
Dwi Budiase
Cerpen
Bronze
VIP Rank Party wo Ridatsu shita Ore wa
Mochammad Ikhsan Maulana
Flash
Ukulele Ayah
Aniqul Umam
Skrip Film
Egg, Roll, Action!
Reyan Bewinda
Novel
REVENGE NIGHT
AKHSANA SABIL
Skrip Film
Cinta yang Keparat
Yudhi Herwibowo
Rekomendasi
Flash
Terompah Penyambung Hidup
Binar Bestari
Flash
Kopi 10 Menit
Binar Bestari
Flash
Perempuan: Joki Tong Setan
Binar Bestari
Flash
Ibu Setengah Hari
Binar Bestari
Flash
Legasi Emak
Binar Bestari
Flash
Kepingan Malam
Binar Bestari
Flash
Broken Wedding
Binar Bestari
Flash
Dompet Kulit di Stasiun
Binar Bestari
Cerpen
Bronze
Curcollatte
Binar Bestari
Flash
It's Oke
Binar Bestari
Flash
Cahaya Di Atas Perahu
Binar Bestari
Flash
Kotak Hitam & Selembar Uang
Binar Bestari
Flash
Diculik Jodoh
Binar Bestari
Flash
Kembalinya Theresia
Binar Bestari
Flash
Rahasia
Binar Bestari