Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Jeff terdiam. Mendengarkan tangis Savana yang tak kunjung henti. Diliriknya cewek berambut sepinggang itu menenggelamkan kepala di antara dua lutut yang dipeluk.
Hatinya tergerak untuk jongkok dan mengelus rambut Savana yang wangi. “Sorry, Sav. Gue gak maksud nyakitin lu,” katanya dengan suara melembut.
Savana mendongak, melihat Jeff yang matanya masih merah. “Lu udah janji gak bakal minum lagi, Jeff,” ucap Savana pelan.
Jeff menarik napas. Kemudian dia duduk di samping Savana sambil melihat langit-langit. “Gue tadi pagi ketemu nyokap. Lagi gandengan mesra sama salah satu pejabat gendut,” kata Jeff. Bibirnya tersenyum miring.
Savana menghapus air matanya. “Lu bisa cerita sama gue, Jeff. Ga usah minum-minum gitu,” bisik Savana yang sekarang menggeser duduknya mendekati Jeff.
Jeff tertawa sinis. “Emang bisa?” tanyanya.
Savana terdiam. Hidupnya serasa tidak berguna. Apalagi setelah mendengar Jeff barusan. Ketika pacarnya itu butuh didengar dan dihibur, Savana malah menceritakan segala kesedihan dan ketidakbergunaannya dalam hidup. Dia kembali terisak. “Sorry, Jeff… gue emang gak guna!”
Jeff kembali menarik napas dalam. Antara menjadi caregiver Savana atau melepaskan emosinya setelah melihat ibu kandungnya lagi-lagi berselingkuh dengan pria kaya yang cuma ingin tubuh molek nyokapnya—cuma demi duit. Dia tidak tahu mana yang harus didahulukan.
Jadi, Jeff ikut meraung bersama Savana. Mereka berpelukan dan saling merasakan luka.
Dering alarm membuat Savana melepas pelukan Jeff. Diusapnya wajah, terutama pipi. Dimatikannya alarm segera.
“Jadwal dokter Nico?” tanya Jeff menyebut psikolog langganan pacarnya. Savana mengangguk. Jeff berdiri, mengusap air mata. Kemudian meraih kunci motor di jaket yang tergantung di balik pintu. “Gue anter. Tapi kita makan dulu.”
“Telor dadar?” tanya Savana.
Jeff mengangguk. “Pake paru goreng sama sambel ijo!”
Savana mengacungkan dua jempol pelan. Kemudian disambarnya tas di kursi. “Lu yang bayar?” tanyanya pada Jeff yang sudah keluar menuju motornya di halaman.
“Iya. Nyokap tadi udah transfer,” jawabnya setengah tersenyum sebelum menyela motor.