Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Ketika langit hampir runtuh, kunaiki pesawat intergalaksi yang terparkir di lapangan bisbol.
Komet-komet keluar lintasan, bintang-bintang kehilangan gravitasi—atau tertarik pada gravitasi baru yang lebih kuat, planet-planet bergerak tak tentu arah. Inilah yang diramalkan Tuan Bang. Ketika Bimasakti dan Andromeda bersatu, tarik menarik seperti magnet berbeda kutub, langit akan runtuh.
"Bersiap untuk guncangan!"
Kukencangkan sabuk pengaman demi melihat pusaran kegelapan yang menanti di depan sana. Black hole, di antara bintang Hx8 dan MT0O . Sebuah jalan menuju dunia lain. Bukan. Itu adalah jalan menuju langit lapis kedua.
Orang primitif tidak akan mempercayai bahwasanya langit berlapis. Teknologi mereka belum bisa menjangkau misteri jagad raya. Itu sekitar seratus ribu tahun lalu, ketika Homo Sapiens berkuasa. Evolusi memang tak pernah berjalan cepat.
Sekarang cerita mereka hanyalah mitos. Kami tahu bahwasanya ada tujuh lapis langit. Terpisah oleh masing-masing black hole yang tersembunyi di sudut-sudut jagat.
Lapis pertama adalah tempat makhluk hidup berkembang biak pesat di seluruh galaksi. Lapis kedua hanya berisi planet panas dan bintang terlalu terang. Tapi itu beberapa juta tahun yang lalu. Yang kita lihat di kaca teleskop selalu dari waktu lampau. Para ilmuwan percaya kini langit kedua siap huni dan ke sanalah kami sekarang.
Lapis ketiga berupa serpihan-serpihan gas, segumpal calon bintang dan awan panas yang bergerombol padat. Lapis keempat gumpalan nebula yang mulai memadat. Seakan mereka berkoloni. Lapis ke lima hanyalah kabut asap tipis seperti awan sirus yang mengapung. Lapis keenam tidak ditemukan gambaran apa pun. Belakangan terdengar suara-suara menggelegar dahsyat dari pesawat antariksa tak berpenghuni.
Sementara lapis ketujuh belum diketahui. Banyak teori yang berkembang tetapi yang paling populer adalah teori Tuan Bang yang mengatakan bahwa langit ketujuh adalah ketiadaan. Katanya itu adalah tempat Omnigod hidup. Sang pencipta yang mengumpulkan kekosongan dan merelakan diri hancur demi tercipta alam semesta.
Aku tak sabar menanti melihat langit kedua dengan mataku sendiri. Yah, planet Civ sudah sangat usang dan rusak. Tak ada satu orang pun yang akan menyesal meninggalkannya.
"Mohon aktifkan mode pengaman penuh. Sesaat lagi guncangan hebat akan terjadi."
Kuikuti perintah si pramugari AI dengan patuh. Segera tubuhku dibalut kapsul transparan yang kokoh dan mampu menahan guncangan sekelas tabrakan dengan asteroid. Teknologi kami sudah maju. Aku sudah bilang, kan?
Tetap saja aku penasaran dengan apa yang pesawat ini hadapi. Mata setiap orang akan terbelalak ngeri melihat sesuatu yang menghisap kami. Itu wormhole!
Pesawat bergerak cepat melawan gaya tariknya. Dari belakang suara berdebum begitu dahsyat nyaris membuat gendang telinga pecah. Pandanganku berputar-putar dengan kapsul yang berserakan bergerak cepat. Hal terakhir yang kuingat adalah pecahan kapal serta meteor yang begitu besar mendekatiku.
…
Aku tak tahu sudah berapa lama duduk, berlari dan berteriak di sini. Rasanya seperti satu jam? Tiga minggu? Lima tahun? Tujuh abad? Entahlah. Tak ada penunjuk waktu. Segalanya hitam tetapi aku bisa melihat ke seluruh penjuru bahwa memang tak ada apa pun. Hanya ada kapsul yang melindungiku. Sudah retak.
Perutku tak pernah lapar. Atau haus. Apakah aku di akhirat? Anehnya kenapa kapsulku mengikuti ke sini?
Bosan. Aku merebahkan diri, telentang, meringkuk, tengkurap, kayang. Tidak ada yang terjadi. Pernah kucoba bunuh diri tapi herannya aku tak pernah mati. Tidak ada alat bantu memadai untuk suicide.
Sampai akhirnya sesuatu di atas sana bergerak. Seperti langit yang dirobek kemudian rapi kembali. Sekilas kulihat kabut tipis bergerak sebelum sesuatu di atas tertutup. Oh, benar. Atas! Tak terpikirkan olehku jika sesuatu berada di atas sana.
Ketika kurebahkan diri lagi, tubuhku terapung. Sesuatu melilitku atau mungkin memelukku. Tapi tidak ada apa-apa. Sumpah! Inikah halusinasi? Rasanya lebih tenang dan damai.
"Korbankan dirimu," bisik sesuatu itu tidak terdengar. Tapi aku mendengarnya. "Uraikan setiap unsur tubuhmu dan biarkan kami menyemai."
Sekonyong-konyong, perasaan bahagia menyelimuti. Kulihat diriku hancur berkeping-keping, menjadi unsur yang lebih kecil dari atom dan menyebar ke seluruh penjuru tempat ini. Aku memuai, terus memuai dan ledakan-ledakan hebat terjadi menimbulkan atmosfer panas.
Entah berapa lama aku meledak hingga asap-asap muncul dan bergabung denganku, mengikatku kuat hingga setiap bagian diriku memanas dan menarik atau menghasilkan awan-awan debu yang lama kelamaan berpijar. Perlahan, kurasakan seluruh bagian diriku turun dan terus turun dengan sangat lambat dan lembut.