Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Sepulang sekolah pukul 01.30 Wib di rental playstation.
"Oke, Luca, ayo kita bertanding secara fair play," kata Riyu sambil menatap mataku dalam-dalam.
Ngelihat Riyu bersemangat seperti ini aku jadi penasaran apakah kemampuannya sudah meningkat pesat?
Riyu selalu memakai Real Madrid dan mengandalkan Roberto Carlos yang berposisi sebagai wing back, tapi dipaksa menjadi striker. Bukan rahasia lagi kalau Roberto Carlos terkenal dengan tendangan samber geledek. Kalau sudah menendang dari luar kotak penalti, 90% gol. Riyu itu penganut sekte 4-3-3 total football Timnas Belanda. Tapi dalam perjalanannya, permainan itu berubah menjadi gaya kick and rush ala Premier League, intinya menyerang total.
Sedangkan aku adalah penggemar berat AS Roma dengan gaya permainan catenaccio timnas Italia. Aku menerapkan pola 4-3-3 yang kadang bertansformasi menjadi 4-2-3-1 dengan mengandalkan trequartista: Totti, Delvecchio, dan Montella, serta didukung penuh oleh sang ujung tombak Batistuta. Formasi ini sangat kuat dalam bertahan maupun menyerang.
Permainan pun dimulai dengan bola pertama dari AS Roma. Setelah kick off, aku langsung melancarkan serangan lewat Totti yang kerjasama satu dua dengan Montella di sisi kanan dan Delvecchio di sisi kiri, kemudian aku memberikan umpan lambung ke kotak penalti dan disundul oleh Batistuta, tapi bola dapat diblok oleh kiper Real Madrid, Casillas.
Tak disangka, Riyu yang tingkat intelegensiannya setara denganku (dalam bermain game), berhasil memberikan perlawanan sengit di lima belas menit pertama. Mulutku hanya bisa cemberut menyaksikan tim kesayanganku diserang habis-habisan. Setiap kali Riyu menembak bola ke gawangku, dia teriak, "Gol!!!" Tapi, aku menimpali, "Gol kick." Kalau aku membuat pelanggaran Riyu bilang, "Sit... sit... sit." Tapi, aku menimpali lagi, "Siti Markonah!!!" Tapi, setiap Riyu berdiri, gantian aku yang teriak, "Woy, curang!!!" Karena dia berdiri tepat di depan layar tivi.
Setelah berusaha dengan keras, akhirnya Riyu berhasil melesakkan gol lewat tendangan keras Roberto Carlos dari luar kotak penalti.
"Kau lihat itu, Luca!" ejeknya, terus-terusan me-replay gol pertamanya.
Aku sempat berpikir untuk bermain curang, seperti memotong kabel stik PS dengan cutter atau berpura-pura izin ke depan, lalu mematikan meteran listrik agar pertandingan bisa diulang kembali.
Aku terus berupaya membongkar pertahanan Riyu dari berbagai sisi. Ketika pertandingan memasuki menit akhir babak pertama, aku berhasil mencetak gol balasan lewat tandukan Batistuta setelah menerima umpan crossing dari Montella.
"GOOOLLL!!!" semprotku.
"Busettt, mucrat semua air liurmu ke wajahku," keluh Riyu.
Setelah turun minum, aku semakin meningkatkan intensitas serangan. Hasilnya, Totti yang lolos dari jebakan offside setelah menerima umpan terobosan dari Montella, berhasil melesakkan gol indah. Skor sementara berbalik menjadi 2-1 untuk keunggulan AS Roma.
Dua tim di layar kaca masih bertarung dengan sengit. Keunggulanku tak bertahan lama, sebab Riyu berhasil mencetak gol balasan melalui tentangan bebas. Selang beberapa menit kemudian, Raul menjadi pahlawan setelah mencetak gol dengan tendangan first time. Real Mandrid memimpin satu angka.
Memasuki menit akhir, bek Real Madrid melanggar Batistuta di kotak terlarang, dan aku pun mendapat hadiah penalti. Bak ketiban durian runtuh, aku tak menyia-nyiakan kesempatan ini.
Hasil akhir: AS Roma 3 - 3 Real Madrid. Walau seri aku tetap menang, karena status kemenangan terakhir belum tergoyahkan. Sedangkan Riyu naik level menjadi kalah terhormat karena sebelumnya kalah memalukan.