Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Ini adalah cerita seorang pria, seseorang yang merasakan beban kegagalan, dimulai dari kesalahan dia di pekerjaannya.
Saya duduk di kursi ku di depan laptop, memandang layar silau menyala, ditengah kegelapan malam sambil merasakan sial terbaru ku. Karena disebut nama saat teman di tanya Human Capital terkait pembuatan surat, padahal kita sudah meminta izin sama atasan, ternyata salah prosedur.
Memori masa lalu berdatangan ke dalam kepala, segala kegagalan yang terjadi.
Saya mengingat seorang teman yang mengajak bekerja sama, untuk membuat usaha membangun dan renovasi. Tapi kita gagal untuk mencari client, saya ingat saya bertanya ke keluarga, ke teman yang saya kenal, dan dikarenakan tidak ada yang bisa kita dapatkan pada akhirnya kita sampai mencari usaha di bidang jual beli properti. Dalam kepalaku banyak bisikan, mengatakan itu semua adalah kesalahan ku.
"kamu kurang usaha" "tidak ada yang percaya dengan mu" "teman kamu terseret gara gara kamu" "kamu adalah beban"
Memori lain mulai berdatangan, kegagalan kegagalan lain yang lebih lama. Saya dan teman ku pernah berusaha membuka usaha makanan. Itupun gagal walaupun kami bertiga selalu menjaga stand, selalu mengecek inventarisasi, dan selalu mengecek penutupan toko. Gagal lagi.
"pemalas" "gagal" "sampah berjalan"
Kerap malam berlalu perasaan gagal semakin kuat baginya. Bisikan - bisikan semakin kencang, berubah menjadi teriakan. Duduk ditengah kegelapan dan silau layar laptop, kebisingan hanya ada di kepala pria ini. Semakin kencang. Kencangnya teriakan ini membuat kepalanya pusing ketika bangun di pagi hari. Tiada pagi hari tanpa hati yang sakit, tanpa kebencian menyambut hari baru.
Tidak ada orang didunia ini yang bisa mengerti betapa besar beban kegagalan ini mengganjal. Kegagalan temanku disebabkan oleh saya.
Saya sepertinya butuh bicara sama seseorang, tapi siapa yang mau mendengarkan seorang seperti saya. Ayah saya pun bosan mendengarkan keluh kesah, apalagi seorang teman, itupun yang tidak membenciku. Saya rindu pelukan, pelukan ibu. Mungkin psikolog. Tapi uang dari mana.
"gagal" "miskin" "kamu akan mati miskin" "kamu akan mati sendirian" "bunuh diri sebelum sengsara"
Tak berhenti teriakan dikepalanya, semakin kencang seperti bentak orang tuanya. Penyesalan dan kegagalan menenggelami tenggorokkannya, dia susah bernafas, tiap hirup udara semakin berat, mulut kering dan sakit.
Kegagalan semakin banyak, dan kesalahan yang saya lakukan walau tidak secara langsung, saya yang akan ditunjuk, dikambing hitamkan. Saya akan gagal selamanya dan membawa sial kesemua tempat.
Apa yang harus saya lakukan
Apakah saya pembawa sial?
diclaimer: cover generated using A.I.