Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Aku memandangi seporsi mi ayam dengan acar yang siang ini kupesan dekat tempatku bekerja. Rasa sesak mulai menghantui. Ingatanku kembali pada seseorang yang aku cintai 5 tahun lalu. Yulia namanya. Dulu aku dan dia sering makan mi ayam bersama di tempat yang sama. Ya, tempat ini. Tempat ini rasanya tidak ada yang terlalu berubah drastis. Mungkin hanya tempelan menunya saja yang bertambah. Senyumku getir, rasa sakit ini semakin mengerus di dalam hati. Rasaku pada Yulia masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya.
"Yulia, andai kamu tahu, aku sangat menyayangimu," gumamku lirih.
Jujur dari lubuk hatiku paling dalam aku masih mencintainya, walau aku tahu sekarang dia sudah bahagia dengan pilihannya. Ya, aku kalah saing dengan laki-laki yang satu kantor dengannya dan akhirnya dia meninggalkanku.
"Ruli."
Sebuah suara memanggilku dari arah belakang, spontan aku menoleh. Suara yang sangat familiar di telingaku.
"Yulia."
Aku sangat kaget. Sekian lama aku tak bertemu dengan Yulia. Hari ini, detik ini seolah takdir mempertemukan kami kembali.
"Maafkan kesalahanku dulu, Ruli." Yulia duduk di sebelahku, lalu mengenggam tanganku erat.
Dadaku kembali sesak, mengingat penghianatannya dulu. Di lain sisi, aku masih sangat mencintai dia. Rasaku tak pernah berubah.
"Apa yang membuatmu kembali dan menyesal, Yulia?"
Tangis Yulia pecah. Perempuan dengan paras cantik itu menyender di bahuku.
"Aku sadar keputusanku dulu salah."
Aku mengangguk saja.
"Aku mau kita menggulangi kisah kita dulu, Rul."
Aku menghela napas. Aku bimbang. Apakah aku harus memberikan kesempatan padanya lagi setelah rasa sakit yang diberikannya dulu?
"Aku masih mencintamu, Yulia," ucapku, akhirnya.
Yulia menyeka air matanya. "Terima kasih kamu sudah memberikan kesempatan untukku."
Aku terdiam, dan menggenggam tangan Yulia erat. "Aku sudah memaafkanmu sebelum kamu menyesalinya."
"Aku sekarang sadar kalau kita mencari yang sempurna, kita akan kehilangan yang terbaik, " ucap Yulia.
Yulia bercerita padaku setelah dengan laki-laki itu, dia tidak bahagia dan toxic. Akhirnya setelah setahun, Yulia putus dengannya. Ternyata juga selama ini Yulia sering ke tempat ini, berharap bertemu denganku di sini.
Aku tersenyum, lalu menyuapinya sesendok mi ayam favorit kami berdua. Satu porsi dihabiskan Yulia semua, tak apa, penting aku bisa bersama Yulia lagi.
Setelah kami kembali menjalin asmara, kami sering ke tempat mi ayam itu, bernostalgia mengulang kisah kami yang sempat terhenti.
"Proyek cinta mangkrak, " ucapku.
Tak ada salahnya pikirku memberikan kesempatan kedua pada seseorang, yang datang dengan rasa penyesalannya. Semua orang pernah berbuat salah di masa lalu, tapi bukan berarti tidak bisa berubah menjadi lebih baik.