Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Pundak Yang Di Pilih
0
Suka
2
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Menjadi anak tunggal sering dianggap menyenangkan. Tidak sedikit orang bilang, enak ya jadi pusat perhatian, semua kebutuhan dipenuhi. Padahal, tidak ada yang tahu betapa berat rasanya ketika satu-satunya pundak yang disiapkan hanyalah milikku sendiri. Dari kecil, aku sudah diajarkan untuk kuat, seolah rapuh bukan pilihan yang boleh aku punya. 

Papah sering bilang, “Kamu harus punya pundak yang kuat. Jangan gampang goyah.” Kalimat itu terdengar sederhana, tapi tumbuh menjadi semacam aturan hidup bagiku. Seiring waktu, aku belajar menahan tangis, menyembunyikan rasa takut, bahkan membungkam keresahan yang sebenarnya ingin aku bagi. Dari kecil pula, papah sudah mengajariku untuk mandiri, mulai dari hal-hal sederhana sampai keputusan besar. Mungkin karena itu sekarang aku bisa berdiri sekuat ini, menerima bahwa banyak beban di pundak bukan lagi sesuatu yang asing, melainkan lumrah dalam hidupku. 

Kini, saat hidup merantau, kalimat itu terus terngiang. Di tengah kota yang padat, aku justru sering merasa sepi. Malam-malam panjang hanya ditemani suara lagu, sementara pikiranku sibuk pulang ke rumah, membayangkan wajah orang tua yang menunggu kabar, atau tawa teman-teman di kampung halaman. Ada rindu yang menekan dada, tapi aku tak bisa menunjukkannya. Aku harus tetap terlihat kuat, seolah baik-baik saja. 

Di luar, aku mungkin terlihat tenang. Anak yang bisa diandalkan, yang tidak pernah bikin repot, yang tahu harus bersikap bagaimana di depan orang lain. Tapi di dalam, ada momen-momen ketika aku justru merasa sendirian di keramaian. Tidak ada kakak atau adik untuk berbagi cerita receh, tidak ada bahu lain tempat aku bisa bersandar tanpa harus menjelaskan panjang lebar. 

Karena itu, menulis menjadi ruang aman bagiku. Di atas kertas, aku boleh rapuh, boleh lelah, bahkan boleh jujur pada diriku sendiri. Aku tidak perlu takut dianggap lemah, tidak perlu khawatir ada yang menilai. Aku bisa jadi siapa pun, atau justru benar-benar jadi diriku sendiri. 

Menjadi anak tunggal bukan hanya tentang kesepian, tapi juga tentang beban yang diam-diam dipikul. Kini aku sadar, semua rakitan dari papah telah membuatku mampu menanggung beban ini seorang diri. Hidup tidak pernah menyediakan tombol pause, aku hanya bisa melangkah maju, meski hati terkadang meminta jeda. 

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Flash
Pundak Yang Di Pilih
Neil E. Fratér
Novel
Bronze
CETHIK
Wulan Kashi
Flash
Bronze
Cara Cinta Bekerja
B12
Novel
Potret Bintang
Stella Vania
Novel
Gold
PCPK I Will Always Love You
Noura Publishing
Skrip Film
LISTEN (SCRIPT)
Ika Karisma
Skrip Film
MODEL VS BIDUAN
Ronie Mardianto
Flash
FALL
Rama Sudeta A
Cerpen
Bronze
PAPA
Ceena
Novel
Potret
Sinar Shinta Emilisa
Flash
Saat Katak Memanggil Hujan
Rahmatul Aulia
Flash
Seuncang Beras
Foggy FF
Novel
Gold
The Leader Who Had No Tittle
Bentang Pustaka
Novel
Memilih menjadi Janda
Fika Fauziah
Skrip Film
Pahit
Rere Valencia
Rekomendasi
Flash
Pundak Yang Di Pilih
Neil E. Fratér
Flash
Kemerdekaan di Tanah Rantau
Neil E. Fratér
Flash
Sementara Pulang
Neil E. Fratér
Flash
Dari Sini, Semua Terlihat Sibuk
Neil E. Fratér
Novel
Ken Hartigan
Neil E. Fratér
Flash
Arah Tujuan Mana Yang Ingin Diraih?
Neil E. Fratér
Flash
Ulang Tahun di Kilometer 130
Neil E. Fratér