Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Pada sore hari yang cerah, Fandi dan Luki sedang berjalan pulang menuju kosan mereka sambil membawa sekarung belanjaan untuk persediaan. Mereka bercakap-cakap sambil sesekali Fandi mencoba menyapa cewek cantik yang kebetulan lewat. Tapi dicuekin tentunya.
“Ki, nanti temenin gue kewarnet ya.”
“Napa bang?”
“Gue mau nyoba deketin cewek yang suka main game di sana.”
“Kenapa gak sama Bang Gilang aja?”
“Gue udah pernah tuh nembak cewek sama si Belang, tapi gue tetep aja ditolak, malah tuh cewek naksir sama si Belang!”
Luki mencoba menahan tawa, “Kayaknya cewek warnet itu kurang cocok sama Abang.”
“Kenapa?”
“Gimana ya? Gue tuh bang mantan anak warnet dan mantannya anak warnet, jadi gue tahu cewek warnet tuh kayak gimana, cewek yang cocok sama abang itu bukan anak warnet.”
“Terus?”
“Cewek galak.”
“Sembarangan!”
“Lha iya kan? Orang kalo ada cewek yang lebih galak dari abang, abang sendiri bakalan takut terus tunduk, contohnya sih sama ibu kos.”
Fandi langsung melotot, “Lo kira gue demen ama tante-tante apa?! Najong!”
“Cocoknya sih yang begituan haha..”
“Nyesel gue curhat ama lo, kamvreett..!!”
“Hahaha...”
Mereka terus bercanda sampai depan pintu kos, dan ketika telah mencapai pintu depan mereka terkejut dengan apa yang mereka lihat.
“Busyet!” seru Fandi.
“Awas bang!”
Pok! Dengan sekali kibasan tangan, Luki berhasil melumpuhkan kecoak tersebut.
“Woy! Kenapa kosan kita kek kapal pecah begini??!!” Fandi melihat sekitar dengan keheranan.
Luki malah lebih kaget lagi melihat Gilang terbaring tak berdaya di lantai, “Bang Fandi! Bang Gilang tuh!”
“Astaganaga! Lang! Belang! Bangun lo!”
“Bang, bang, bangun.” Fandi menggoncang tubuh lelaki gondrong yang pingsan di lantai dengan pose estetik.
“Ngghhh..” perlahan Gilang membuka matanya, “Luki? Kuntet? Gue dimana?”
“Lo dilantai, Lang.” Fandi menjelaskan singkat.
“Kecoaknya!” Gilang bangkit dengan panik.
“Tenang bang. Kecoaknya udah mati.” Kata Luki dengan entengnya.
Suasana hening sebentar. Lalu sebuah lemari di pojokan pun terbuka, dan dari dalam keluarlah beberapa orang. Lalu dari atas, plafon terbuka dan turunlah beberapa orang lagi dan yang lebih mengejutkan, ibu kos sendiri malah keluar dari tong sampah dengan ekspresi ketakutan.
“Ini pada kenapa sih?” tanya Fandi bingung.
“Anu itu..emmm.. kecoak.”
“Kecoak?” tanya Luki memastikan, “kecoak yang tadi gue tepok ampe mati?”
“Yee!! Kecoaknya udah pergi!!”
“Bentar, ini berhubung gue nggak tahu apa-apa, coba kalian cerita yang barusan tadi, trus ini kosannya sampe kek kapal pecah itu gimana?” tanya Fandi penasaran.
Semua pun duduk melingkar dan Reza pun menceritakan kronologis insiden ini.
“Gini, awalnya....”
Flashback.
Siang itu Fandi dan Luki diberi tugas untuk belanja persediaan ke pasar. Dan yang lainnya hanya dikosan sambil mengerjakan kegiatan mereka. Reza pun dengan selembar handuk di lehernya pergi ke kamar mandi.
“Buset! Ada kecoak!” seru Reza.
Dengan segenap tenaga, Reza berusaha menyingkirkan kecoak itu. Dan bukannya pergi, kecoak itu malah terbang dan hinggap di hidungnya.
“Waaaa!! Pergi! Pergi!”
Setelah mengusir kecoak itu dari hidungnya, bukannya pergi, malah kecoak itu terbang keluar dan nemplok ke piring Andika.
“Kyaa! Kecoak!” dan Andika langsung melempar piring itu kejendela hingga pecah.
“Siapa nih yang pecahin jendela! Aaa.. kecoak!” Dari luar Ibu kos juga berteriak ketakutan dan langsung masuk kedalam. Celakanya kecoak itu malah mengikuti mereka.
“Lariiii...”
Mereka pun berlarian di dalam kosan, semua orang keluar dari dalam kamarnya karena ramai.
“Apaan tuh?”
“Apa sih kok rame-rame?”
“KECOAAKKK!!!”
“Kyaaaa.....”
“Lariii...”
Gilang pun berjalan keluar kamar karena tidak bisa tidur.
“Apaan sih rame banget, gue mau tidur, ehhh.. waaaa... kecoak!”
Dan Gilang pun ikut berlari, sebenarnya ia sangat fobia dengan kecoak. Dan tanpa disangka, kecoak tersebut nemplok ke punggungnya dan masuk baju.
“Apaan nih? Gelii.. Waaa.. kecoak!” dan seketika itu Gilang langsung pingsan.
Satu orang telah tumbang.
“Nihh rasain! Semprotan pestisida!”
Srassshhh..
“Bangsat! Kecoaknya masih hidup!”
“Sapu mana sapu?”
Wut. Wut. Wut. Bukannya mengenai kecoaknya, sapu tersebut malah menghancurkan beberapa barang.
“Kita nggak bisa ngalahin dia! Terlalu kuat! Rencana B!”
“Rencana apaan?”
“Lari terus sembunyi!”
“Kecoaknya datangg!!”
“Sembunyi!”
Beberapa orang masuk kedalam lemari, tapi karena tak cukup menampung semuanya, beberapa membuka plafon dan masuk kesana.
“Et dah! Gue ditinggal!” seru Ibu kos, “masuk tong sampah aja deh.”
Sementara itu Gilang masih pingsan. Dan pintu terbuka.
"Busyet!"
"Awas Bang!"
Tepok! Kecoak itu mati ditangan Luki.
Flashback end.
“Jadi ini gara-gara kecoak?” tanya Fandi terkejut.
Luki dan Fandi hanya berpandangan.
“Yaudah, sekarang kan kecoaknya udah mati, mending kalian beresin ini tempat!” perintah Ibu Kos.
“Iya deh, iya.”
Nguunggg..
“Apaan tuh?” tanya Reza.
Tiba-tiba segerombolan kecoak terbang dari luar datang menginvasi kosan mereka demi membalas dendam temannya yang sudah mati.
“KECOAAKKK!!!!”
Tamat?