Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Komedi
Si Kepala Berasap
0
Suka
728
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

“Silakan masuk, Dio. Duduklah kau di sofa itu. Santai saja.”

Wajah saya semringah dan mempersilakannya untuk duduk bersama bersehadap di sofa ruang tamu. Agni, si Bungsu, dia menyalami tangan saya, berpamitan, “Ni pergi ke toko buku ya, Mas,” katanya.

Beberapa kali saya menggeleng-gelengkan kepala, menyambut anak muda ini, Dio, si Kepala Berasap. Bagaimana tidak? Asap yang seakan-akan mengepul di kepalanya itu jelas terlihat dari ekspresi wajahnya yang me-merah. Terbakar dupa hatinya, entah oleh cinta atau mungkin ..., cemburu. Boleh jadi dia sedang jatuh cinta atau barangkali, cintanya ditunggangi amarah. Yah, tapi sudahlah. Jika lelaki berbicara tentang cinta, amarah, cemburu dan tunggang-menunggangi, konotasi ‘tunggang-menunggangi’ akan melebar bias ke mana-mana dan berceceran dengan gelak. Minimal gelak manis dan terparah, gelak setan.

“Eh iya, kau enggak menemani Ni?”

“Tidak.”

Masih dengan semringah saya menanggapi jawaban si Kepala Berasap. “Mau minum apa?”

“Enggak—enggak. Ada hal penting. Kita harus bicara.”

Dio sepertinya tidak main-main. “Oke-oke, Dio. Bicaralah.”

“Kenal W?”

“W?”

“Windy.”

“Windy?”

“Sudah ..., jangan banyak berkelit.”

“Sebentar-sebentar. Relasi saya juga banyak yang memiliki nama ‘Windy’. Ini Windy yang mana?”

Benar-benar rupanya Dio sudah ditunggangi amarah. Wajahnya mengeras. Tulang pipinya mencodak tegas, pertanda jelas ada hal penting berkaitan nama ‘Windy’. Saya anteng-anteng saja. Menghadapi anak muda “berasap” ini tak perlulah dengan berapi-api. Pagutan pengalaman hidup saya memberikan pengajaran bahwa: hadapi api dengan air, ucapan dengan mendengarkan, salah paham dengan penjelasan.

“Pantai Klayar, Mas Naren ingat?”

Bah! Haish! Alamak! Ataupun apa sajalah ‘kata’ untuk penegas keterkejutan saya demi mendengar “Pantai Klayar”. Saya sama sekali tidak menyangka, bagaimana bisa Dio tahu janji bertemu saya dengan Windy di sana?

“O-hohoho, Windy. Ya-ya-ya. Saya kenal Windy. Kaukenal Windy juga, Dio?”

“Ya. ‘Pantai Klayar’.”

Semprul 'kurang ajar' pula ini si Kepala Berasap. Dia kira saya tidak mengerti ejekan ‘Pantai Klayar’ serta tatapan sinisnya.

“Hmm, lantas, hal penting apa yang mau kautanyakan?”

“Tidak ada yang spesial ‘kan pertemuan yang batal di Pantai Klayar?”

Isi batok kepala Dio ini rupanya sudah pekat akibat hatinya terhelat prasangkanya sendiri. Tidak ’kah dia mengenal saya, sang kakak dari Agni? Tidak ‘kah dia mengenal Sekar? Dan tidak ‘kah Dio mengenal si Kembar?

Prasangka sering kali menjadi pengasung logika. Apatah lagi jika cinta sudah bersemayam di hati. Dan Dio ..., mencintai Windy. Gelagat yang tak mungkin lagi saya tafsirkan lain karena jelas ada sesuatu yang berbeda di ujarannya ketika nama ‘W-; Windy’ itu terucap dari bibirnya. Baru saja saya bisa menyimpulkannya setelah pertanyaannya tentang Windy dan Pantai Klayar.

Namun, ada satu hal yang harus Dio tahu dari saya, bahwa saya ..., tidaklah serendah sindirannya tentang “Pantai Klayar”. Bercinta tidak sesempit pemahaman orang-orang yang “terjepit akal”-nya. Ada cinta sang hamba kepada Sang Ilahi. Ada cinta tentang alam. Ada cinta tentang seni. Ada cinta tentang keluarga, sahabat, sejawat yang masing-masing sudah ada loh-lohnya di hati; tercatat dan tersimpan rapi di buku-ingatan manusia. Dan, perihal bercinta, ada yang merindu.

Dan ada rindu saya sebagai sahabat atas nama cinta kepada: W-; Windy. Salahkah?

“Tidak ada. Kami berdua bersahabat baik, Dio.”

Si Kepala Berasap, berubah semringah.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Komedi
Flash
Si Kepala Berasap
Andriyana
Flash
Bronze
Kamis Bahagia
Arif Holy
Cerpen
Usual Day in the Office
razorstfx
Flash
Bronze
A True Work of Art
Karlia Za
Flash
Bronze
Salome
Sunarti
Flash
Keran
Mata Panda
Komik
Lelaki Koin
Ockto Baringbing
Komik
Keuntungan Banjir di APOLO77, Jackpot Gampang Didapat di Tahun 2025
apolo77
Flash
Bronze
Kalau Jam Bisa Ngomong...
Shabrina Farha Nisa
Cerpen
Bronze
Kopi 4
syaifulloh
Flash
Kejadian di Pasar
Kiara Hanifa Anindya
Flash
Pilot
Andriyana
Flash
Bronze
06:10
Sunarti
Komik
Magang Di Tempat Supervillains
Kyriepoda
Cerpen
Bronze
Nenek ku Super
Novita Ledo
Rekomendasi
Flash
Si Kepala Berasap
Andriyana
Flash
Pilot
Andriyana
Flash
Bronze
Sosok Bapak
Andriyana
Flash
Bronze
Microwife
Andriyana
Flash
Bronze
Apa Makna Hujan Bagimu?
Andriyana
Skrip Film
Cahaya Diani
Andriyana
Flash
Bronze
Kedinginan
Andriyana
Flash
Bronze
Humor Narendra
Andriyana
Cerpen
Bronze
Dua Kisah dalam Satu Taring
Andriyana
Flash
Bronze
Si Gadis Berkucir Satu
Andriyana
Cerpen
Bronze
Berlari dari Kematian
Andriyana
Cerpen
Bronze
Ini tentang Cinta; Mati
Andriyana
Cerpen
Bronze
Cegukan
Andriyana
Flash
Riketing Si Jawara
Andriyana
Cerpen
Mati Itu Pasti; Lapar Itu Setiap Hari
Andriyana