Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Misteri
Aku Ingin Berhenti dari Pekerjaan Ini
0
Suka
8
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Aku ingin berhenti dari pekerjaan ini, ucap hatiku. Logika dan rasaku sudah lama bersepakat untuk itu. Hanya saja, nasib masih terlalu sering mangkir dari janji-janjinya sehingga niatku masih belum dapat terlaksana, apalagi kesempatan ..., huh, boro-boro dia mau datang. Hanya cibiran dan umpatan yang sering kali kudengar dengan jelas.

Dan kalian ..., yang sedang menyimak setiap kata dan rangkaian dari kalimatku, tak perlu kalian tahu siapa namaku. Tidak perlu! Jika kalian ingin, lanjutkan membaca apa yang kutulis ini. Jika kalian enggan, silakan mencari bacaan lain yang membuat kalian senang, sedih terbawa arus cerita fiksi cinta romantis atau bacaan lain yang kalian suka. Silakan ..., silakan.

Kalian yang masih terus menyimak tulisanku ini mungkin sebagian ada yang bertanya-tanya, "Apa pekerjaan kamu sih?" Apa pekerjaanku? Sebenarnya, aku malu, sangat-sangat malu untuk menceritakannya kepada kalian apa pekerjaanku. Kalian bisa menyimpulkan sendiri---di akhir tulisanku---pekerjaanku itu apa. Dengan begitu, setidaknya aku merasa dihargai kalian dan masih memiliki harga diri (dalam tulisan ini) meskipun dalam keseharianku, harga diri adalah sebuah barang mahal yang aku sendiri tidak bakal mampu untuk membelinya.

Pekerjaanku berawal dari suatu pilihan, dan satu saat harus aku akhiri---pekerjaanku---juga dengan pilihan.

Aku memilih pekerjaanku ini bukan karena ingin, tapi lebih pada keputusanku memilih karena keterbatasan kondisiku waktu itu. Dulu, nasib tidak berpihak kepadaku dan keluargaku. Sementara sebagai anak perempuan pertama yang lahir dari kedua orang tua kalangan miskin, aku harus “dewasa” sebelum waktunya. Kisahku klise memang, tapi …, itulah kenyataan klise yang bertebaran nyata. Tengoklah sejenak sekeliling kalian. Klise bukan?

Meskipun lahir dari keluarga miskin, sebagai perempuan, aku diberi anugerah berupa tubuh yang bagus, molek, wajah yang menggoda. Tidak sedikit (banyak sekali) laki-laki yang “klepek-klepek” terpesona kepadaku. Hahaha …, dasar lelaki! Mereka menilai wanita hanya sebatas hal itu saja. Huh! Dengan anugerah itu, aku mengorbankan diriku sendiri demi keluargaku dengan memilih pekerjaan ini. Eeits …, eeitss, kalian jangan pernah sekalipun menyalahkan aku atas pilihan pekerjaanku ini atau menyalahkan mengapa orang tuaku (terutama ayahku) membiarkan saja aku bekerja seperti ini. Mereka berdua tidak bersalah! Dan …, kalian jangan sekali-sekali berani memvonis aku bersalah, jalan hidupku salah, atau apalah. Uruslah hidup kalian sendiri! Toh di hadapan-Nya nanti, vonis kalian semua terhadapku enggak bakal masuk hitungan.

Kalian tahu, orang tuaku sama sekali tidak mengetahui selama ini aku bekerja apa. Dan dosaku (yang aku kadang sedih [karena membohongi mereka]), semoga dapat aku lebur dengan kebulatan tekadku untuk berhenti dari pekerjaan ini. Cukup yang mereka tahu selama ini kebutuhan mereka, kedua adik perempuanku, dapat terpenuhi semuanya dari penghasilan pekerjaanku ini. Biar bagaimanapun, pengorbananku ini adalah sebuah pengorbanan yang dapat mencoreng nama baik mereka jika mereka mengetahuinya.

Bagaimana, sampai kalimat ini, kalian sudah bisa mengira-ngira apa pekerjaanku?

Jangan kalian mengasihani aku, kasihanilah diri kalian sendiri. Aku menulis ini bukan bermaksud aku sombong dan tidak mau menerima belas kasihan orang lain. Kalian belum pernah berada di posisiku dan bisa menerjemahkan makna kata: kasihan (tanpa embel-embel pamrih di belakangnya). Dalam dunia pekerjaanku, kata ‘kasihan’ itu bullsh*ts! Bullsh*ts! Bullsh*ts! Aku harus mandiri dan selalu harus berpijak diatas kakiku sendiri. Jika tidak? Jatuh-bangun jatuh-bangun (hehe … seperti judul lagu dangdut favoritku).

Aku menulis ini sebab aku akhirnya berhasil membungkam cibiran dan umpatan. Dia---kesempatan---bersedia datang. Dan …, kabar baiknya, malam ini adalah “pelayanan” terakhirku untuk pelanggan-pelangganku. Mmm …, sudah ada dua jadwal booking hingga pagi nanti. Satu lagi kabar baiknya adalah besok lusa aku diwisuda. Satu kabar baik lagi (terakhir) yang akhirnya semoga mengubah nasibku, setelah wisuda, perusahaan di mana aku melamar pekerjaan, menerima aku sebagai karyawan di perusahaan itu. Duuuh. Senangnya aku.

O ..., iya, kalian sudah bisa menebak, apa pekerjaanku?

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Misteri
Flash
Aku Ingin Berhenti dari Pekerjaan Ini
Andriyana
Cerpen
Bronze
Luka Di Kota Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Manor Adolstein
Haryati SR
Flash
Garis Takdir
MAkbarD
Flash
Aku Setelah Kamu Pergi
Seto Yuma
Novel
Before Everything Blows Up
Adeline Nordica
Cerpen
Bronze
Goresan Kuas Bermakna
Christian Shonda Benyamin
Flash
Bronze
Ada Apa dengan Rasa
Farida Zulkaidah Pane
Flash
Bronze
Pacar Seorang Pesulap
Afri Meldam
Cerpen
Bronze
Terlambat
Muhamad Irfan
Novel
Tum
Ais Aisih
Cerpen
Bronze
Dia Pembunuh
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Gunung Larang
Rafi Asamar Ahmad
Cerpen
Guess The Next
Ida Ayu Saraswati
Flash
Kamera
Aditya R
Rekomendasi
Flash
Aku Ingin Berhenti dari Pekerjaan Ini
Andriyana
Flash
Bronze
Apa Makna Hujan Bagimu?
Andriyana
Cerpen
Bronze
Si Kancil Dikeloni Kunti
Andriyana
Skrip Film
Cahaya Diani
Andriyana
Flash
Bronze
Monyet Bersayap Kupu-kupu
Andriyana
Cerpen
Bronze
D 1 AM
Andriyana
Flash
Bronze
Sosok Bapak
Andriyana
Flash
Bronze
Si Gadis Berkucir Satu
Andriyana
Cerpen
Bronze
Berlari dari Kematian
Andriyana
Cerpen
Mati Itu Pasti; Lapar Itu Setiap Hari
Andriyana
Flash
"Jadi" Hamil, Enggak?
Andriyana
Flash
Sang Pemanggil
Andriyana
Cerpen
Bronze
Dua Kisah dalam Satu Taring
Andriyana
Flash
Di Mana?
Andriyana
Flash
Bronze
Microwife
Andriyana