Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Self Improvement
Hidup Setelah Mati
1
Suka
757
Dibaca

Aku tidak pernah menyangka kematian begitu sunyi.

Tidak ada cahaya terang yang menyambut ku, tidak ada malaikat bersayap emas seperti yang diceritakan buku-buku agama. Yang ada hanya sebuah ruangan putih tanpa dinding, tanpa lantai, tanpa batas. Ruang yang seolah tak pernah habis, namun juga terasa mengekang.

"Aku sudah mati?" tanyaku, entah kepada siapa. Suaraku menggema, lalu kembali menghantam kepalaku seperti suara asing.

Di hadapanku, sebuah pintu hitam tiba-tiba muncul. Tidak ada gagang, tidak ada ukiran, hanya hitam pekat yang menusuk. Rasa penasaran mendorongku untuk mendekat. Tanganku terjulur, tapi tubuhku bergetar. Ada bisikan samar di telingaku, suara yang mirip dengan suaraku sendiri, tapi lebih dalam, lebih tua.

"Masuklah… kalau kau berani."

Aku menelan ludah, lalu mendorong pintu itu.

Di baliknya, bukan neraka, bukan surga. Aku melihat hidupku sendiri. Potongan demi potongan kenangan jatuh dari langit seperti pecahan kaca: wajah ibuku yang menangis, tawa ayahku yang hilang di usia muda, sahabat yang pernah ku hianati, perempuan yang pernah kucintai tapi kubiarkan pergi. Semuanya menghantam lantai kosong, pecah, dan aku dipaksa menatap setiap serpihan itu.

Setiap kali mataku menyentuh pecahan kenangan itu, rasa sakit muncul lebih sakit daripada luka di dunia nyata. Di sinilah aku mengerti bahwa hidup setelah mati bukan tentang surga atau neraka, melainkan tentang berdamai dengan diri sendiri.

Tapi aku bukanlah jiwa yang damai.

Aku dipenuhi penyesalan.

Aku menyesal karena terlalu sibuk mengejar pengakuan, menunda kebahagiaan, dan membiarkan waktu merenggut semua yang kucintai.

Tiba-tiba, sosok lain muncul. Bayangan diriku, tapi lebih gelap, dengan mata merah yang menatapku tajam.

"Aku adalah kau yang sebenarnya," katanya. "Aku adalah kebohongan yang kau pelihara. Aku adalah sisi yang kau sembunyikan. Dan di dunia setelah mati… tidak ada tempat untuk bersembunyi."

Dia mendekat, dan aku bisa merasakan hawa dingin menyusup ke tulangku. Aku ingin lari, tapi kaki ini menempel ke tanah yang tak nyata. Aku ingin berteriak, tapi suara tercekat di tenggorokan.

Maka, aku hanya bisa menatap diriku sendiri, diriku yang selama ini ku benci, diriku yang selalu ku larikan.

Di sanalah aku sadar, kematian bukanlah akhir.

Kematian hanyalah cermin.

Dan aku, harus menatapnya tanpa bisa memalingkan wajah.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Self Improvement
Cerpen
Bronze
Lensa di Balik Tirai Dapur
INeeTha
Flash
Hidup Setelah Mati
Ika nurpitasari
Novel
THE GOOD, THE BAD, THE LUST
Amar Rahim Gafari
Cerpen
Bronze
Dunia Kerja Rana
T. Filla
Cerpen
Bronze
Kampus Impian
T. Filla
Flash
Karma Datang sebagai Sebuah Hukuman (surat 3)
Lail Arahma
Cerpen
Bronze
Kisah Simsim yang Pemarah
Lia
Cerpen
Bronze
APA ITU CINTA?
Retchaan
Novel
berharap pada siapa??
hendidesfian
Flash
NON FIKSI & MALAM
Bulan
Flash
Sejajar
imagivine
Flash
Halte Plot Twist
Hans Wysiwyg
Novel
Diary Bipolar
Farikha Salsabilla Putri
Cerpen
Blue Life
Adam Nazar Yasin
Cerpen
Bukan Lagi Kita
Muhamad Irfan
Rekomendasi
Flash
Hidup Setelah Mati
Ika nurpitasari
Flash
Senandika: Di Antara Sunyi yang Menyebut Namamu
Ika nurpitasari
Flash
Langit yang Tak Pernah Mendengar
Ika nurpitasari
Flash
Tanpa Jejak
Ika nurpitasari
Flash
Mirror
Ika nurpitasari
Flash
Bronze
Persahabatan atau Cinta
Ika nurpitasari
Flash
Kenyataannya masa mudaku tak seindah impian
Ika nurpitasari
Flash
Kota Impian
Ika nurpitasari
Flash
Berpisah atau Bersama tapi Menyakitkan
Ika nurpitasari
Flash
Bronze
Kecewa
Ika nurpitasari
Cerpen
Bronze
Cinta dan Lara
Ika nurpitasari
Flash
Pintu
Ika nurpitasari
Cerpen
Bronze
Lukisan Kehidupan
Ika nurpitasari
Flash
Gelap
Ika nurpitasari
Flash
Terperangkap di Masa Lalu
Ika nurpitasari