Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Thriller
Tirai Merah
2
Suka
2,746
Dibaca

Raga memfokuskan matanya pada sasaran. Peluh dingin membasahi telapak tangannya, meski udara malam menusuk kulit. Di balik teropong bidik, ia melihat siluet rekannya, seorang polisi yang memimpin operasi penangkapan. Nafasnya tertahan, jari telunjuknya terasa kaku di pelatuk. Tugasnya jelas: melumpuhkan ancaman. Ia menarik pelatuk.

Suara letusan senapan memecah keheningan. Kilat sesaat dari moncong laras menerangi wajah Raga yang tegang. Ia melihat sosok di teropong itu tersungkur. Misi selesai.

Tiba-tiba, lampu sorot menyilaukan matanya. Bukan lampu operasi, melainkan lampu panggung. Tepuk tangan menggema. Raga mengerjap, kebingungan. Di sekelilingnya, berdiri rekan-rekannya termasuk pemeran yang baru saja ia "tembak." Mereka tersenyum dan bertepuk tangan.

"Cut!" seru sutradara dari kegelapan. "Bagus sekali, Raga! Ekspresi dinginmu dapat banget."

Raga terdiam, mencoba mencerna apa yang terjadi. Jadi, semua ini... syuting film? Ia menghela napas lega, bercampur rasa malu. Ia bukanlah pembunuh sungguhan.

"Ayo, Ga. Ngopi dulu," ajak Satria yang berperan sebagai astrada.

"Aktingmu makin mantap aja, Bro," timpal seorang pemeran lain, merangkul Raga sambil tertawa.

Di ruang istirahat, kru mulai membereskan properti. Raga duduk terpisah, pikirannya masih berkecamuk.

"Menurutku, akhir naskahnya kurang gereget," celetuk sutradara, menyeruput kopinya. "Bagaimana kalau komplotannya lolos?"

"Tapi kalau begitu, Raga berhasil menembak semua polisi, dong? Itu agak... terlalu mudah," sanggah Satria, mengerutkan kening.

Raga mendengarkan percakapan itu dengan saksama. Jauh di lubuk hatinya, ia merasakan keanehan yang tak bisa dijelaskan. Ia tidak ingin komplotan itu tertangkap. "Saya setuju dengan sutradara," katanya, menyela. "Akan lebih dramatis kalau mereka berhasil kabur. Penonton pasti lebih penasaran."

"Tapi kan, sebagian besar pemeran kita 'mati' sia-sia?" protes pemeran lain yang tadi berperan sebagai polisi yang tertembak.

"Itu kan cuma akting," jawab Raga, terlalu cepat.

Sutradara menghela napas. "Oke, oke. Kita bahas nanti. Raga, adeganmu selanjutnya kapan?"

Raga menelan ludah. "Dialog saya setelah ini... apa, ya?"

Satria menunjuk tumpukan naskah di sudut ruangan. "Cek sendiri, Ga. Naskahnya sudah dibagikan."

Raga menatap tumpukan naskah tebal itu. Ia merasa seperti orang asing di dalam tubuhnya sendiri. Ia tidak ingat dialognya. Ia bahkan tidak yakin adegan selanjutnya tentang apa. Sebuah pertanyaan dingin menusuk benaknya: kalau semua ini hanya film, kenapa rasa lega dan keinginan agar komplotan itu lolos terasa begitu nyata? Dan mengapa ia merasa seolah-olah semua ini bukan naskah, melainkan sebuah rencana yang telah ia susun sejak awal?

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (1)
Rekomendasi dari Thriller
Flash
Tirai Merah
Sekar Kinanthi
Novel
The Anagram
Alice Gio
Novel
Memeluk raga kecilku
Imelda asyifa suryani
Novel
Gold
In A Dark, Dark Wood (Indonesian Edition)
Bentang Pustaka
Skrip Film
Anonim
D. Hardi
Skrip Film
BAGAIMANA?
Nafika Riyanti
Novel
Obsesi
Hakim Irham
Flash
Bronze
Dinding Apartemen
Amelia Sibarani
Novel
HOME SCHOOL
Anonim people
Novel
The World of Crime : Fate
Arzen Rui
Novel
Mr. President
Ari Nur Utami
Novel
Bronze
Liana Casablanca
Ariya Gesang
Novel
Bronze
RUN OUT
Novian
Novel
Bronze
Villa Cinta
Herman Sim
Novel
RUMAH DI TEPI DANAU
Haris Airlangga
Rekomendasi
Flash
Tirai Merah
Sekar Kinanthi
Flash
Keluargaku di Garis Takdir Lain
Sekar Kinanthi
Flash
77 Questions Before I Was Born
Sekar Kinanthi
Flash
Jebakan Cinta Sang Pewaris
Sekar Kinanthi
Cerpen
Luna: Bayangan yang Kembali (Prequel Luna: Jiwa yang Hilang)
Sekar Kinanthi
Flash
Jiwa yang Dikucilkan
Sekar Kinanthi
Flash
Rumah yang Retak
Sekar Kinanthi
Flash
Keadilan Terakhir
Sekar Kinanthi
Cerpen
Kereta Terakhir Menuju Rumah
Sekar Kinanthi
Flash
Selamanya 24 di 24 November
Sekar Kinanthi
Cerpen
Halaman Pertama: Prequel Halaman Terakhir
Sekar Kinanthi
Flash
Di Balik Kamera
Sekar Kinanthi
Cerpen
Bunga (di Retakan Dinding)
Sekar Kinanthi
Cerpen
Halaman Terakhir
Sekar Kinanthi
Flash
7 Menit yang Tersisa
Sekar Kinanthi