Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Misteri
Kasus Terakhir Rissa
5
Suka
975
Dibaca

Aku adalah seorang anggota kepolisian yang sedang menyelidiki kasus kematian seorang perempuan. Tubuhnya tergantung di pohon jati setinggi 4-5 meter. Wajahnya menghitam busuk, tapi pakaiannya masih putih bersih. Ada yang mengganggu pikiranku. Bagaimana korban bisa memanjat pohon setinggi itu tanpa alat bantu yang tertinggal?

Untuk mencari jejak, aku menghubungi keluarga korban untuk memeriksa kamarnya. Aku membuka pintu dan hawa dingin menusuk. Pandanganku langsung jatuh pada setrika di atas kasur. Di sebelah kiri pintu, dua kemeja masih tergantung rapi seolah baru saja disetrika. Di meja belajar, ada sebotol air minum penuh dan gelas bekas teh yang sudah mengering. Semuanya terlalu rapi untuk seseorang yang akan bunuh diri. Ada yang janggal, seolah ia berencana untuk kembali. Aneh, kenapa aku begitu yakin dengan perasaan ini?

Di samping kasur, ada meja kecil dengan tiga buku harian. Aku membukanya satu per satu, sampai aku menemukan sebuah halaman berjudul "Setelah Aku Mati".

 

Setelah Aku Mati

Senin, 3 Maret 2025

Aku selalu membayangkan akan berakhir dengan menenggak racun. Meski kemungkinan untuk hidup tetap ada karena aku sudah terbiasa meminumnya. Aku selalu membayangkan aku berhasil mati di kamarku bersama barang-barang kesayanganku.

Aku selalu membayangkan sehari setelah kematianku masih ada dua kemeja yang belum kupakai. Gelas kosong bekas teh yang masih ada di atas meja, botol air yang masih terisi penuh, setrika yang mungkin masih belum kusingkirkan dari kasur, dan barang-barang lain yang tidak akan kusentuh lagi.

Aku selalu membayangkan sehari setelah kematianku, aku berada 2 meter di bawah tanah. Sendiri, mungkin juga berdampingan dengan mayat lain di petak yang berbeda.

Aku selalu membayangkan sehari setelah kematianku, aku bertemu dengan orang-orang yang sudah lebih dahulu meninggalkan dunia. Mereka menyambutku di gerbang dimensi lain, mengajakku berkeliling melihat tempat persinggahan itu.

Aku selalu membayangkan sehari setelah kematianku, tidak ada penyesalan, tidak ada lagi hari-hari buruk yang perlu kujalani, tidak ada lagi perasaan yang membuatku menderita.

Aku selalu membayangkan setelah aku mati, semua orang akan mencintaiku.

Aku membaca tulisan itu berkali-kali. Terlalu sesuai. Dadaku sesak, seolah ada yang mencengkeram. Pertanyaan-pertanyaan terus berputar di kepalaku. Mengapa korban gantung diri, padahal ia membayangkan menenggak racun?

Aku mencoba mengabaikan pertanyaan itu, tapi bayangannya terus mengikutiku. Bahkan saat aku berdiri di depan makam Rissa. Nama yang tertera di berkas kasus.

Aku melihat banyak orang, sebagian menangis, sebagian diam dalam duka. Lubang kubur tertutup tanah, nisan terpasang, dan bunga-bunga ditaburkan. Aku berdiri di antara mereka, mengamati. Aku tidak mengenali siapa pun, tapi mengapa aku merasa harus hadir? Mengapa mataku tidak bisa lepas dari mereka?

Tiba-tiba, sebuah tangan lembut menepuk pundakku.

"Rissa?" suara itu dipenuhi kelegaan, seolah menemukan sesuatu yang telah lama hilang.

Aku menoleh terkejut. Di hadapanku berdiri seorang perempuan. Wajahnya familier, tapi aku tak mengingatnya. Dia tersenyum hangat, matanya berbinar seperti orang yang baru saja bertemu kembali dengan orang yang dicintai. Ada sesuatu yang berbeda dari sosok ini, auranya terasa tidak dari dunia ini.

"Kenapa kau berdiri di sini sendiri?" katanya sambil menggandeng tanganku. "Bukankah ini pemakamanmu?"

Kata-kata itu membuatku terdiam. Pemakamanku? Kepalaku pusing, seolah ada kabut tebal yang menghalangi ingatanku.

"Siapa aku?" bisikku, suaraku hampir tak terdengar.

Ia tertawa pelan, suaranya menenangkan. "Kau sudah lupa?" tangannya menggenggam lebih erat. "Tidak apa-apa, Rissa. Semua akan kembali seperti dulu."

Matanya menembus jiwaku, dan aku merasakan ada bagian dari diriku yang mulai kuingat, meski masih tertutup kabut.

"Aku sudah menunggumu lama sekali," katanya lembut. "Mari kita pulang sekarang."

Di sekelilingku, suara tangisan perlahan memudar. Wajah-wajah di pemakaman mulai kabur. Yang tersisa hanyalah kehangatan tangan yang menggenggamku dan senyuman yang menjanjikan kedamaian yang telah lama kucari.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (1)
Rekomendasi dari Misteri
Flash
Kasus Terakhir Rissa
Sekar Kinanthi
Flash
Lindur: The Shadow
Silvia
Cerpen
Lesung Semringah
Priy Ant
Flash
Kamera
Aditya R
Skrip Film
Kota Terasing
qiararose
Cerpen
Bronze
PENGANTIN BERSAYAP MERAH MUDA
Drs. Eriyadi Budiman (sesuai KTP)
Novel
Di Balik Kekuasaan, Dalam Pelukan Rahasia
Rini Jumarni
Flash
Kapur
Ikhsannu Hakim
Cerpen
Bronze
Jurnal Kosong
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bayangan di Meja Sebelah
Muhamad Irfan
Flash
Lemari Jam Tua
Kerabatu
Novel
TEGURAN MISTERIUS
Virgorini Dwi Fatayati
Cerpen
Bronze
Sepasang Kekasih yang Mudah Mengantuk
Ron Nee Soo
Flash
Sampah
Arzen Rui
Flash
Bronze
Kak Isah dan Ilmu Penunduk
ANINZIAH
Rekomendasi
Flash
Kasus Terakhir Rissa
Sekar Kinanthi
Cerpen
Ketika Langit Salah Dengar
Sekar Kinanthi
Cerpen
Luna: Bayangan yang Kembali (Prequel Luna: Jiwa yang Hilang)
Sekar Kinanthi
Cerpen
Halaman Terakhir
Sekar Kinanthi
Cerpen
Bunga (di Retakan Dinding)
Sekar Kinanthi
Cerpen
Luna: Jiwa yang Hilang
Sekar Kinanthi
Cerpen
Reuni Dua Jiwa
Sekar Kinanthi
Flash
Tirai Merah
Sekar Kinanthi
Flash
77 Questions Before I Was Born
Sekar Kinanthi
Cerpen
Halaman Pertama: Prequel Halaman Terakhir
Sekar Kinanthi
Cerpen
Garis Luka: Prequel Ketika Langit Salah Dengar
Sekar Kinanthi
Cerpen
Kereta Terakhir Menuju Rumah
Sekar Kinanthi
Cerpen
The Unseen Hand: Prolog
Sekar Kinanthi
Flash
Rumah yang Retak
Sekar Kinanthi
Flash
Di Balik Kamera
Sekar Kinanthi