Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Kemerdekaan di Tanah Rantau
0
Suka
2,573
Dibaca

Jumat sore, 15 Agustus. Jalanan mulai padat, orang-orang buru-buru pulang dengan wajah lega. Besok sudah libur panjang, dan sebagian besar teman kantorku sibuk membicarakan rencana pulang kampung. Aku justru menyalakan motor, kembali ke kos yang sunyi, tanpa koper, tanpa tiket pulang. Ada banyak alasan yang kutumpuk, hemat biaya, malas ribet, dan mungkin... sedikit pura-pura kuat menahan rindu rumah. 

Hari-hari berikutnya terasa panjang. Setiap buka Instagram, story teman-temanku penuh dengan tawa lomba 17-an: balap karung, tarik tambang, makan kerupuk. Dari kamar kos, aku hanya bisa menonton mereka lewat layar enam inci, dengan suara playlist lagu jadi backsound sehari-hari. 

Sampai akhirnya, pagi 17 Agustus tiba. Aku bangun lebih cepat, menyetrika salah satu batik yang kubawa, lalu berdiri di depan laptop, ikut hormat saat lagu indonesia berkumandang. Upacara kemerdekaan tahun ini kuikuti secara online, sendirian di kamar berukuran tiga kali empat meter. Lucu sekaligus ajaib, karena pembina upacaranya bukan pejabat negara, melainkan Windah Basudara. 

Orang yang biasanya kutonton kocak di live stream game, tiba-tiba berdiri tegak, berbicara tegas, dan terdengar begitu bijaksana. Sesaat aku lupa bahwa ia seorang streamer. Rasanya absurd, tapi juga hangat. Seolah di tengah kesunyian rantau, ada cara lain untuk tetap merasa hadir. 

Malam-malam di libur panjang itu kuisi dengan duduk di warkop kecil depan kosan. Rokok di tangan, secangkir kopi hitam di meja, dan obrolan tipis-tipis dengan penjaga warung yang tak pernah pulang kampung. Di sela kepulan asap, rindu kampung halaman datang pelan-pelan, suara toa mushola yang memanggil sahut-sahutan, ibu yang suka menyiapkan teh manis selepas lomba, atau sekadar jalan tanah depan yang ramai oleh anak-anak berlarian. Semua itu terasa jauh, tapi justru semakin dekat di kepala. 

Libur panjang akhirnya usai. Saatnya kembali ke rutinitas seperti biasa, ngantor, lalu pulang untuk rebahan di kosan. Tapi esok hari akan sedikit berbeda, ada lomba-lomba di kantor bersama rekan kerja. Aku sudah menyiapkan baju timnas indonesia tahun 2004 angkatan bambang pamungkas, untuk kupakai besok. Entah kenapa, rasanya antusias sekali, seperti menemukan cara baru untuk merayakan kemerdekaan di tanah rantau. 

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Novel
TraumatiQ
Mahfrizha Kifani
Novel
Bronze
Balada Sepasang Kekasih Gila
Han Gagas
Skrip Film
Cintai Cinta
Rina F Ryanie
Skrip Film
Sebelum Akad
Ryan Candra Putra / Ryan Capu
Flash
I DONT KNOW
Alviona Himayatunisa
Flash
PERTANYAAN DEMI PERTANYAAN
Apri Ajijunanto Saputra
Flash
Kemerdekaan di Tanah Rantau
Neil E. Fratér
Cerpen
Cerita Juju Pindah ke Rumah Besar
Yutanis
Novel
Bronze
Yuko
Juli Mekariani Simbolon
Novel
The Diary of The Unlucky Boy : A-Side
Jaydee
Novel
Bronze
Dunia Alina
Prasanti Ayuningtyas
Novel
Bronze
Tragedi Cinta Jilid 1
Tinta Emas
Komik
Sang Veteran
El-Laron
Skrip Film
The Reason I Came From The Future
Jordi Dharmawan Wijaya
Skrip Film
THE GREAT FOX SCRIPT
Wuri
Rekomendasi
Flash
Kemerdekaan di Tanah Rantau
Neil E. Fratér
Flash
Ulang Tahun di Kilometer 130
Neil E. Fratér
Novel
Ken Hartigan
Neil E. Fratér
Flash
Dari Sini, Semua Terlihat Sibuk
Neil E. Fratér
Flash
Pundak Yang Di Pilih
Neil E. Fratér
Flash
Sementara Pulang
Neil E. Fratér
Flash
Arah Tujuan Mana Yang Ingin Diraih?
Neil E. Fratér