Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Kemerdekaan di Tanah Rantau
0
Suka
21
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Jumat sore, 15 Agustus. Jalanan mulai padat, orang-orang buru-buru pulang dengan wajah lega. Besok sudah libur panjang, dan sebagian besar teman kantorku sibuk membicarakan rencana pulang kampung. Aku justru menyalakan motor, kembali ke kos yang sunyi, tanpa koper, tanpa tiket pulang. Ada banyak alasan yang kutumpuk, hemat biaya, malas ribet, dan mungkin... sedikit pura-pura kuat menahan rindu rumah. 

Hari-hari berikutnya terasa panjang. Setiap buka Instagram, story teman-temanku penuh dengan tawa lomba 17-an: balap karung, tarik tambang, makan kerupuk. Dari kamar kos, aku hanya bisa menonton mereka lewat layar enam inci, dengan suara playlist lagu jadi backsound sehari-hari. 

Sampai akhirnya, pagi 17 Agustus tiba. Aku bangun lebih cepat, menyetrika salah satu batik yang kubawa, lalu berdiri di depan laptop, ikut hormat saat lagu indonesia berkumandang. Upacara kemerdekaan tahun ini kuikuti secara online, sendirian di kamar berukuran tiga kali empat meter. Lucu sekaligus ajaib, karena pembina upacaranya bukan pejabat negara, melainkan Windah Basudara. 

Orang yang biasanya kutonton kocak di live stream game, tiba-tiba berdiri tegak, berbicara tegas, dan terdengar begitu bijaksana. Sesaat aku lupa bahwa ia seorang streamer. Rasanya absurd, tapi juga hangat. Seolah di tengah kesunyian rantau, ada cara lain untuk tetap merasa hadir. 

Malam-malam di libur panjang itu kuisi dengan duduk di warkop kecil depan kosan. Rokok di tangan, secangkir kopi hitam di meja, dan obrolan tipis-tipis dengan penjaga warung yang tak pernah pulang kampung. Di sela kepulan asap, rindu kampung halaman datang pelan-pelan, suara toa mushola yang memanggil sahut-sahutan, ibu yang suka menyiapkan teh manis selepas lomba, atau sekadar jalan tanah depan yang ramai oleh anak-anak berlarian. Semua itu terasa jauh, tapi justru semakin dekat di kepala. 

Libur panjang akhirnya usai. Saatnya kembali ke rutinitas seperti biasa, ngantor, lalu pulang untuk rebahan di kosan. Tapi esok hari akan sedikit berbeda, ada lomba-lomba di kantor bersama rekan kerja. Aku sudah menyiapkan baju timnas indonesia tahun 2004 angkatan bambang pamungkas, untuk kupakai besok. Entah kenapa, rasanya antusias sekali, seperti menemukan cara baru untuk merayakan kemerdekaan di tanah rantau. 

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Novel
Gold
Small Fry
Mizan Publishing
Flash
Kemerdekaan di Tanah Rantau
Neil E. Fratér
Cerpen
Bronze
Tangisan Sungai Biru
K. Istiana
Novel
Cinta sejati
yopi
Flash
Bunda Terbang
Dania Oryzana
Novel
Maaf Aku Meniduri Ranjangmu
Aji Najiullah Thaib
Komik
More Than Love
Yunita Islamiati
Skrip Film
Kabut Cinta Syafitri
Awang Nurhakim
Flash
DAUN JATI BERBISIK
DENI WIJAYA
Novel
Sebelum Waktu Berhenti
Tasya Syafitri
Skrip Film
Junior & Jameela (script)
amor
Flash
Menolak Lupa 3
Shin No Hikari
Novel
Bronze
A Day in My Life
Ariny Nurul haq
Flash
BADUNI DUTAS
Priy Ant
Novel
Destroyed
Nia Ramadani
Rekomendasi
Flash
Kemerdekaan di Tanah Rantau
Neil E. Fratér
Flash
Sementara Pulang
Neil E. Fratér
Flash
Ulang Tahun di Kilometer 130
Neil E. Fratér
Flash
Arah Tujuan Mana Yang Ingin Diraih?
Neil E. Fratér
Flash
Dari Sini, Semua Terlihat Sibuk
Neil E. Fratér
Novel
Ken Hartigan
Neil E. Fratér