Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Religi
Kotak Hitam & Selembar Uang
0
Suka
716
Dibaca

Nindy, mahasiswi semester lima lekas menuju selasar masjid. Tempat wudhu wanita.

“Ukhti cantik, buat akhirat. Jangan pelit!”

“Sebutir biji menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Al-Baqarah, 261,” seorang mahasiswi berujar pada temannya.

Kebisingan di kepala Nindy belum reda. Selembar uang entah bagaimana caranya cukup untuk kebutuhan satu minggu; makan, fotocopy, dan print out

Air wudhu membasahi wajah tirus Nindy, hatinya terhenyak. Memandang kotak hitam. Seorang diantara mahasiswi tadi memasukkan uang terlipat. Apakah dia ikhlas, Nindy menebak.

Menyelesaikan wudhu, Nindy terngiang kutipan surat tadi. Allah tidak akan menyia–nyiakan kebaikan seorang hamba beriman, Allah menjamin akan ada balasan dengan perumpamaan sebutir biji yang terus tumbuh. 

Nindy menghembus nafas panjang, kenapa dia terusik dengan perdebatan yang dirinya sendiri tidak terlibat. Logika matematika, dan iman bergelut dalam pikirannya. Nindy memperbaiki kerudung, harus membuat sisi kerudung di kanan–kiri wajah sejajar. Nanti, kalau beasiswa sudah cair akan lebih lapang untuk berinfaq, pikirnya.

Bedug penanda adzan telah ditabuh, seorang ibu dengan pakaian lusuh berdiri dekat kotak hitam. Nindy pikir ibu itu datang untuk berburu takjil buka bersama Senin-Kamis, di Masjid Al-Ikhlas, seperti dirinya. Tidak salah. Siapapun berhak mendapatkan.

Terkaan Nindy keliru, ibu berpakaian lusuh itu buru-buru pergi setelah  memasukkan uang terlipat ke dalam kotak hitam, persis di depan Nindy. 

Adzan maghrib terus berkumandang syahdu, hati Nindy bergetar. Beberapa saat langkah kakinya terasa ringan tanpa beban, bukan lagi untuk membatalkan puasa dengan takjil dan makan gratis. Tetapi ada rasa syukur, lapang, dan tenang yang tiba-tiba memenuhi jiwanya. Nindy tidak peduli, meskipun tidak lagi memiliki uang untuk hari esok.



Ibu berpakaian lusuh tadi mengajarkan Nindy, bukan keminiman harta yang menghalangi seseorang untuk beramal, tetapi rasa cukup dan syukur yang menghias hati. Lagipula Nindy masih memiliki kamar kos untuk berteduh, beberapa canting beras, tiga butir telur, dan satu galon air putih.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Religi
Flash
Kotak Hitam & Selembar Uang
Binar Bestari
Novel
Gold
Hidup Kadang Begitu
Noura Publishing
Novel
Bronze
Panitia Surga
Alifah Azizah
Skrip Film
Akasah
Delpiariska
Cerpen
Bronze
Ibu Polwan di Libur Natal Tahun Ini
Anjrah Lelono Broto
Novel
Bronze
Pernikahan Aisyah
Delia Septiani
Novel
Gold
Muhasabah Cinta
Falcon Publishing
Novel
Rangkuman Syiar Islam
silvi budiyanti
Flash
Habitat
Lady Mia Hasneni
Novel
Bronze
Cinta Santri Sakura
FH
Flash
Dompet Natal
Rafael Yanuar
Novel
Bronze
Di Bawah Langit Granada
Noficha Priyamsari
Flash
Hujan
Mahmud
Novel
Gold
Selamat Berpisah Calon Imamku
Mizan Publishing
Flash
Bronze
Iblis tak bisa menyesatkan, Nabi tak bisa memberi hidayah
Mukti Dwi Wahyu Rianto
Rekomendasi
Flash
Kotak Hitam & Selembar Uang
Binar Bestari
Flash
Bronze
Sketsa Wajah Halwa
Binar Bestari
Flash
Broken Wedding
Binar Bestari
Flash
It's Oke
Binar Bestari
Flash
Legasi Emak
Binar Bestari
Flash
Ibu Setengah Hari
Binar Bestari
Flash
Diculik Jodoh
Binar Bestari
Flash
Cinta dan Pelepah Kurma
Binar Bestari
Flash
Rahasia
Binar Bestari
Flash
Perempuan: Joki Tong Setan
Binar Bestari
Flash
Cahaya Di Atas Perahu
Binar Bestari
Flash
Dompet Kulit di Stasiun
Binar Bestari
Novel
Kroco-Kroco Iblis
Binar Bestari
Flash
Kembalinya Theresia
Binar Bestari