Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Religi
Kotak Hitam & Selembar Uang
0
Suka
15
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Sebuah Kotak Hitam

Nindy, mahasiswi semester lima lekas menuju selasar masjid. Tempat wudhu wanita.

“Ukhti cantik, buat akhirat. Jangan pelit!”

“Sebutir biji menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Al-Baqarah, 261,” seorang mahasiswi berujar pada temannya.

Kebisingan di kepala Nindy belum reda. Selembar uang entah bagaimana caranya cukup untuk kebutuhan satu minggu; makan, fotocopy, dan print out

Air wudhu membasahi wajah tirus Nindy, hatinya terhenyak. Memandang kotak hitam. Seorang diantara mahasiswi tadi memasukkan uang terlipat. Apakah dia ikhlas, Nindy menebak.

Menyelesaikan wudhu, Nindy terngiang kutipan surat tadi. Allah tidak akan menyia–nyiakan kebaikan seorang hamba beriman, Allah menjamin akan ada balasan dengan perumpamaan sebutir biji yang terus tumbuh. 

Nindy menghembus nafas panjang, kenapa dia terusik dengan perdebatan yang dirinya sendiri tidak terlibat. Logika matematika, dan iman bergelut dalam pikirannya. Nindy memperbaiki kerudung, harus membuat sisi kerudung di kanan–kiri wajah sejajar. Nanti, kalau beasiswa sudah cair akan lebih lapang untuk berinfaq, pikirnya.

Bedug penanda adzan telah ditabuh, seorang ibu dengan pakaian lusuh berdiri dekat kotak hitam. Nindy pikir ibu itu datang untuk berburu takjil buka bersama Senin-Kamis, di Masjid Al-Ikhlas, seperti dirinya. Tidak salah. Siapapun berhak mendapatkan.

Terkaan Nindy keliru, ibu berpakaian lusuh itu buru-buru pergi setelah  memasukkan uang terlipat ke dalam kotak hitam, persis di depan Nindy. 

Adzan maghrib terus berkumandang syahdu, hati Nindy bergetar. Beberapa saat langkah kakinya terasa ringan tanpa beban, bukan lagi untuk membatalkan puasa dengan takjil dan makan gratis. Tetapi ada rasa syukur, lapang, dan tenang yang tiba-tiba memenuhi jiwanya. Nindy tidak peduli, meskipun tidak lagi memiliki uang untuk hari esok.

Ibu berpakaian lusuh tadi mengajarkan Nindy, bukan keminiman harta yang menghalangi seseorang untuk beramal, tetapi rasa cukup dan syukur yang menghias hati. Lagipula Nindy masih memiliki kamar kos untuk berteduh, beberapa canting beras, tiga butir telur, dan satu galon air putih.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Religi
Flash
Kotak Hitam & Selembar Uang
Binar Bestari
Novel
Gold
Reclaim Your Heart
Noura Publishing
Novel
Nasib cintaku
andriani intan hidayah
Novel
Gold
Allah, You are My Everything
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Pertama Dan Terakhir
silvi budiyanti
Novel
Gold
Krisis Arab dan Masa Depan Dunia Islam
Bentang Pustaka
Novel
Mualaf (Perjalanan Ilmu)
Sastra Introvert
Novel
Bronze
Jingga Ambang
Gia Oro
Novel
Gold
Takkan Pernah Menyerah
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Promise You
Elisa Fitria
Novel
Senja untuk Alaska
Abell Istari
Novel
Gold
Aku Tak Sempurna
Mizan Publishing
Novel
Gold
Seikhlas Langit
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Ali Si Bocah Kuat
Dudun Parwanto
Novel
Bronze
ASYAFA
Musdalifah
Rekomendasi
Flash
Kotak Hitam & Selembar Uang
Binar Bestari
Flash
Kotak Hitam & Selembar Uang
Binar Bestari
Flash
It's Oke
Binar Bestari
Flash
Perempuan: Joki Tong Setan
Binar Bestari
Flash
Ibu Setengah Hari
Binar Bestari
Flash
Broken Wedding
Binar Bestari
Flash
Kembalinya Theresia
Binar Bestari
Flash
Rahasia
Binar Bestari
Novel
Kroco-Kroco Iblis
Binar Bestari
Flash
Cahaya Di Atas Perahu
Binar Bestari
Flash
Dompet Kulit di Stasiun
Binar Bestari
Flash
Diculik Jodoh
Binar Bestari
Flash
Cinta dan Pelepah Kurma
Binar Bestari
Flash
Bronze
Sketsa Wajah Halwa
Binar Bestari