Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Bersama Ayah di Masa Depan
0
Suka
2,190
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Sekarang aku sudah bekerja sebagai seorang pramuniaga ayanamart. 

Selama itu pula kucari seluruh informasi orang yang bernama Hamid Maulana.

Setiap info yang didapat dari internet tentang profil, alamat, nikah dengan siapa dan apapun kukumpulkan sehingga aku bisa semakin dekat dengannya untuk kutemui langsung. 

Dan hari yang kutunggu-tunggu akhirnya tiba.

Sewaktu sedang melakukan checking barang-barang pada setiap etalase aku mendengar percakapan di kasir.

"Cecenet? Tidak ada," jawab Dewi yang sedang ditanya oleh seorang bapak.

"Cecenet itu bahasa sunda, bahasa indonesianya ciplukan." Papar orang tua itu. "Saya dapet info bila buah cecenet itu bisa diperoleh di ayanamart yang berlogo fresh"

Terapi rupanya Dewi benar-benar asing dengan buah itu dan baru mendengar.

Melihat itu, tidak lama kemudian Bapak itu pergi ke luar dengan kecewa.

Inilah kesempatanku melakukan peran membantu pada setiap pelanggan yang kesulitan mencari barang yang dicarinya.

"Selamat siang, Saya bisa bantu Bapak yang sedang mencari obat diabet?" Sapaku dengan ramah. 

"Mari saya tunjukan." Aku mengarahkan bapak itu ke tempat barang yang dicarinya.

Orang tua inilah yang bernama Hamid. Dan bapak bertubuh kurus inilah pula alasanku pergi ke masa depan ini.

Uban di kepala orang ini lebih banyak daripada rambut hitamnya. Aku terharu melihat kedua bola matanya yang kuyu. Dia terlihat sakit.

Pada rak tempat menaruh buah-buahan dan sayuran segar kubuka kaca etalase lalu kuraih sebuah wadah kecil.

"Ini yang Bapak cari." Ujarku sambil menyodorkan wadah ini ke tangan orang tua itu.

"Nah ini dia," sahutnya sambil menerima wadah itu dan tersenyum senang. "Hanya ayanamart tertentu yang menyediakan cecenet ini. Terima kasih ya."

"Ya, setelah rutin mengkonsumsi buah ini, Bapak tidak usah kuatir berpantang banyak jenis makanan dan banyak makan supaya tubuh bapak tidak kurus lagi."

Pak Hamid tersenyum mendengar nasihatku. Namun sejenak dia termangu seolah-olah teringat sesuatu.

"Tunggu dulu Neng," Ujar Hamid. "Kok kamu tahu semua kondisi kesehatanku? Dan kamu mengingatkan saya pada anakku. Wajahmu mirip dia, tetapi ..."

Aku tersenyum saja. Tentu saja aku adalah putri kecilnya di masa lalu. []

Beberapa bulan yang lalu aku memasuki goa berwujud kamar tidur portable sebagai mesin waktu ciptaan ayahku sendiri. 

Aku memberi nama sarkofagus untuk mesin yang hanya bisa mengantar orang ke masa depan saja. 

Kuberi nama sarkofagus karena bentuknya mirip tempat penyimpanan mayat raja-raja kuno.

Sebelumnya sarkofagus futuristik maha karya almarhum Papa, ditolak oleh lembaga tempatnya melakukan penelitian pergi ke masa depan menggunakan mesin waktu. Bahkan mesin waktu ini ditolak oleh timnya pula.

Sejak saat itu papa sering jatuh sakit hingga meninggal pada usia 48 tahun.

Kini mesin waktu yang disia-siakan dan tetap tersimpan di ruang kerja rumah kami, aku gunakan sendiri untuk kepentinganku.

Sewaktu aku kelas 6 SD, papa sudah mengajariku mengoperasikan mesin waktu ini. Papa menjelaskan teori Superposisi fisika kuantum dengan cara sederhana yang bisa dipahami oleh anak seumuran ku.

Akhirnya aku benar-benar pergi ke masa depan dengan sebuah misi pribadi.

Aku ingat kata-kata Papa tentang kerja mesin waktu ini yang prinsipnya sama dengan sebuah goa. Kata Papa goa adalah sebuah tempat yang gelap gulita.

Oleh sebab itu ketika kita pergi tidur, kita memasuki sebuah tempat yang gelap gulita.

Bila dunia di dalam goa kita rasakan diam atau bergerak lambat, padahal sebenarnya dunia tetap bergerak maju.

Sudah mantap hatiku menggunakan sarkofagus untuk tidur panjang sesuai rentang waktu yang telah diseting sehingga harus membius diri untuk melambatkan metabolisme tubuh. 

Sarkofagus tetap berfungsi oleh suplai listrik dari genset portable bertenaga nuklir sehingga cukup untuk perjalanan waktu yang lama.

Sebentar kemudian jiwa-ragaku telah memasuki alam gelap gulita dan dalam hibernasi kehilangan kesadaran.

Sewaktu bangun yang pertama-tama kuingat, di mana ini? lalu ingin kutahu pula adalah jam berapa sekarang?

Sebentar atau lama lelap tidur adalah relatif.

Demikian pula disaat memasuki goa tidur, ketika bangun di pagi hari. Semua rangkaian waktu sekarang terpampang pada penunjuk waktu. 

Rasanya 30 tahun baru malam kemarin? Begitulah yang kurasakan melakukan perjalanan waktu ke masa depan ini.

Kini sudah sebulan lamanya aku berada di masa depan ini. 

Dan aku tentu saja butuh pekerjaan untuk melanjutkan hidup.

Aku rindu sekali ingin bertemu Papaku karena Ibu mendampingi aku hingga dewasa.

"Kamu mirip sekali dengan anakku sewaktu dia remaja?" Gumam Pak Hamid tetapi jelas terdengar olehku. 

Tetapi aku tidak kuatir dia akan mengenali diriku karena mustahil baginya ini terjadi.

Tidak lama kemudian Pak Hamid pergi dan tidak pernah menengok ke belakang.

Tentu saja aku tahu semua tentang orang tua itu searching di internet.  

Sebagai anaknya aku tidak pernah sempat mengurus Papa agar mengurangi kesukaannya makan yang manis-manis. Hingga akhirnya dinyatakan oleh dokter positif Diabetes Melitus. []

Mungkin kalian bingung, Papa meninggal di usia 48, tetapi di umur 58 tahun Papa masih hidup dan berhasil kutemui?

Ini terjadi berkat Sarkofagus yang memanfaatkan teknologi superposisi.

Teknologi fisika kuantum inilah yang ditolak mentah-mentah karena dianggap hipotesa belaka.

Selain ilmuwan, Papa seorang penemu, tetapi semenjak dinyatakan diabet, kreativitas dan gerak langkahnya seolah-olah dibelenggu oleh penyakitnya.

Repotnya kata Mama, dia susah dinasihati untuk rutin minum obat. Maka di masa ini aku mencoba menyelamatkan Papa. Dan dengan cara ini Papa senantiasa hidup sehat dan menua seperti sekarang.

Sekarang aku belum berpikir bagaimana caranya kembali ke tahun 2000. Aku akan mencari cara senantiasa bisa dekat dengannya. 

Sesungguhnya aku merindukan Papa yang kukenang hanya sebentar.

Aku ingin bersama Papa dan melindungi pengetahuan teknologi yang ada pada Sarkofagusnya ini yang ternyata sekarang dan di dunia paralel ini menjadi incaran banyak pihak, termasuk lembaga yang dulu menolak mesin ciptaan Papa.[]

Handi Yawan

Rancaekek, Kab. Bandung

26 Agustus 2025

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Novel
Mr. Secret Melody
ChiciUzm
Novel
Innenseite
Ei
Novel
Stigma
Nita Simamora
Novel
Bronze
My Name is Mawar
Renny Juldid
Novel
Bronze
Jangan Ambil Surgaku
Ari Keling
Komik
I'm Not Perfect
Kim Jong Hoon
Skrip Film
Daun di Antara Mawar & Melati (Script)
Rika Kurnia
Flash
Bronze
I Hate Your Wife on Facebook
Abdi Husairi Nasution
Flash
Bersama Ayah di Masa Depan
Handi Yawan
Cerpen
Bronze
Di Balik Dosa Sang Pelindung, BAB 2
muhamad jumari
Cerpen
Bronze
DEWI PUN TERTAWA
Kagura Lian
Novel
Menutup Diri
Rida nurtias
Novel
KPR (Kapan Pindah Rumah?)
Annisa Diandari Putri
Novel
Landak yang Tenggelam
Arief Pramudya
Novel
Bronze
Balada Sepasang Kekasih Gila
Han Gagas
Rekomendasi
Flash
Bersama Ayah di Masa Depan
Handi Yawan
Novel
All The Things I've Done To Save You
Handi Yawan
Komik
Halilintar Eon
Handi Yawan
Komik
Pendekar Sendang Derajat #1
Handi Yawan
Komik
Takhion Melow
Handi Yawan
Komik
Adi Bintang
Handi Yawan
Novel
Bronze
Menoreh Luka di Hati
Handi Yawan
Flash
Tamu dari Venus
Handi Yawan
Novel
Bronze
Diburu Oleh Mayat Hidup
Handi Yawan
Novel
Bronze
Tumbal Pesan Berantai
Handi Yawan
Cerpen
Muazin Terakhir
Handi Yawan
Komik
Novus Ordo Seclorum
Handi Yawan
Novel
WaroX
Handi Yawan
Novel
SIGOTAKA
Handi Yawan
Flash
Kucing-Kucingan
Handi Yawan