Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Keluarga dan teman-temanku menghilang satu per satu. Suatu hari, mereka bersama denganku, dan hari berikutnya, mereka mendadak menghilang tanpa jejak. Bulan lalu, om Rudi masih menemaniku bermain. Keesokan harinya, dia tiba-tiba saja menghilang. Begitu juga dengan tante Rita yang menemaniku makan setiap hari. Saat ini aku selalu makan seorang diri.
Aku memperhatikan terkadang hanya satu yang hilang. Di lain waktu, mendadak seluruh keluarga hilang seketika. Salah satu tetua yang hidup paling lama, berpesan kepada kami untuk tidak perlu khawatir. Beliau mengatakan bahwa mereka telah “dipilih”. Dipilih untuk menikmati tempat yang lebih baik dan lebih indah. Aku tidak percaya semua omong kosong itu.
Aku melihat ketakutan terpancar di mata mereka yang tertinggal. Aku melihat kekosongan yang tersisa setelah anggota keluarga dan teman dekat menghilang. Aku menyaksikan pencarian yang selalu berakhir dengan kehampaan.
Aku terus menerus hidup dalam ketakutan dan kewaspadaan setiap waktu. Aku tahu setiap kehilangan terjadi pada malam hari, saat kami tertidur lelap. Rasa penasaran yang terus mengusikku membuatku bertindak nekad. Aku bertekad untuk mencari tahu apa yang terjadi sebenarnya.
Selama berminggu-minggu, aku melatih tubuhku untuk menahan rasa kantuk. Dan malam ini. Malam ini aku telah siap. Ketika kedua orang tua dan saudaraku telah tertidur, aku mengendap-ngendap ke sudut paling gelap, lalu bersembunyi. Aku membuka mataku lebar-lebar, mengamati setiap perubahan yang terjadi. Jantungku berdebar-debar karena antisipasi dan ketakutan.
Lalu aku melihatnya. Sebuah bayangan yang besar dan gelap, bergerak mendekati kami. Aku telah bersembunyi di balik tanaman hias yang besar saat raksasa itu tiba. Kemudian, dari kegelapan di atas, sesuatu yang besar turun. Jalinan tali tebal yang saling bersilangan, berkilauan dalam cahaya redup. Sebuah … jaring.
Kepanikan dan teror yang dingin melumpuhkanku. Aku menyaksikan dengan ngeri saat jaring itu diturunkan untuk menangkap kedua orang tuaku. Kemudian kakak dan adikku, lalu teman-teman akrabku. Mereka terbangun, namun tidak berteriak. Aku melihat kepasrahan terpancar dari mata mereka. Mereka memahami garisan takdir mereka.
Aku menyaksikan jaring itu terangkat ke atas. Aku menyaksikan wajah-wajah yang kukenal meninggalkanku. Lalu aku melihat raksasa itu. Dia bukan monster ataupun dewa, tapi sesuatu yang lebih buruk. Mata besarnya mengamati dengan cermat, mencari yang tertinggal. Aku bersembunyi semakin dalam.
Akhirnya raksasa itu berbalik dan menjauhiku. Aku melihat keluarga dan teman-temanku di dalam jaring yang dibawanya. Ketika aku yakin raksasa itu tidak menoleh ke belakang, aku berusaha mendekat untuk melihat tujuan raksasa itu. Sebuah dunia yang mirip dengan dunia kami, lebih besar, lebih terang dan lebih menarik. Dunia itu dipenuhi dengan rumah warna-warni dan tanaman hias yang berwarna-warni juga.
Lalu aku melihat jaring itu diturunkan. Semua wajah yang kukenal tersenyum senang saat menjelajahi dunia baru mereka.
Penyesalan mulai merambatiku. Dunia itu terlihat lebih indah dari dunia ini. Andaikan saja aku tetap tertidur. Andaikan saja aku tidak dikuasai rasa penasaran, pasti saat ini aku akan berenang bebas seperti mereka di dunia baru.
Saat ini, aku adalah ikan terakhir yang tersisa di akuarium besar dan kosong, menatap iri kepada mereka yang berada di akuarium baru.
END