Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Di Titik Nol
1
Suka
87
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Apakah dengan berpuasa, dosaku membunuh seseorang bisa terbayar?

Sejenak, kulihat kedua telapak tangan ini di rumah makan—sekalian menunggu waktu berbuka. Kata salah seorang pendakwah, bulan Ramadan seluruh pintu surga dibuka dan neraka dikunci rapat. Ramadan adalah bulan banyak kebaikan. Apakah jika aku meminta ampun sekarang dan mengaku sudah membunuh, berarti aku masuk surga? Aku berpuasa, sholat pula. Nah, dari yang kudengar lagi, jika puasa tanpa sholat akan seperti wadah bocor.

Aku tidak berniat menyakiti, tapi Safina begitu cantik. Tidak ada siapa pun boleh menyentuh kecantikannya. Dia milikku. Mungkin terdengar aneh dan klise, atau harus kuakui kalau narasiku terdengar basi.

Saat itu, kedua tangan ini yang mencekik Safina. Rasanya begitu mendebarkan, gelisah, resah, sisi lain juga senang melihatnya pasrah. Aku buat ruangan baru, sebuah lubang yang kugali, dan aku kubur tubuh kurusnya menggunakan semen. Safina tidak akan bisa kemana-mana. Mengingat itu aku lega sekali.

Sebelum azan berkumandang, iklan televisi lebih dulu muncul. Setelahnya, aku melihat berita bahwa Safina ditemukan, di belakang rumahku.

Dengan santai, aku melahap menu berbuka, ayam panggang nasi padang sebelum aku menyerahkan diri. Ingat, aku puasa, aku tidak berdosa, apalagi jika aku menyerahkan diri, bukan? Jangan tanya tentang penyesalan. Aku tidak pernah merasa begitu telah mengambil nyawa Safina. Itu seperti aku kecanduan ketika hela napasnya tinggal sehelai.

"Bapak Rido Suteja!"

Aku menoleh, tersenyum singkat. Ah, terkadang oknum baju cokelat itu amat cepat. Siapa agaknya yang memberi mereka uang?

"Mari ikut kami. Bapak akan kami tahan atas tuduhan pembunuhan kepada putri bapak, Safina Azzahra."

Sebelum masuk ke mobil polisi, aku melihatnya. Laki-laki yang suka sekali menyentuh cantikku Safina. Pasti dia yang membuat laporan dan beri banyak uang kepada para polisi supaya aku cepat ditangkap.

"Tapi aku tidak akan masuk neraka," gumamku. Karena apa? Aku berpuasa. Dosaku selalu dihapus sampai di titik nol jika berpuasa dan beribadah, bukankah begitu?

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Novel
A Straight Rain: A Story about Their Gathering in Tokyo
Anis Maryani
Novel
TEARS OF A MAN
Bhina Wiriadinata
Flash
Di Titik Nol
Ilestavan
Skrip Film
Bahagia Untuk April
Yennie Soekanta
Skrip Film
Perawan di Jalan Jaksa (script)
Yupitriani
Flash
Bronze
Kumohon Kembalikan
Nabil Bakri
Cerpen
Bronze
SATU HATI DUA CINTA
IGN Indra
Novel
Bronze
My Name is Mawar
Renny Juldid
Novel
Skripsi VS. Everybody
Permatasari
Cerpen
Bronze
Eno Hamil (seperti) Wiwin Hamil
Habel Rajavani
Novel
Bronze
Polemik Kehidupan Dibalik Keceriaan
EMERENCIA
Novel
Stigma
Nita Simamora
Skrip Film
Laskar di Senja
Hanifa Yusliha Rohmah
Flash
Bronze
Cinta Satu Malam
silvi budiyanti
Flash
Senja di Batas Kota
Mambaul Athiyah
Rekomendasi
Flash
Di Titik Nol
Ilestavan
Flash
Bertumbuh
Ilestavan
Flash
Delusi Cinta
Ilestavan
Flash
Tali Takdir
Ilestavan
Novel
Irama Bulan
Ilestavan
Flash
Kucing Pencuri
Ilestavan
Novel
VII Diebus
Ilestavan
Flash
Gugur
Ilestavan
Cerpen
Gandark
Ilestavan
Flash
Secangkir Kopi tak Bersuara
Ilestavan
Flash
Eskapisme
Ilestavan
Flash
Rasa Sakit
Ilestavan
Flash
Pena Tuhan
Ilestavan
Cerpen
Pretensi
Ilestavan
Flash
The Last Painting
Ilestavan