Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Setelah melewati berbagai tuntutan, luka, dan pencarian makna yang melelahkan, aku sampai pada satu titik di mana aku bisa melihat kehidupan dengan mata yang lebih jernih. Bukan dari ambisi, bukan dari gelisahnya keinginan yang tak ada habisnya, tapi dari rasa cukup yang pelan-pelan tumbuh dalam hati.
Aku mulai mengerti, bahwa tidak semua orang harus mendaki puncak yang sama. Bahwa kehidupan tidak harus megah untuk jadi bermakna. Bahwa kesederhanaan bukan tanda kegagalan...melainkan bentuk kedewasaan.
Ada kelegaan saat aku tak lagi memaksakan diri menjadi luar biasa di mata orang lain. Saat aku bisa tersenyum hanya karena pagi datang tanpa tekanan. Saat aku bisa menikmati makan sederhana tanpa merasa kurang. Saat hari-hari biasa tak lagi terasa sia-sia.
Kehidupan yang sederhana, ternyata bukan tentang kekurangan, melainkan tentang keutuhan...ketika kita tidak lagi dikuasai oleh apa yang belum kita punya, melainkan hadir utuh dengan apa yang sudah ada.
Dan dalam kesederhanaan itu, aku menemukan sesuatu yang dulu sering kulewatkan: kedamaian yang tidak berisik, kebahagiaan yang tidak meledak-ledak, dan rasa syukur yang tidak selalu butuh alasan besar.
Aku tidak sedang menyerah, aku hanya berhenti mengejar hal-hal yang tidak lagi selaras dengan jiwaku.
Karena ternyata… hidup tidak harus besar untuk jadi berarti. Ia hanya perlu jujur. Tulus. Dan cukup.
Dan ketika aku melihat kembali langkah-langkah yang kulalui, aku sadar: hidup yang sederhana, jika dijalani dengan kesadaran, tidak akan pernah sia-sia