Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Setelah aku tahu ke mana ingin melangkah, tahu apa yang harus kulepaskan, dan tahu bagaimana menjadi rumah bagi diri sendiri....ada satu pelajaran penting yang datang perlahan tapi mendalam:
Ternyata, ketenangan tidak harus berarti menjauh dari dunia.
Dulu aku kira, untuk merasa damai, aku harus menjauh. Menyepi. Menolak hiruk pikuk.
Tapi semakin lama, aku sadar: sepi yang dipaksakan juga bisa terasa bising, kalau di dalam diri masih ramai oleh kegelisahan.
Dan sebaliknya, dunia yang sibuk tidak selalu merenggut tenang, kalau di dalam diri ada ruang yang terjaga.
Aku mulai belajar bahwa tenang bukan tentang suasana di luar, tapi tentang keseimbangan di dalam.
Tentang bagaimana tetap hadir di tengah keramaian, tanpa kehilangan suara sendiri.
Tentang bagaimana ikut bergerak bersama dunia, tanpa terbawa arus yang tidak kupilih.
Bukan berarti aku tak butuh jeda. Bukan berarti aku harus selalu kuat.
Tapi tenang yang kupelajari sekarang bukan lagi tentang melarikan diri,
melainkan tentang merawat pusat di dalam diri...tempat aku bisa kembali, kapan pun dunia terasa berlebihan.
Dan dari situ, aku mulai menjalani hari dengan cara yang berbeda.
Tidak lagi memburu kesunyian sebagai satu-satunya bentuk damai, tapi menjadikan keheningan batin sebagai tempat berpijak, bahkan saat dunia ramai.
Tidak lagi terlalu reaktif pada segala hal, karena aku tahu tidak semuanya harus direspons.
Tidak semua pertanyaan harus dijawab. Tidak semua pendapat harus dibuktikan.
Aku belajar bahwa tenang adalah ketika aku bisa memilih diam, bukan karena kalah, tapi karena tahu mana yang layak diberi energi.
Ketika aku tak merasa perlu menjelaskan segalanya, karena tak semua hal harus dimengerti untuk bisa diterima.
Dan perlahan, aku menemukan ritme baru dalam hidup:
Ritme yang tidak memaksa aku untuk selalu hebat, selalu hadir, selalu menjawab.
Ritme yang memberi ruang bagi diam untuk bernapas.
Ritme yang memeluk aku sebagai manusia....bukan mesin pencapaian.
Sekarang aku tahu, tenang itu bukan tentang pergi dari dunia.
Tapi tentang hadir sepenuhnya, tanpa kehilangan diri.
Dan dari tempat itu, aku bisa tetap melangkah,
tanpa panik, tanpa terburu-buru.
Karena aku tak sedang lari dari apa pun.
Aku sedang berjalan… dengan sadar.