Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Self Improvement
Mengurai Beban
0
Suka
146
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Setelah tahu ke mana aku ingin menuju, bukan berarti segalanya jadi mudah. Justru di sinilah aku mulai merasa berat....bukan karena jalannya mendaki, tapi karena terlalu banyak yang kubawa.

Aku kira, menemukan arah akan otomatis membuat langkahku ringan. Tapi nyatanya, setiap kali aku ingin melangkah lebih jauh, ada yang menarikku kembali. Bukan orang lain. Bukan keadaan. Tapi beban-beban lama yang belum pernah benar-benar kupahami, apalagi kulepaskan.

Kenangan. Ketakutan. Harapan yang kadaluarsa. Semua ikut serta dalam ransel hidupku, diam-diam menambah beban tanpa aku sadari.

Ada luka-luka yang dulu kupendam, karena kupikir waktu akan menyembuhkan. Tapi waktu tidak menyembuhkan apa pun yang tidak pernah benar-benar dihadapi. Ia hanya membuat kita terbiasa dengan rasa sakit itu, lalu menyebutnya bagian dari diri.

Di titik ini, aku mulai mengerti: Terkadang kita bukan kehilangan arah....kita tahu betul ke mana ingin pergi—tapi langkah terasa berat karena terlalu banyak hal yang belum selesai dibawa bersama.

Aku mulai duduk, satu per satu mengeluarkan isi ranselku. Bukan untuk menyalahkan, tapi untuk mengenali: Mana yang memang harus tetap kubawa, dan mana yang sebenarnya sudah saatnya ditinggalkan.

Tidak mudah. Ada hal-hal yang bahkan setelah kupahami menyakitkan, tetap sulit kulepas. Mungkin karena sudah terlalu lama jadi bagian dari identitasku. Mungkin karena di balik lukanya, ada harapan yang belum sempat tumbuh.

Tapi aku tahu, jika ingin sampai pada tujuan yang kupilih, aku harus lebih ringan. Dan ringan bukan berarti tidak punya beban, tapi tahu mana yang layak dibawa, dan mana yang cukup dikenang.

Dalam proses itu, aku belajar bahwa melepaskan bukan tentang melupakan, tapi memberi ruang bagi diri untuk bertumbuh. Agar langkahku tak lagi dikendalikan oleh masa lalu, tapi diarahkan oleh masa depan yang kupilih sendiri.

Jadi jika nanti aku terlihat diam lebih lama dari biasanya, bukan karena aku menyerah. Tapi karena sedang mengurai.

Dan dari situ, aku bisa melangkah lagi—bukan dengan terburu-buru, tapi dengan sadar. Bukan sekadar karena tahu ke mana, tapi karena kali ini, aku tahu apa yang ingin kubawa.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Self Improvement
Flash
Mengurai Beban
Asep Saepuloh
Cerpen
Putus, Tapi Nggak Putus Asa
Tresnaning Diah
Flash
Tuhan, Botol & Babi Hutan
Alysya Zivana Pranindya
Cerpen
Hadiah Dari Nirwana
Sucayono
Flash
Discount Friend
lidia afrianti
Novel
berharap pada siapa??
hendidesfian
Cerpen
Bantu Aku Mengeja "Tuhan"
dari Lalu
Flash
Tenang diluar kacau didalam
moh nabil ardiansyah
Cerpen
Bronze
Memahami
Daud Farma
Flash
JANGAN JADI GURU!
Hans Wysiwyg
Cerpen
Bronze
Dika & Sang Pengubah Takdir
Shinta Larasati Hardjono
Novel
Bronze
Heartless
Aylanna N. Arcelia
Cerpen
Bronze
Gara-gara Ayah
Rafi Asamar Ahmad
Cerpen
Bronze
Ibu Segalanya Tentangnya
Ricko Pradana
Flash
Dan Dia Adalah Aku
Ismail Ari
Rekomendasi
Flash
Mengurai Beban
Asep Saepuloh
Novel
Setelah Diam Ada Langkah Baru
Asep Saepuloh
Novel
Yang tersembunyi dalam luka
Asep Saepuloh
Novel
Manusia dan Belenggunya
Asep Saepuloh
Novel
Berdiri Di Ambang Dunia
Asep Saepuloh
Flash
Diantara Aturan Dan Manusia
Asep Saepuloh
Flash
Setelah Langkah, Ada Tujuan
Asep Saepuloh
Flash
Memilah Jalan, Memilih Arah
Asep Saepuloh
Flash
Tidak Semua Harus Dimiliki
Asep Saepuloh
Flash
Bergerak Tanpa Harus Dikejar
Asep Saepuloh
Flash
Ketika Diam Menjadi Rumah
Asep Saepuloh
Flash
Saat tak ada lagi yang harus dibuktikan
Asep Saepuloh
Flash
Kehidupan Sederhana Yang Tidak Sia-sia
Asep Saepuloh
Flash
Tenang Tanpa Harus Sepi
Asep Saepuloh
Flash
Menjadi rumah bagi diri sendiri
Asep Saepuloh