Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Setelah tahu ke mana aku ingin menuju, bukan berarti segalanya jadi mudah. Justru di sinilah aku mulai merasa berat....bukan karena jalannya mendaki, tapi karena terlalu banyak yang kubawa.
Aku kira, menemukan arah akan otomatis membuat langkahku ringan. Tapi nyatanya, setiap kali aku ingin melangkah lebih jauh, ada yang menarikku kembali. Bukan orang lain. Bukan keadaan. Tapi beban-beban lama yang belum pernah benar-benar kupahami, apalagi kulepaskan.
Kenangan. Ketakutan. Harapan yang kadaluarsa. Semua ikut serta dalam ransel hidupku, diam-diam menambah beban tanpa aku sadari.
Ada luka-luka yang dulu kupendam, karena kupikir waktu akan menyembuhkan. Tapi waktu tidak menyembuhkan apa pun yang tidak pernah benar-benar dihadapi. Ia hanya membuat kita terbiasa dengan rasa sakit itu, lalu menyebutnya bagian dari diri.
Di titik ini, aku mulai mengerti: Terkadang kita bukan kehilangan arah....kita tahu betul ke mana ingin pergi—tapi langkah terasa berat karena terlalu banyak hal yang belum selesai dibawa bersama.
Aku mulai duduk, satu per satu mengeluarkan isi ranselku. Bukan untuk menyalahkan, tapi untuk mengenali: Mana yang memang harus tetap kubawa, dan mana yang sebenarnya sudah saatnya ditinggalkan.
Tidak mudah. Ada hal-hal yang bahkan setelah kupahami menyakitkan, tetap sulit kulepas. Mungkin karena sudah terlalu lama jadi bagian dari identitasku. Mungkin karena di balik lukanya, ada harapan yang belum sempat tumbuh.
Tapi aku tahu, jika ingin sampai pada tujuan yang kupilih, aku harus lebih ringan. Dan ringan bukan berarti tidak punya beban, tapi tahu mana yang layak dibawa, dan mana yang cukup dikenang.
Dalam proses itu, aku belajar bahwa melepaskan bukan tentang melupakan, tapi memberi ruang bagi diri untuk bertumbuh. Agar langkahku tak lagi dikendalikan oleh masa lalu, tapi diarahkan oleh masa depan yang kupilih sendiri.
Jadi jika nanti aku terlihat diam lebih lama dari biasanya, bukan karena aku menyerah. Tapi karena sedang mengurai.
Dan dari situ, aku bisa melangkah lagi—bukan dengan terburu-buru, tapi dengan sadar. Bukan sekadar karena tahu ke mana, tapi karena kali ini, aku tahu apa yang ingin kubawa.