Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Aku pernah melangkah hanya agar tak tertinggal.
Aku pernah berlari hanya karena takut diam dianggap kalah.
Tapi pada akhirnya, aku kelelahan bukan karena medan yang berat, melainkan karena tak tau ke mana sebenarnya kaki ini ingin menuju.
Setelah diam, aku belajar menapak.
Setelah menapak, aku mulai sadar:
Ternyata, bukan seberapa jauh aku melangkah yang penting --- tapi seberapa sadar aku saat melangkah.
Kita semua berjalan. Ada yang tergesa, ada yang tertatih ada yang tak tau sedang kemana.
Namun, tak semua langkah adalah perjalanan. Tak semua gerak membawa arah. Ada yang hanya berpindah dari satu kekosongan ke kekosongan lain.
Langkah yang sadar itu berbeda.
Ia lahir bukan dari dorongan orang lain, bukan dari tekanan hidup, melainkan dari percakapan yang jujur dengan diri sendiri.
Langkah yang sadar muncul saat kita mulai bertanya:
"Aku mau kemana?"
"Apa yang sedang aku kejar?"
"Kenapa aku ingin mencapainya?"
Pertanyaan-pertanyaan itu bukan untuk menjawab hari ini. Tapi untuk mengarahkan gerak kita esok hari. Seperti kompas batin --- tak berbicara keras, tapi selalu menunjuk arah.
Kadang kita pikid kita tau arah. Tapi arah tanpa makna hanyalah jarak.
Pernahkah kamu menempuh sesuatu yang katanya baik, tapi kamu merasa hampa?
Pernahkah kamu mencapai sesuatu yang katanya membanggakan, tapi jiwamu tetap kosong?
Barangkali karena langkah kita tak datang dari hati.
Barangkali karena kita hanya mengikuti jejak, bukan mendengar panggilan.
Langkah yang sadar tak harus cepat. Ia hanya perlu "jujur".