Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Aku akan mengunjungi wanita yang paling aku cintai hari ini, meski telah memiliki seorang istri dan anak perempuan kembar yang cantik, tidak ada yang bisa menggantikan nama “Renjana Binti Siswoyo” di hatiku.
Cinta akan menemukan jalannya begitu kata pepatah. Meski jalan yang kutempuh telah berbeda, cinta ini akan sampai pada pemiliknya.
“Sesuai permintaanmu.” Aku tersenyum, “Aku tidak datang dengan mawar merah, atau lili putih.”
Aku meletakkan pelepah daun kurma segar.
Senyum hangat penuh cinta miliknya tiba-tiba terukir dalam ingatanku, meskipun sejak tadi hanya ada geming.
“Kukira sebuah permintaan saat itu hanya gurauan semata.” Aku duduk, mendekat.
“Aku mengimani kisah Rasulullah Saw, ketika beliau melewati dua makam. Namun, jika membayangkan aku meniru yang Rasulullah lakukan saat itu, hatiku jadi terluka.” Aku membenahi kacamata yang mulai terasa lembab.
“Menjalani hidup tanpa ada kau disampingku adalah kenyataan yang sungguh gelap. Yah, karena kau adalah wanita satu-satunya yang paling tulus mencintaiku, wanita yang mampu menembus pintu-pintu langit meminta segala kebaikan untukku.” Aku mengusap ujung hidung.
Aku tidak ingin menangis, air mataku berhasil beku di pelupuk sebelum jatuh ke pangkuan bumi. Senyumku terjaga, menatap ukiran nomor di atas batu hitam. Menangkupkan tangan, dan berdoa.
“Ya Robbi, Engkaulah pemilik seluruh kemuliaan dan kebesaran, Engkaulah tempat bergantung, Engkaulah yang Maha Mengabulkan doa. Ampunilah dosa dan khilaf wanita mulia ini, lapangkanlah kuburnya, terangilah kuburnya, jauhkanlah dari azab kubur, serta jadikanlah surga tanpa hisab atas lelahnya, waktunya, cintanya, nasehatnya, dan seluruh pengorbanannya sebagai ibuku. Aamiin.”