Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Aris dan Hasna. Sepasang kekasih muda yang sama-sama menyembunyikan rahasia. Rahasia besar dalam hidupnya. Hasna pernah bertanya-tanya kepada dirinya sendiri “Diriku.. apakah kamu masih setia untuk terus mengabulkan egoku, keinginanku, keegoisanku, amarahku, bullyanku, aku yang gampang kesal dan cemas jika keinginanku tidak terkabul.”
Sedangkan Aris, suatu hari ia bertanya kepada dirinya sendiri. “Diriku.. sampai kapan kau akan menutup diri, menutup diri dari orang lain, dari kekasihmu, bahkan dari dirimu sendiri?” Tidak mudah memang meyakinkan sesuatu hal tentang hal yang tidak dapat dimengerti, terlebih oleh logika.
Dipinggir danau yang mendung dan berangin sore itu, Aris dan Hasna sama-sama membuka rahasianya satu sama lain. Setelah Hasna tidak tidur tiga hari memikirkannya, tidak makan tiga hari memantapkannya, berdoa sepanjang hari dan malam untuk meyakinkannya bahwa hari itu merupakan hari yang tepat untuk jujur terhadap kekasihnya. Begitupun Aris, yang tidak keluar kamar seminggu untuk memantapkan pikirannya melajukan kejujuran.
“Ris.. aku mau jujur sama kamu. Aku mau kamu tahu apa yang sebenarnya aku bisa lakukan, yang mungkin gak masuk diakal. Aku bisa tukar jiwa. Aku bisa masuk kedalam ragamu dan hidup dengan ragamu. Selamanya dan sesukaku, hanya butuh jarak lima meter aja dan itu akan terjadi, Ris.”
“Aku ingin dibuktikan.”
“Baik, aku akan buktikan ke kamu. Pegang tanganku.”
“Pejamkan matamu dan ketika aku bilang buka kamu jangan kaget saat aku nanti bersuara seperti kamu karena aku akan ada didalam raga kamu.”
Satu menit yang sunyi dan hanya terdengar angin pingiran danau yang seolah menyaksikan ritual dari Hasna.
“Kamu boleh buka mata sekarang.” Hasna dan Aris langsung membuka matanya, berbarengan.
“Tidak terjadi apa-apa.” Dengan datarnya Aris merespon apa yang baru saja Hasna perlihatkan padanya.
“Kita ulangi sekali lagi ya, mungkin aku gak fokus.”
“Seribu kali kamu coba juga tetap gak akan berhasil. Karena juga yang hari ini dengan sangat amat piker panjang juga harus jujur ke kamu. Kalau aku bisa mengontrol seseorang.”
“Maksudnya?”
“Aku bisa mengontrol seseorang, marahnya seseorang bisa aku redamkan, sedihnya seseorang bisa aku ringankan, bahagia seseorang bisa aku takarkan. Aku memiliki kelebihan seperti kamu memiliki kelebihan.” Aris memberi penjelasan
“Aku masih gak mengerti dan gak percaya kalau kamu memiliki kelebihan yang gak bisa masuk dinalar seperti aku juga, aku kira cuma aku yang bisa memiliki kelebihan yang diluar logika.”
“Kekasihku, inilah hidup. Terkadang kita rasa kita satu-satunya orang yang memiliki kelebihan baik itu kelebihan yang masuk akal hingga yang diluar logika. Kita tidak sadar bahwa bukan cuma kita yang hidup didunia ini, ada milyaran orang namun memang keberadaannya sudah sering terlihat kecil dalam pemikiran setiap orang. Setiap orang nyatanya memiliki kelebihan masing-masing dan kita hanya dua orang yang memiliki kelebihan “diluar logika” yang mulai hari ini sudah mengenal kelebihan itu masing-masing dan tentunya kita akan menemukan dan lebih mengenal banyak orang “hebat” lagi diluar sana.” Aris menatap Hasna yang penuh dengan kebingungan.