Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Kurcaci Penjaga Pintu Emas
3
Suka
64
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Cahaya senja berwarna jingga. Awan cirrocumulus seperti kapuk. Sinar oranye rembulan dibalut awan tebal. Langit merah terang, langit biru tua bercampur violet malam, dan langit subuh yang memudar perlahan dari biru tua ke biru muda.

Bahkan langit malam dengan awan cumulonimbus yang menggantung hitam pun— semuanya tersimpan rapat dalam satu ruang kecil yang kusebut: pintu emas.

Sebuah pintu berisi sejuta memori tentang langit…dan tentang orang-orang yang dulu hidup bersamaku di bawahnya.

Langit itu pernah menyapaku setiap aku pulang. Cuacanya selalu memeluk saat aku datang. Rasanya seperti pulang ke hati sendiri.

Tapi kini, pintu itu telah tertutup. Segala penghuni lama telah terpencar.

Aku berjalan dengan langkah berat, berharap menemukan pintu platinum. Namun yang kutemukan hanyalah pintu karat. Usang, retak, dan tidak layak disebut rumah.

Aku berdiri di ambang, gamang: antara menetap dalam kehampaan, atau kembali menunggu harapan yang sudah hilang.

Kilatan cahaya emas sempat masuk perlahan. Seolah menungguku pulang.

Kurcaci kecil. Penjaga pintu emas. melambaikan tangan. Ia ingin aku kembali. Aku berjalan pelan, mencoba meraih secercah harapan. Namun saat aku sampai di gerbang batas, kurcaci itu ditarik kembali oleh penjaga sistem. Ia menatapku lewat celah kecil. Tak bisa mendekat. Penjaga sistem berkata: “Masamu telah usai. Jadilah orang lain dulu, baru kau bisa masuk kembali.”

Pintu itu pun tertutup rapat. Cahaya emas padam. Aku menelan pahitnya kenyataan: aku tak bisa pulang.

Aku berbalik badan. Menggenggam erat semua kantung harapan yang masih tersisa. Melangkah kembali ke arah pintu karat, menyeret kaki dengan sisa tenaga.

Di tengah perjalanan, muncul sebuah jalur menuju pintu lain—pintu yang masih terkunci. Penuh misteri. Aku tak tahu… apakah di baliknya ada ladang ular atau berlian.

Kini, aku menyimpan pintu emas itu dalam brankas. Bukan untuk dilupakan, tapi agar aku bisa berjalan tanpa terus menoleh ke belakang.

Aku akan terus mencari. Menapaki jalan tak pasti. Berani membuka pintu demi pintu dengan berbagai risiko.

Karena mungkin… ada satu pintu di masa depan. Yang akan membawaku pulang. Tapi bukan ke tempat lama. Melainkan ke tempat yang lebih tinggi.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (2)
Rekomendasi dari Drama
Novel
Gold
NY Over Heels
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
Cinta di Balik Pesantren (Buku Kedua)
Imajinasiku
Flash
Kuning Langsat
Lisa
Flash
Kurcaci Penjaga Pintu Emas
Raquela Valevine
Cerpen
Bronze
OKB yang Sombong
Refy
Novel
(Bukan) Menantu Pilihan
Lilis
Novel
Gold
Teman Baru Winda
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Realitas Tak Seindah Kata Mutiara: Kumpulan Cerpen
Charisma Rahmat Pamungkas
Novel
Ephemeral
Nurul faizah
Novel
Tuan Lori
Adinda Amalia
Komik
THEY ARE A GIFT
Irul irul
Skrip Film
DOSA COVID-19
Didiiswords
Skrip Film
Perfect Husband to My Sister
mahes.varaa
Cerpen
Bronze
Jejak Cinta yang Tak Tergantikan
Purnama Pani Sandra
Novel
Bronze
(Secuil) Tentang Bakti
Amalia Puspita Utami
Rekomendasi
Flash
Kurcaci Penjaga Pintu Emas
Raquela Valevine
Novel
Petak Umpet Terakhir
Raquela Valevine
Cerpen
Carol, Bukan Aku
Raquela Valevine