Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Pagi yang tenang seperti biasanya sinar sang mentari perlahan mulai menghilangkan sebuah kegelapan. Bulan yang seolah melambai setiap malam berpamitan dengan hewan-hewan malam. Kini saatnya sang rembulan tertidur. Tapi tidak untukku, seolah dunia terus memaksaku untuk terus berjaga. Perlahan-lahan sang matahari mulai melambai pada hewan-hewan yang aktif pada pagi hari. Mereka terbangun riang, terlihat segar sekali terbangun dari tidur malam.
Aku meringkuk memeluk kedua lutut rasa sakit akibat insomnia ini seolah sudah berteman baik denganku, tidak lagi sakit seolah sudah menjadi teman baik. Sang waktu tidak akan pernah berhenti, mereka seolah buta dengan keadaan sekitar mereka. Padahal mereka tau, mereka merasakannya. Tapi mereka juga menanggung beban yang cukup berat, sebab jika mereka berhenti maka tidak ada lagi yang akan menghidupi dunia ini.
Cahaya perlahan mulai memasuki kamarku yang gelap, silau sekali rasanya. Rasa sakit itu kembali setelah sang mentari mulai naik ke porosnya. Arrggghhhh !!! aku mulai tersadar dari lamunanku sakit sekali kepala ini, sang insomnia mulai menyerang dengan sangat hebat. Aku ingin menyarah, aku ingin mati!! AARRRGGGHH!!!... aku meremas kepalaku yang seakan akan meleledak. Mataku serasa ingin keluar aarrghh!! Sakit sekali yaa Tuhan…. Aku sudah tidak lagi kuat bila harus menahan semua rasa sakit ini setiap pagi, aku ingin sembuh, aku igin merasakan pagi yang damai lagi… matahari itu seolah menyiksaku dengan berbagai cara, dia terus bersinar dan semakin bersinar sakit sekali. Sampai akhirnya kegelapan yang aku tunggu kembali tiba menghampiri.
Tenang kembali terasa, rasa sakit sedikit mereda namun aku merasa badanku serasa diangkat oleh seseorang dan terdengar sirene ambulan. Kegelapan mulai memelukku dengan erat aku terlelap.
Dan untuk kesekian kalinya lagi cahaya itu kembali bersinar memasuki kegelapan yang erat sekali memelukku. Namun cahaya ini terasa menenangkan perlahan aku membuka mataku ada banyak sekali orang-orang diskitarku yang menungguku pulang dari ketidak siuman. Aku hampir menyerah.
Aku hampir menyerah dengan kehidupan, juga hampir menyerah dengan cinta yang telah lama ku perjuangkan. Tapi, semua itu sirna saat sang matahari yang tidak pernah lelah untuk terus bersinar.