Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Horor
Gelap Gulita
1
Suka
6
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Aku terbangun, kala suara petir bergemuruh di langit. Guyuran hujan lebat mengetuk jendelaku berkali-kali.

Aku mulai mendudukkan diri di pinggir kasur, demi mengumpulkan nyawa yang terombang-ambing badai. Ternyata langit telah berganti malam dan kamarku pun ikut gelap gulita.  

Aku mencoba mengingat-ingat apa yang telah kulakukan, sebelum aku ketiduran di kamarku sendiri.

Jam tiga sore lalu, aku baru kembali ke rumah setelah rawat inap di rumah sakit akibat tipes. Saat sampai di kamar, aku langsung membersihkan diri sebelum membereskan bawaanku.

Badan dan pikiranku yang lelah, memohon untuk memejamkan mata sejenak, dan berakhirlah ketiduran sampai malam.

Aku bangkit dari kasur menuju tempat saklar lampu di dekat pintu.

“Hah … pasti pemadaman listrik dadakan lagi, akibat hujan di luar sana. Udah jam berapa ini?”

Aku segera mencari ponsel di kasur untuk melihat jam terkini. Mataku sampai menyipit akibat cahaya ponsel yang menyilaukan penglihatanku.

“Hah? Udah jam sepuluh malam? Bodohnya aku lupa memberi makan Tamtam.” 

Segera aku menuju lantai dasar dengan bantuan cahaya ponselku. Bahkan terangnya cahaya ponselku, belum cukup menerangi pekatnya gelap yang menelan seisi rumahku.

Aku mengeong dan memanggil nama kucing hitamku yang biasa menyatu dalam kegelapan. Dia memang jarang menyahut, tetapi aku bisa mengetahui keberadaannya lewat bunyi kalungnya.

Untunglah ada cahaya dari luar jendela dapur. Aku tidak akan kesulitan menyiapkan makan dan minum Tamtam.

Kerincing!

Suara kalung Tamtam akhirnya terdengar. Aku menyuruh untuk bersabar sejenak. "Tamtam lapar ya? Sebentar ya .…" 

Selagi menyiapkan makanan, sesekali aku melihat hujan menari di luar rumah mengikuti irama angin menerpa. Kondisi mati lampu disertai hawa dingin, sukses membuatku menguap lebar.

Setelah siap, aku menaruh tempat makan dan minum yang tersorot cahaya. Kemudian, aku kembali memanggil Tamtam agar dia segera makan. “Tamtam, ayo makan!”

Niatku menunggu TamTam terinterupsi panggilan telepon berbayar. Aku keluar dari dapur, lalu mengangkat telepon temanku di dekat tangga.

"Halo, Valen.”

[Hannah, kamu udah di rumah? Aku khawatir kamu gak balas pesan WA-ku.]

"Udah, dari jam tiga sore tadi. Aku naik taksi online. Maaf aku juga ketiduran, paketan internetku baru aja habis sore tadi."

[Syukurlah. Maaf ya gak bisa jemput kamu. Seharian ini di area kos-ku hujan lebat sejak siang. Sekali lagi maaf ya.…]

"Gak apa-apa. Sejak awal bulan ‘kan, cuaca memang gak bisa ditebak.”

Kereincing, kerincing!

Sepertinya, TamTam sudah selesai makan. Suara kalungnya terdengar saat dia keluar dari dapur. Aku berniat kembali ke kamar, sebelum Valen mengatakan suatu hal.

 [Eh, Han. Kayaknya aku baru bisa anter tamtam sekitar jam ... emm ... jam 3 sore, mungkin. Gak apa-apa. 'kan?  ]

Aku terdiam sejenak.

"Tamtam ... di tempat kamu?"

[Iya. Kamu lupa? Selama kamu rawat inap di rumah sakit sejak satu minggu lalu, Tamtam 'kan, tinggal di kos-ku.]

Bagaimana bisa aku melupakan hal ini? Firasatku mulai tidak enak. 

Buru-buru aku kembali ke dapur/ untuk melihat tempat makan Tamtam. Isi makanan dan airnya … sudah kosong.

Aku bertanya-tanya dalam hati, siapakah yang kuberi makan dan minum tadi? 

Kerincing, kerincing!

Bulu kudukku meremang ketika suara kalung Tamtam terdengar lagi. Lambat laun, aku menengok ke ambang pintu, bertepatan kilat menyinari seisi ruang dapur.

Bayangan tinggi tersenyum lebar, menampakkan gigi bergerigi putih. Matanya berwarna emas, seperti milik Tamtam.

Lalu, dia mengeong tanpa merasa berdosa.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Flash
Gelap Gulita
Celica Yuzi
Cerpen
Bronze
Hantu Air Mata Darah
Zero 74nzan
Novel
GANG BERINGIN
Rizkywara
Novel
Kotak Pandora
Rizky Dini Anjani
Flash
Bronze
Makhluk Bertaring di Bibir Sumur
Abdi Husairi Nasution
Cerpen
Bronze
Jejak Terakhir di Hutan Mutiara
Ridwan Albakri
Komik
Bronze
Diary abu-abu elena
Andy widiatma
Cerpen
Bronze
Tukang Pos Terakhir
Christian Shonda Benyamin
Novel
Bronze
Kuda Bisik~Novel~
Herman Sim
Flash
Bronze
NYI DARSIH DEMIT TANAH JAWA UNIVERSE
Okhie vellino erianto
Novel
Penghuni Posko KKN
Chely Nizwar
Flash
Diary
Deandrey Putra
Cerpen
Bronze
Mereka yang Masih di Dalam
Jasma Ryadi
Novel
Gadis Jelmaan Parakang
Muhammad Taufiq
Flash
Dari Dimensi Lain
bomo wicaksono
Rekomendasi
Flash
Gelap Gulita
Celica Yuzi
Cerpen
Impian Sang Burung
Celica Yuzi
Flash
Kisah Hades dan Athena
Celica Yuzi
Flash
Sayang, Mari Kita Berpisah
Celica Yuzi
Cerpen
Bird (Burung)
Celica Yuzi
Novel
AGATHO: What Have You Done
Celica Yuzi
Novel
Cawan Kosong
Celica Yuzi