Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Aksi
Musim Hujan Terakhir
0
Suka
6
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Langit sudah terlalu lama kering.

Hujan terakhir turun tiga puluh dua tahun lalu, sebelum anak-anak belajar bahwa air bisa jatuh dari langit. Sekarang, air hanyalah sesuatu yang dipompa dari perut bumi, diatur, disterilkan, dan diperdagangkan seperti emas cair.

Di rumah kecil di pinggiran kota, seorang nenek bernama Rara duduk di samping cucunya, Ayra, yang berusia delapan tahun. Mereka memandangi langit yang abu-abu.

“Aku ingin kamu tahu seperti apa suara hujan,” kata Rara, suaranya parau tapi penuh harap. “Ia tak seperti suara pipa air atau keran bocor. Hujan punya iramanya sendiri. Ia mengetuk jendela seolah ingin masuk bicara.”

Ayra tersenyum kecil. “Nenek, aku sudah lihat video hujan di sekolah. Katanya, itu cuma mitos. Seperti pelangi yang muncul sendiri.”

“Video bukan hujan, Ayra,” jawab Rara pelan. “Video tak bisa buat kamu merasa dingin tapi hangat sekaligus. Tak bisa buat kamu ingin menangis, padahal kamu tak tahu kenapa.”

Ayra menunduk. “Kalau hujan terakhir sudah lama, kenapa nenek yakin dia bakal datang lagi?”

“Karena aku belum selesai mencintainya,” ucap Rara sambil menatap langit. “Dan sesuatu yang dicintai… selalu mencari jalan pulang.”

Hari-hari berlalu, dan langit tak berubah. Anak-anak tumbuh tanpa jas hujan. Toko-toko berhenti menjual payung. Lahan-lahan gersang menjadi kota, dan pohon-pohon diganti dengan menara pendingin.

Namun Rara tetap menunggu. Ia menaruh gelas kosong di jendela, membuka atapnya sedikit setiap pagi, dan berdoa pada langit yang kering.

Hingga suatu malam, tubuh Rara melemah. Ia dibaringkan di tempat tidurnya, napasnya mulai berderak seperti daun tua. Ayra menggenggam tangannya.

“Nenek…” bisik Ayra. “Langit masih kering.”

Rara menoleh lemah. “Mungkin… mungkin aku harus pergi… supaya dia bisa datang…”

“Nenek, jangan.”

Tapi malam tak mendengar.

Saat dini hari tiba, Ayra terbangun karena suara asing. Bukan suara alarm atau ventilasi. Bukan juga suara kendaraan drone.

Itu… suara ketukan kecil di atap. Lalu lebih banyak. Lalu berirama.

Tok tok tok tok.

Ia membuka jendela. Butiran dingin menari di udara, memukul tanah, membasuh debu.

Hujan.

Air yang jatuh dari langit. Air yang bukan milik siapa-siapa. Air yang menangis seperti ia sedang rindu pada sesuatu.

Ayra berlari ke ranjang. Tapi tubuh Rara sudah dingin, bibirnya sedikit tersenyum.

Ayra membuka pintu rumah. Ia berdiri di bawah hujan, membiarkannya membasahi rambut dan bajunya. Ia menengadah, menangis, tapi tak tahu kenapa.

Di samping gelas kosong Rara di jendela, sebutir air pertama jatuh, mengisi sedikit ruang.

Musim hujan terakhir, akhirnya datang tidak untuk dunia, tapi untuk seorang nenek yang menunggu dengan cinta

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Aksi
Flash
Musim Hujan Terakhir
lidia afrianti
Flash
Pemuda di Ruang Rapat
Drew Andre A. Martin
Novel
Godwin Agency 2: Reunion
FS Author
Flash
Bronze
Borges dan Aku Jorge Luis Borges penerjemah: ahmad muhaimin
Ahmad Muhaimin
Cerpen
Jeritan hati si rini
inayatunafisa
Flash
Bronze
test2
John Doe
Cerpen
Bronze
Jejak Keadilan di Balik Derita
Muhammad Ari Pratomo
Flash
Bronze
KERASUKAN
sisibulan
Flash
Pertunjukan Malam
Lebah Bergantung
Novel
Bronze
The Justice
djangles
Flash
iLeR Lu!
Zi Chaniago
Cerpen
The Storm Catcher
Fidiya Sharadeba
Novel
WaroX
Handi Yawan
Novel
Bronze
BACK TO 18 AGAIN
Safinatun naja
Novel
Bronze
MERANTAU
hendri putra
Rekomendasi
Flash
Musim Hujan Terakhir
lidia afrianti
Cerpen
Jejak Yang Tak Terhapuskan
lidia afrianti
Flash
Bronze
Luapan Luka Luna
lidia afrianti
Flash
Lembar Terakhir Si Penulis
lidia afrianti
Flash
Tumbuhan Pemakan Rahasia
lidia afrianti
Cerpen
Bronze
In The Nick of Time
lidia afrianti
Flash
Hear You
lidia afrianti
Flash
Juni Tanpa Ju
lidia afrianti
Flash
Kenapa kita kura-kura
lidia afrianti
Cerpen
Bronze
The Soundless Tide
lidia afrianti
Flash
Jeda Yang Tak Pernah Usai 2
lidia afrianti
Flash
Jika Sudah Lupa, Mari kita Bertemu
lidia afrianti
Cerpen
Bronze
A letter: Unbreakable Love From Seoul
lidia afrianti
Flash
Bronze
Lemon Tea
lidia afrianti
Flash
Terapi kota
lidia afrianti