Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Religi
ketika tuhan punya rencana
0
Suka
11
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Hujan turun pelan sore itu, membasahi genteng tua kontrakan yang kini kosong. Bekas penghuni terakhirnya, Rafi, baru saja diusir dua hari lalu karena menunggak sewa tiga bulan. Kini ia hanya membawa satu ransel, sebuah sajadah, dan sisa-sisa keberanian yang hampir habis.

Rafi bukan orang malas. Setiap hari ia bangun sebelum Subuh, salat dengan khusyuk, lalu melamar pekerjaan—apa saja. Dulu ia editor video freelance, kadang jadi admin, kadang kurir online. Tapi entah mengapa dalam satu tahun terakhir, semua pintu seakan tertutup.

Lamaran tak dibalas. Orderan sepi. Rekening kosong.

Yang lebih menyakitkan, bukan hanya urusan dunia yang terasa sempit. Tapi orang-orang mulai menjauh. Teman menyindir, “Rajin ibadah tapi rezeki seret, jangan-jangan ada dosa besar yang disembunyiin?”

Wanita yang ia cintai pergi diam-diam. Menikah dengan laki-laki yang lebih mapan.

Sore itu ia duduk di bawah jembatan flyover, hujan masih turun. Ia menggigil, tapi tangannya tetap menggenggam tasbih. Bukan karena ia tak ingin marah—ia ingin. Tapi hatinya masih percaya, “Kalau Allah sedang tidak memberi yang aku minta, mungkin Dia sedang mempersiapkan yang lebih besar. Mungkin, keselamatan.”

Malam itu ia tidur di musholla pinggir jalan. Besoknya ia bangun, salat Tahajud sendiri dalam gelap. Tangisnya jatuh saat sujud, pelan-pelan.

“Ya Allah, aku sudah tak punya siapa-siapa. Tapi aku masih punya Engkau.”

Hari-hari berikutnya tak serta-merta membaik. Tapi Rafi tetap membantu membersihkan musholla itu, walau tak diminta. Ia bantu ibu-ibu tua yang mau menyeberang. Ia beri senyum pada siapa pun, walau hatinya berdesak luka.

Suatu hari, saat ia sedang membantu anak-anak ngaji membaca iqro', datang seorang pria tua mengenakan baju batik dan peci putih. Pria itu memperhatikan Rafi cukup lama.

“Anak muda, kamu kerja di sini?” tanyanya.

“Tidak, Pak. Saya hanya menumpang ibadah dan membantu seikhlasnya.”

“Apa kamu bisa komputer?”

“Bisa. Saya dulu editor video, juga biasa bikin desain.”

Mata pria itu menyipit, lalu tersenyum.

“Besok ikut saya ke kantor. Saya butuh orang jujur, bukan hanya orang pintar.”

Ternyata pria itu adalah pemilik percetakan besar yang sedang mencari kepala divisi media baru. Ia tidak percaya HRD yang banyak pakai data dari Google. Ia lebih percaya firasat dan pengamatan.

Rafi diterima kerja. Bukan sebagai OB. Tapi langsung sebagai staf utama. Setelah satu bulan, kepercayaan itu naik menjadi pemimpin proyek. Dalam tiga bulan, ia bisa menyewa kontrakan sederhana dan membayar semua hutangnya.

Orang-orang yang dulu menghindar kini kembali menyapa. Bahkan wanita yang dulu meninggalkannya sempat menghubungi, “Kamu kok tiba-tiba sukses? Luar biasa banget...”

Tapi Rafi hanya tersenyum, membalas pesan itu dengan satu kalimat bijak, “Semua ada waktunya. Kadang Allah bukan menunda rezeki, tapi menyelamatkan kita dari dunia yang menipu.”

Suatu malam, di puncak kesendiriannya yang sudah tak sesakit dulu, ia menatap langit. Hujan kembali turun.

Dulu ia pernah berdoa agar Allah memberinya uang. Tapi kini ia bersyukur doanya tak langsung dijawab.

Kalau saat itu ia langsung diberi uang, mungkin ia lupa shalat.

Kalau saat itu ia langsung dilancarkan urusan, mungkin ia jadi sombong.

Kalau saat itu wanita itu tidak pergi, mungkin ia tidak tahu mana cinta yang tulus dan mana cinta karena dompet.

Ia sadar sekarang:

Allah tak pernah kejam. Allah hanya punya rencana yang lebih baik dari apa pun yang bisa manusia rancang.

Setahun berlalu. Kini Rafi bukan hanya sukses di dunia kerja. Tapi ia membuka rumah singgah untuk orang-orang yang kehilangan tempat. Ia biayai anak-anak yatim untuk sekolah media. Ia bahkan membangun musholla kecil dari hasil usahanya.

Ia tidak kaya raya. Tapi cukup. Lebih dari cukup.

Ia tidak terkenal. Tapi dicintai banyak orang.

Setiap malam, sebelum tidur, ia tetap berdoa seperti dulu.

Tapi doanya sudah berubah.

Bukan lagi, “Ya Allah beri aku rezeki.”

Tapi,

“Ya Allah, jangan beri aku dunia jika dunia itu membuatku lupa akhirat.”

Mereka yang pernah menertawakan, kini diam.

Mereka yang pernah menghindar, kini segan.

Rafi tak pernah dendam. Ia hanya tersenyum. Karena dalam hidup, diajak Allah jalan memutar bukanlah kehancuran—tapi keselamatan.

Karena yang benar-benar mencintaimu, akan menahanmu dari yang mencelakakanmu.

Dan cinta Allah, tak pernah datang terlalu cepat, atau terlambat. Rafi berdiri di balik kaca jendela kantor barunya yang sederhana tapi nyaman. Tangannya menggenggam secangkir kopi hangat, dan di dinding terpajang papan kayu bertuliskan: "Rezeki bukan selalu hasil kerja keras, tapi hasil ridho-Nya."

Ia masih ingat betul malam-malam di musholla itu. Rasa lapar yang ia tahan dengan air wudhu. Hutang yang menumpuk seperti gunung yang tak bisa ia daki. Ia pernah merasa hancur, tak dihargai, bahkan hampir menyalahkan takdir.

Tapi ia tidak pernah menyalahkan Tuhan.

Sekarang, hidupnya pelan-pelan berubah. Tidak instan, tidak mewah, tapi cukup dan penuh makna. Ia bisa menyewa tempat, bisa membantu orang, bahkan sesekali menyumbang diam-diam ke panti asuhan. Tapi yang paling ia syukuri bukan uang—melainkan ketenangan.

Suatu hari, seorang pemuda datang ke kantornya. Bajunya lusuh, wajahnya letih. Pemuda itu menyerahkan CV yang dilaminating seadanya. Rafi membacanya sebentar, lalu bertanya:

“Kamu percaya Tuhan?”

Pemuda itu tertegun. “Percaya, Pak... meskipun kadang saya bingung kenapa nasib saya begini terus.”

Rafi tersenyum. Ia mengenali raut itu. Itu wajah dirinya sendiri, dua tahun lalu.

“Kalau begitu, tetap bertahan. Kadang Allah tidak langsung beri jawaban karena Dia ingin tahu, siapa yang hanya mencintai-Nya saat lapang... dan siapa yang tetap setia bahkan saat sempit.”

Ia mempekerjakan pemuda itu.

Beberapa bulan kemudian, pemuda itu makin semangat. Ia belajar, bekerja keras, dan perlahan tumbuh. Rafi melihat dirinya sendiri dalam proses itu. Dan ia semakin yakin, bahwa yang paling berharga dalam hidup bukanlah harta, tapi bagaimana kita tetap hidup dengan iman di tengah ujian.

Setiap Jumat, ia mengadakan pengajian kecil di ruang kerja. Karyawan-karyawannya hadir. Mereka membaca surah pendek, tafsir ringan, lalu saling berbagi kisah.

Suatu malam, dalam pengajian itu, salah satu staf bertanya:

“Pak, kenapa Bapak tetap baik sama orang, padahal dulu katanya sempat diperlakukan buruk?”

Rafi menjawab,

“Karena orang yang menyakitiku bukan Allah. Dan aku tak mau jadi jahat hanya karena orang lain begitu. Aku ingin tetap jadi alasan orang percaya, bahwa kebaikan masih ada.”

Tahun ketiga, usahanya berkembang. Tapi hidup Rafi tetap sederhana. Ia memilih tinggal di rumah kecil yang ia beli secara tunai. Tidak mewah, tapi penuh doa. Ia tetap menyapu halaman sendiri, tetap mengimami salat Maghrib di musala depan gang.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Religi
Flash
ketika tuhan punya rencana
Okhie vellino erianto
Novel
Bronze
WAJHAN
Kartika Wulandari
Novel
Bronze
365 Hari Bersama Sahabat Nabi
Biru Tosca
Flash
Gadis Kecil di Depan Bioskop
Sulistiyo Suparno
Novel
Bronze
Lammatul Malakh
Raz Aka Yagit
Novel
Bronze
Dari Syukur Hingga Syakur
Sukma El-Qatrunnada
Novel
Bronze
Kelana
ahmad kholil | @KholilAhmad
Novel
Gold
Tuhan yang Kesepian
Bentang Pustaka
Novel
Hijab Pelacur
Donto Hade
Novel
Gold
Sukses di Usia Muda, Harga Mati
Mizan Publishing
Novel
Gold
Istri Kedua Gus
Falcon Publishing
Flash
Rumah Besar Di Surga
Vitri Dwi Mantik
Novel
Ruang
Aida Nabila
Novel
Bronze
Kulabuhkan Cintaku di Hatimu
Imajinasiku
Novel
Gold
Ada Pelangi di Balik Hujan
Mizan Publishing
Rekomendasi
Flash
ketika tuhan punya rencana
Okhie vellino erianto
Flash
Bronze
Jendela belakang
Okhie vellino erianto
Flash
Bronze
janji suci
Okhie vellino erianto
Novel
Inikah Rasanya Kehilangan
Okhie vellino erianto
Flash
Bronze
samara
Okhie vellino erianto
Skrip Film
MAHLUK TUHAN PALING CANTIK
Okhie vellino erianto
Flash
Bronze
Pine princces
Okhie vellino erianto
Flash
Bronze
PACAR MALAM MINGGU
Okhie vellino erianto
Skrip Film
COKELAT RASA KEJU
Okhie vellino erianto
Flash
Bronze
Aku lupa besok senin, selasa, rabu, kamis, jumaat, sabtu atau minggu
Okhie vellino erianto
Skrip Film
LOVE IS MAGICAL
Okhie vellino erianto
Novel
Bronze
WEDDING SCHOOL
Okhie vellino erianto
Novel
Numpang Lewat
Okhie vellino erianto
Flash
Bronze
Wayang ghaib ( Demit tanah Jawa universe )
Okhie vellino erianto
Flash
Bronze
Cincin di laci sebelah
Okhie vellino erianto