Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Kenapa, kenapa Tuhan...
Kenapa jantungku terikat dengan dunia yang begitu jauh dari nilai yang aku punya.
Tuhan, sakit.
Kenapa aku harus peduli terhadap semuanya?
Padahal selama ini aku meradang sendirian
Tanpa siapapun tahu sudah berapa tetes air mata yang keluar pelan pelan
Tanpa siapapun tau sudah selelah apa aku berteriak dalam kebisuan
Tempat ini tempat apa..?
Aku terlahir pada suatu bola wadah yang besar.
Tapi di jalan ini aku benar benar menanjak dengan kaki kecilku sendirian.
Kalau aku jatuh dari tebing ini bagaimana, Tuhan?
Kalau aku terpeleset aku bisa menggenggam tangan siapa?
....
Clara tertidur setelah menulis puisi sebagai obat jiwanya.
Ia sedang menata ulang energinya.
Untuk kembali menari pada dunia yang ia bangun megah dengan orang orang yang secara ketat dia pilah pilah.
Orang orang berdecak penuh kekaguman
"Wah dia mandiri ya, cerdas, indah, lembut, tegas, bisa melindungi dirinya sendiri dan menjaga batasan energi dengan tegas, memilah apa yang seharusnya tumbuh pada lingkungannya, memilih apa yang layak didengar, dirasa, dicerna dan disimpan dalam jiwa. Hebat sekali ya...."
Ada pula yang sibuk berpikiran gelap,
"Sombong sekali, bukan siapa siapa tapi berlagak bak intan permata."
Lama suara itu bergantian berbunyi tak henti henti tapi sepanjang suara itu berdiri suara yang dinanti nanti belum juga ia temui.
Yakni suara yang berkata "sesakit apa kecewanya terhadap seluruh bagian dunia sampai dia membangun dunianya sendiri, memisahkan diri dan memilih milih semua hal sampai sejauh dan sedetail ini?"
....
"Clara, sebenernya kamu siapa?"
Ucap orang orang yang selama ini mengenalnya.
Ia hidup menjelma gadis yang ada pada pucuk sari sebuah bunga kesucian.
Terlihat mudah terjangkau tangan tapi ketika kamu ingin memeluknya dia menghilang, ternyata yang kau kenal hanya bayangannya, jiwa aslinya entah ke mana.
Ia menebarkan teka teki yang ketika dirangkai menjadi cermin yang memantulkan siapa yang menemukannya.
Sembari muncul sepercik cahaya sejati yang berkata, "Bagaimana caraku menyembunyikan segala luka yang menganga? Anggun bukan?"
.
.
Percayalah kebijaksanaan itu mahal, kau harus meneguk penderitaan untuk bisa memahaminya dengan sempurna.