Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Kamar sudah bersih, selimut sudah kutarik, tetapi aku tak kunjung tidur. Aku hanya diam di atas kasur, menunggu seseorang membuka pintu kamarku.
Yang hampir setiap malam selalu mematikan lampu kamar, dan berkata, "jangan lupa berdoa!"
Krieet! Pintu terbuka, menampakkan sosok yang selalu kutunggu—ayah.
Ia tersenyum, wajahnya teduh dan penuh ketenangan.
"Segera tidur dan jangan lupa berdoa!"
Tak lama kemudian, lampu mati. Aku tersenyum, berdoa lalu tidur.
Tak kusadari itu menjadi rutinitas yang paling kutunggu.
Tapi, kini suaranya tak lagi kudengar. Bahkan, terkadang aku lupa untuk berdoa—dan berakhir mimpi buruk.
Hening.
Di atas kasur ini pula, aku bermain pesawat terbang dan ular cobra bersamanya. Kini semuanya tinggal kenangan dalam ingatan.
Aku menangis, saat melihat tubuh yang kaku, dingin dan pucat. Tidak ada yang bisa digambarkan, selain kesedihan...dan kehilangan.
Rumah terasa berbeda. Seperti ada sesuatu yang hilang—yang selalu kutunggu setiap malam.
Dalam doa, aku menitikkan air mata. Memutar kenangan lama.
Dulu ayah selalu yang tidur terakhir. Sekarang, aku yang tidur terakhir.
Bahkan tugas membuat puisiku pun, bertema tentangnya.
Kutulis dengan hati yang tenang, bukan hanya dari pikiran.
Kehilangan memang membawa perubahan dalam hidupku, tapi tak pernah membuat semangatku surut.
Darinya pula aku belajar menjadi orang baik. Ia tak banyak berkata-kata, tapi setiap geraknya—adalah teladan.