Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Kalau LDR, pasti ada yang nakal. Pasti ada salah satu atau bahkan keduanya yang nyeleweng. Nggak usah jauh-jauh. Adikku sendiri sekarang begitu! Itu kata Johan.
Saat nyeleweng, sering-sering yang lebih dekat lebih ngena daripada yang jauh. Salah satu sebab kenapa pasangan LDR itu bakalan kandas di tengah jalan. Contohnya, ya mbakku. Dengan yang LDR-an, memang benar udah pacaran delapan tahun. Tapi kalah sama selewengan sepuluh bulan yang tiap hari ada buat dia. Ini katanya Bondan.
Harta itu nggak begitu penting. Apalagi tampang. Yang penting itu perhatian, kesetiaan dan pengutamaan pada pihak penyeleweng yang lagi LDR-an. Aku sendiri lho yang ngalamin. Yang ini kata Marto.
Dari ketiga pembilang, Doni mati-matian mempercayai yang kedua. Setengah mati memperjuangkan yang ketiga, karena harta dan tampang bukan keahliannya. Dan tentu saja, telah memulai yang pertama sebagai pasangan menyeleweng dari yang masih LDR-an. Dan dari ketiga pembilang, Doni mulai meyakini bahwa dia akan jadi yang terpilih.
“Aku mau nikah,” kata Nandia.
“Serius kamu?”
Nandia mengangguk.
“Boleh. Aku siap melamarmu.”
Nandia menggeleng. “Bukan denganmu.”
Doni menganga. Tercekat. “Dengan siapa?”
“Pacarku-lah.”
Doni ingin marah, tapi tidak bisa. Dia bukan siapa-siapa. Apalagi dia mau dijadikan penyeleweng dengan sukarela.
“Aku punya tabungan. Tigapuluh juta. Menikah denganku saja!”
Nandia menggeleng. Senyumnya tak bisa dibilang kecut. Apalagi pahit. Tapi Doni benci menyebutnya sebagai senyum bahagia. Nandia pun pergi. Tak peduli betapa Doni sudah mengemis. Nandia sama sekali tak menggubris.
“Wah! Lihat deh pesta pernikahannya Nandia!”
Doni melihatnya dengan perasaan berkecamuk. Sebuah video siaran langsung pesta pernikahan Nandia yang bernilai ratusan juta. Di dalam sana, Nandia yang cantik bersanding dengan seorang pria yang sangat tampan. Doni seketika kecut. Jadi, siapa bilang? Kalau bukan jodohnya!