Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Lonceng di pintu masuk kafe berbunyi, menandakan pelanggan baru muncul. Pelanggan itu adalah sepasang remaja yang langsung duduk di tempat favorit mereka akhir-akhir ini. Satu set meja samping dinding kaca kafe.
Waitress segera menghampiri mereka lantas menampilkan senyum ramahnya. "Pesanannya seperti biasa, Kak? Satu hot caramel latte sama satu ice americano?" tanyanya yang membuat Irham dan Aria saling pandang. Bagaimana waiters ini bisa tahu?
"Ah, kafe ini masih terbilang kafe baru di daerah sini, belum banyak pelanggan juga, makanya saya bisa langsung hafal sama pelanggan yang udah sering ke sini apalagi pesanan dan duduknya selalu sama." Waitress yang mengerti tatapan bingung mereka buru-buru menjelaskan.
"Ooh gitu ...." Akhirnya mereka membeo lalu sama sama tertawa kecil.
"Iya kak, kayak biasanya, ya," jawab Aria setelah tawanya mereda.
Kini ia memandangi Irham. "Gimana tadi latihannya?"
"Capek banget tau, Ri! Masa cuman enggak bisa dapetin 'tree point' aja udah disuruh 'push up' 50 kali." Irham mengerucutkan bibir, mengeluh sambil meregangkan otot-ototnya. Melihat itu Aria tertawa renyah.
"Yang semangat, dong! Iyan pasti bisa, kok! Aku yakin, suatu saat nanti Iyan pasti jago main basket, bahkan bisa jadi kapten basket!"
Irham tersenyum mendengar kata-kata Aria yang penuh semangat. Apalagi melihat senyum cerahnya, rasa lelah di tubuhnya seakan menguap entah ke mana.
"Btw nanti kalo masuk SMA, Iyan mau masuk ke SMA apa?" tanya Aria tiba-tiba, matanya tak lepas dari pemandangan luar kafe yang menampakkan jalan raya yang selalu ramai oleh kendaraan. Di seberangnya, gedung SMA Mega Legenda tampak kokoh berdiri.
Irham mendongakkan kepala lantas mengikuti pandangan mata Aria.
"SMA Mega Legenda, dong! Di sana kan, terkenal banget sama klub basketnya yang tak terkalahkan, kalau Riri?"
Mendengarnya membuat senyum di wajah Aria melebar dan itu membuat gingsulnya menyembul dari balik bibir tipisnya.
"Sama! Aku juga mau lanjut ke SMA itu. SMA itu kan, SMA favorit nomor satu yang alumninya banyak diterima di PTN, aku harus bisa masuk ke SMA itu lewat jalur prestasi!" ujar Aria dengan semangat yang menggebu-gebu.
Irham tertawa kecil melihat tingkah Aria dalam hati mengamini mimpi gadis di hadapannya itu.
"Tapi ada satu alasan lagi yang membuat aku harus bisa masuk SMA itu, dan kamu tau apa?"
Irham menaikkan sebelah alisnya.
"Apa?"
Aria tersenyum penuh arti.
"Karena SMA Mega Legenda berhadapan langsung dengan kafe ini, kafe yang suatu saat nanti penuh kenangan. Aku bisa sering-sering ke kafe ini buat bernostalgia atau belajar bareng Iyan, terlebih lagi caramel latte-nya enak banget! Jadi aku bisa belajar, main atau sekadar melepas lelah sambil minum hot caramel latte di sini!" ujar Aria sambil mengangkat hot caramel latte-nya dan menyeruputnya dengan perlahan.
"Riri suka banget sama hot caramel latte, ya?"
Aria menjawab pertanyaan itu dengan anggukan.
"Aku suka banget hot caramel latte, rasanya yang maniis banget membuatku lupa sama semua masalah di hidupku, dan mengingatkanku sama orang-orang yang aku sayangi. Aku yakin, seperti hot caramel latte ini, mereka akan menguatkanku dengan kehangatan mereka dan sikap manis mereka di saat aku mulai rapuh."
Irham memandang Aria penuh arti.
"Kalo aku, termasuk orang-orang yang kamu sayang nggak?" tanya Irham dengan tatapan menggodanya.
Wajah Aria sontak memerah. Ia menundukkan kepalanya agar Irham tidak bisa melihat semburat merah itu. Irham tertawa kecil. Percuma, toh Irham sudah melihatnya.
"Kamu ... selalu jadi orang yang kusayang kok."
Irham benar-benar tidak menyangka jawaban Aria. Ia terdiam cukup lama. Mendadak wajahnya terasa panas. Ah! Aria selalu saja curang. Ia selalu berhasil membuatnya seperti kepiting rebus hanya dengan beberapa patah kata.
Namun sore itu, ia tidak lagi protes dan hanya saling memandang satu sama lain penuh arti, dengan tatapan serta senyuman yang sama