Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Biarkan pagi mengenalkan dunia pada bocah yang belajar mengeja angka-angka.
Zaki, anak lelaki kelas dua itu ditunjuk sang guru untuk membacakan jawaban dari pertanyaan nomor 7.
Ia berdiri menjawab, "81."
Lalu tawa mengikik terdengar dari teman-teman sekelasnya.
Dasar bodoh! Bodoh! Kata itu seperti bersiul, serupa peluru yang menyongsong. Hanya lebih bising.
Zaki memperhatikan wajah teman-temannya satu-persatu.
"Hey, bukumu terbalik!" ucap kawan sebangkunya yang tak sengaja melihat.
Terbalik? 6x6?
Kalau begitu benar jawabannya, 9x9 adalah 81!
Meski begitu ia tetap bodoh. Mengapa harus membuat dua sama dengan?
Bu guru Sri yang berdiri di depan kelas perlahan mulai berjalan mendekat ke mejanya.
"Kamu sengaja melakukannya?"
Zaki yang sudah kembali duduk, mengangkat kepalanya melihat sang guru.
"Saya ingin melihat hasil yang lain."
Pada akhirnya takut itu tak berdaya mengunci mulutnya. Meski ia masihlah seorang bocah, yang tak memiliki banyak keberanian.
Ada cahaya yang perlu dihidupkan. Dari mereka yang lupa menyalakannya.
Orang-orang yang terlalu enggan untuk berbeda. Terlalu takut untuk diasingkan. Sisi alami manusia yang normal sebagai makhluk sosial.
Karena itu, sering kali mereka turut pada apa yang ada. Sekalipun tepi jurang adalah akhirnya. Karena ekor akan remuk belakangan.
"Siapa yang memberitahumu tentang ini?" mata ibu Sri tampak menyelidik penasaran.
"Ibu saya...."
Seperti tadi ia meneguk tawa-tawa yang menghantu, karena menjadi berbeda. Meski ngilu, toh, tidak membuatnya mati tercakar malu.
Ia hanya ingin melihat sisi yang lain, yang sering terlupakan, pun diabaikan. Yang tanpa disadari, bisa membuat orang lain salah paham bila mereka tak memahami. Seperti apa kata ibunya.
"Bu Guru, bolehkah saya melihat dari tempat yang lain?"
Ini bukan pelajaran bahasa. Ini ilmu pasti. Matematika. Tapi dengan sudut pandang yang berbeda, hasilnya bahkan bisa menjadi lain. Meski ada dua sama dengan.
Biarkan angin menggoyang ilalang.
Bu guru Sri tersenyum lembut.
"Kamu bahkan boleh menggambar dunia dengan hatimu."