Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Langit Kita, Langkah Kita
0
Suka
3,687
Dibaca

Di masa depan yang tak terlalu jauh, seorang ibu berdiri di depan pintu keberangkatan bandara. Matanya berkaca-kaca, bukan karena takut terbang, tapi karena harapannya kini sedang bersiap lepas landas.

Di sisi kanan, Gendis menggenggam erat koper mungilnya. Penuh semangat dan ceria. Di sisi kiri, Zain menggendong ranselnya sambil sesekali menatap langit-langit bandara, seperti mencari makna di balik cahaya lampu. Dan di depan mereka, Arumi berlari kecil, rambutnya terayun riang seolah tak sabar menjelajahi dunia.

Ibu mereka tersenyum. Di masa lalu, ia pernah menulis sambil menahan lelah, belajar edit video sambil menyuapi, memahami algoritma pemasaran sambil mendengarkan celoteh anak-anaknya. Tapi hari ini, dunia sedang menyaksikan hasil keteguhan itu.

Mereka pun melayang di udara, naik pesawat untuk pertama kalinya bersama. Tangis kecil Gendis saat lepas landas, tawa Zain saat melihat awan dari jendela, dan pekikan senang Arumi saat pramugari menyapanya. Sang Ibu mengabadikan semuanya, tidak dengan kamera mahal, tapi dengan hatinya yang penuh syukur.

Bandung menyambut dengan roti hangat Sidodadi, varian Franz yang jadi favorit mereka. Mereka duduk di trotoar kota, tertawa karena Arumi mencocol rotinya ke Sambal Padang.

Jakarta menghadiahkan salju palsu di tengah panas kota. Zain mematung di depan iglo, sementara Gendis menggenggam tangan Ibunya erat dan berkata, “Nanti kalau kita ke Turki, saljunya asli ya, Bu? Terus kita lanjut ke Mekkah.”

Di Kota Tua Jakarta, mereka duduk di bawah pohon besar depan Museum Fatahillah. Ibu bercerita tentang sejarah, tentang perjuangan. Gendis mendengarkan, Zain merekam suasana dan Arumi mencoret-coret dengan krayon di buku gambar kecilnya.

Yogyakarta, dengan hamparan sawahnya, menyihir Gendis. Dari balik jendela kereta, dia menulis di buku kecilnya, mewarisi darah penulis Ibu. Zain tetap diam, tapi matanya penuh cahaya. Arumi menari kecil di lorong kereta, membuat penumpang lain tersenyum.

Di Malaysia, mereka berfoto di depan Menara Kembar. Bagi si Ibu, kemegahan bangunan itu tak sebanding dengan megahnya rasa kebersamaan dengan anak-anaknya. Di setiap kota, di setiap perjalanan, ia bukan hanya Ibu. Ia adalah sahabat, guru, pelindung, dan tempat pulang.

Mereka tak hanya mengunjungi tempat-tempat mainstream. Kadang mereka memilih desa kecil dengan sungai jernih, pasar lokal dengan aroma rempah yang menggoda. Karena mereka tahu, dunia terlalu luas untuk dijelajahi dengan langkah biasa.

Dan di setiap malam yang sunyi, setelah doa-doa panjang dipanjatkan bersama, Ibu berbisik kepada anak-anaknya, “Ibu mungkin bukan orang paling kaya, tapi kita punya Allah, dan kita saling punya. Itu sudah cukup untuk menaklukkan dunia.”

Anak-anak terus tumbuh, dan mereka tetap satu tim. Tim yang saling melengkapi. Tim yang tak dibentuk oleh kesempurnaan, tapi oleh cinta yang tak pernah putus. Karena tujuan hidupnya bukan hanya menjadi Ibu, tapi menjadi cahaya yang Allah titipkan untuk tiga jiwa luar biasa.

Dan Tuhan, selalu bersama dalam setiap langkah mereka.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Kebelet Bisnis
Donny Barnesi
Novel
Our Happiness
Nafidza Ainun Salsabila
Novel
Bronze
Steviana
Kiki Misgiarti
Flash
Bronze
Dengarkan Kata Si Bisu
Erena Agapi
Flash
Langit Kita, Langkah Kita
Putri Rafi
Cerpen
Pukul 11 Malam di Peron Stasiun (POV 2)
E. N. Mahera
Novel
When I Love You
Nahla Shaliha Fithri
Novel
KEJORA
Lebah Bergantung
Skrip Film
Diary untuk Arland (Script)
Rika Kurnia
Novel
Scenario
Nur Aisyah Z
Novel
Bronze
Jangan Ambil Surgaku
Ari Keling
Skrip Film
Euphoria
Muhammad Fachryan
Cerpen
Di Balik Sebuah Fitnah
Hendra Wiguna
Novel
Bronze
JAMAIS VU
Hanif IM
Novel
Not For You, Sister.
Shabrina Hanum wajdy
Rekomendasi
Flash
Langit Kita, Langkah Kita
Putri Rafi
Novel
Si Kecil di Dalam Diriku
Putri Rafi
Skrip Film
Hilangnya Juru Masak Bebek Peking
Putri Rafi
Flash
Bronze
Kala Hujan
Putri Rafi
Flash
Bronze
Pria Tak di Kenal Membawa Kardus
Putri Rafi
Flash
Bronze
Gara-Gara PR sekolah
Putri Rafi
Flash
Bronze
Genggaman Tangan Aruna
Putri Rafi
Flash
Bronze
Sekejap Senja, Selamanya Rasa.
Putri Rafi
Flash
Aku Lihat Surga di Mata Ibu
Putri Rafi
Flash
Bronze
Antara Jeda Titik Koma dan Tanda Seru
Putri Rafi
Cerpen
Bronze
Payau Emas Terlarang
Putri Rafi
Flash
Bronze
Mobil Lampu Merah
Putri Rafi
Flash
Bayang Pengkhianat
Putri Rafi
Novel
1 Jejak Rasa
Putri Rafi
Cerpen
Di Mana Hasil Panen?
Putri Rafi