Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Ada rasa yang tak bisa diungkapkan, padahal mudah saja diucapkan.
Ada rindu yang selalu terkenang, meski berjuta kali berusaha dienyahkan.
Ada cinta yang terus tumbuh, walapun tidak ditakdirkan untuk memilikinya.
Dandelia tersenyum manis setelah menulisnya pada sebuah kertas. Kata-kata kejujuran dari hatinya akan perasaan yang tulus untuk seseorang yang selalu membuatnya berdebar-debar.
Sudah tiga tahun semenjak pertemuan pertamanya di sekolah, dia langsung jatuh hati pada kedua mata teduh milik Arash Prakasa. Namun, dia hanya bisa sebatas mengagumi. Tak berani untuk mengatakan langsung apa yang dirasakannya.
Bukan karena Dandelia takut perasaanya ditolak, tapi dia lebih takut laki-laki itu menjauhinya setelah tahu apa yang dirasakannya. Dia memilih untuk menyimpan sendiri rasa itu hingga terus tumbuh menjadi cinta untuk pertama kalinya.
“Aku akan mengenang perasaan ini,” gumamnya sambil melipat kertas yang dipegangnya menjadi sebuah perahu. “Kamu tak perlu tahu, Arash. Biarlah ungkapan perasaan ini mengalir jauh bersama aliran sungai ini hingga terbebas di lautan.”
Kemudian, Dandelia meletakkan perahu kertas yang baru saja dilipatnya itu di atas air sungai. Perlahan, perahu kertas itu bergerak mengikuti alirannya, terus menjauhi Dandelia seolah mengucapkan selamat tinggal.
Perahu kertas itu, pergi bersama perasaan Dandelia untuk Arash. Sajak indah yang tertulis pada lipatannya, menyimpan sejuta perasaan yang dipendamnya. Dia sudah memutuskan untuk meninggalkan semua kenangan tentang Arash. Namun, tak mudah untuk meninggalkan perasaannya.
Sambil terus melihat pergerakan perahu kertas yang semakin mendekati ujung sungai, Dandelia hanya bisa berharap. Semoga saja dia bisa mengucapkan perpisahan untuk keduanya, Arash dan cinta pertamanya.
∞ ∞ ∞