Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Pelan Tapi Party
Di tengah riuhnya Kota Valdera yang penuh gedung tinggi, jalan macet, dan suara klakson yang sepertinya nggak pernah capek, hidup tiga sahabat: Avo, Ciro, dan Dio. Mereka bertiga punya satu prinsip hidup: “Jangan buru-buru, nanti nggak sempat ngopi.”
Avo kerja di Dinas Perkebunan, bisa kena migrain kalau dengar kata "deadline." Filosofinya, “Pohon itu tumbuhnya pelan.”
Ciro jadi Mandor Bongkar Muat di pelabuhan timur. Walau badannya gede dan suaranya kaya speaker rusak, hatinya lembut, terutama pas ngaduk teh manis buat acara malam mingguan.
Dio adalah pelatih klub sepak bola lokal Valdera Muda United. Selain ngelatih, dia juga sering jadi wasit di kejuaraan tingkat provinsi. Orang-orang kenalnya sebagai “wasit paling damai se-Valdera,” soalnya tiap kali ada ribut-ribut di lapangan, dia nyuruh semua pemain istirahat dulu... sambil ngopi.
Setiap malam minggu, mereka ngumpul di garasi rumah Dio buat acara rutin yang mereka sebut "Pelan Tapi Party". Acara dimulai dengan teh hangat, dilanjut main ULAR TANGGA (yang kadang berubah jadi debat akademik), lalu ditutup karaokean pelan-pelan biar nggak ganggu tetangga. Lagu andalan mereka? “Separuh hati,” dibawakan seperti nyanyian pengantar tidur buat bayi.
Suatu hari, mereka iseng bikin pamflet:
“Hadirilah! … Pelan Tapi Party: musik adem, teh manis, kopi, gorengan…dan main ular tangga berdarah dingin. Lokasi: garasi Dio, RT 05 Valdera Selatan… Malam Minggu ini …GRATISSS … Lhooo”
Yang datang? Pak RT, dua tetangga kiri-kanan rumah Dio, satpam komplek, dan satu tukang siomay yang ikut main Ular Tangga sambil nunggu pembeli. Anehnya, semuanya betah.
Valdera yang biasanya panas dan keras, malam itu jadi teduh dan penuh tawa kecil. Sejak itu, Pelan Tapi Party jadi legenda kecil di kota yang nyaris nggak pernah pelan.
-Tamat-