Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Radio berbunyi. Si radio memutarkan segmen nostalgia lagu jadul yang dia tunggu-tunggu setiap minggunya. Lagu-lagu yang berumur hampir setengah abad itu bergema memenuhi ruangan. Tak ada hal lain yang bisa mengukir senyuman di wajahnya semudah itu. Dentingan piano bermula, dia menyanyikan lagu-lagu itu dengan gembira seakan ada ribuan orang yang rela membayar tiket menonton dirinya. Setiap kata, setiap nada, semuanya dinyanyikan dengan sempurna seakan dia masih berada di masa keemasannya. Semangat membaa itu tak pernah luntur dalam dirinya. Musik dan dirinya adalah dua hal yang tak bisa terpisahkan. Dengan musik, dia bisa meraih apa yang bahkan tak menjadi mimpinya. Dia bisa berubah menjadi seseorang yang bersinar, bermandikan pujian dan cinta dari setiap penikmat karyanya, berdiri di puncak kehidupan.
Nostalgia lagu jadul itu berlangsung cukup lama. Musik yang dinyalakan sekeras mungkin yang tentu saja menganggu seisi rumah tapi tak ada satupun yang kuat hatunya tuk meminta dia untuk menurunkan secuil volume radio antik itu. Mereka menyadari bahwa hanya pada hari itu, jam itu, lagu itu, dia dapat menjadi dirinya yang pernah dia kenal. Tak murung dengan apa yang dia miliki saat ini. Tak marah dengan kenyataan yang harus dia hadapi. Lagu-lagu itu mengingatkan bahwa ia pernah bahagia dengan dirinya. Lagu-lagu itu menjadi satu-satunya harapan bahwa dia bisa kembali bahagia.
Lagu terakhir diputarkan, lagu terakhir di masa kejayaannya, lagu terakhir yang dia nyanyikan dimana-mana sebelum dia hanya bisa menyanyi tanpa satu pun sepasang mata dan telinga menikmati penampilannya. Dia menyanyikan lagu itu dengan segala emosi yang terpendam di dalam dada. Terasa seperti suatu kebetulan yang menyakitkan, setiap lirik dalam lagu itu seakan menggambarkan apa yang dia rasakan. Rasa yang tak dia ijinkan untuk keluar dari dalam kepala dan hatinya, tak berani untuk disampaikan, tak sanggup untuk menerima kenyataan, semua ketakutan ini luluh berpadu dengan musik dan lagu yang mengalun dengan indahnya. Dia merasa dia tak sedang menyatakan ketakutannya, dia hanya menyanyikan lagu itu, satu pemikiran ini membuatnya bisa melepaskan beban yang menindihnya selama ini. Tak hanya ingus dan tetesan air mata yang dia temui di ujung lagu nostalgia itu, melainkan suatu senyuman. Senyuman yang bisa dia keluarkan dari dalam lubuk hatinya. Senyuman yang menandakan harapannya bisa menjadi telah datang menjemputnya.