Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Self Improvement
Kelakar Radith
0
Suka
23
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Untuk melihat pikiran seseorang, ada baiknya kita melihat, bagaimana cara dia bercanda, dan tentang apa yang ditertawakannya. Satu lagi. bagaimana cara dia tertawa. Orang seperti itu kerdil pemikiran dan gersang jiwanya. Seolah mereka tidak mempunyai cara lain untuk tertawa. Bisa jadi pendidikan dalam rumah sumber permasalah itu.

Memang. Tanpa senda gurau. Hidup akan hampa dan kosong. Makanya tuhan menciptakan tawa. Agar ada jiwa terisi dengan makna. Hidup tidak monoton. Tapi Bagaimana misalnya, sesuatu yang ditertawakan itu, adalah kekurangan fisik, bagian dari tubuh seseorang. 

Apakah pantas menertawakan kekurangan fisik seseorang orang? Cukup yang punya badan saja yang tidak suka dengan kekurangannya. Jangan ditambah bebannya oleh kita. 

Sadarlah tidak ada manusia yang sempurna. Kekurangan setiap orang juga ada. Tapi mereka tidak ingin menggunakan itu sebagai candaan karena apa? Karena, bukan itu cara mereka menunjukan kalau mereka berkelas. 

Siang hari yang cerah. sinar Matahari seolah hanya sejengkal diatas kepala, membuat panas ubun-ubun. Badanpun cepat basah oleh keringat. Sekelompok manusia keluar dari kantornya, menuju Toyota Innova, berwarna hitam yang berdiri dengan anggun di lapangan parkir. Mereka adalah Alya, Naura, Radit, Irfan, dan Diana.

“Wah Panasnya cuaca hari ini. Nyalain AC-nya dong.” Kata Alya dari mereka.

“Ini baru adem, baru sebentar saja kita keluar dari kantor, gerahnya luar biasa.” Sambung Naura. 

“Lewat mana kita?” Tanya Radith, sambil menghidupkan mobilnya.

“Yang lebih dekat aja Dith. Biar cepat sampai, cuaca panas gini bikin gerah, walaupun sudah di pakai AC.” Jawab Irfan menimpali.

Mereka berlima ini, melaksanakan tugas mengikuti rapat di desa. Ada acara penting yang diselenggarakan tahunan. Semacam acara musyawarah dan mencapai kata mufakat. Semua divisi wajib hadir, dan mereka berlima tadi adalah rekan satu tim kerja. Akhirnya mereka tiba di kantor desa yang telah diperintah, dimana warga telah lama menunggu. Dengan kedatangan mereka,  panitia, langsung memulai acara. 

Suasana ruang rapat yang tidak representatif, sempit, sumpek, gelap, dan bikin gerah. Membuat kurang nyaman. Hanya ada kipas angin, di beberapa titik. Membuat Diana tidak sanggup menahan rasa lelahnya. rasa kantuk yang sangat berat dicoba dialihkan dengan bermain media sosial di android miliknya. Arah kipas angin yang berputar, mengenai dengan tepat, di kursi yang didudukinya. Diana menyerah. Kepalanya terkulai, Matanya yang sudah redup, jadi terpejam. Samar-samar Diana mendengar pidato dari petinggi desa dan atasannya. Diana bermimpi dalam tidur lelapnya di hembus angin sepoi-sepoi kipas angin. Radith yang menyadari hal itu. Merasa lucu dengan tingkah dan cara tidur Diana di kursi itu. Hatinya tergelitik untuk melakukan sesuatu yang konyol. Dia mengambil android miliknya, memfoto Diana dari angel yang paling nyeleneh. Kemudian dikirim ke WAG kantor. Radith tersenyum sendiri. dan puas melihat beberapa orang yang mengomentari.

Di Penghujung acara. Diana terbangun. Ada rasa segar, yang dirasakan, karena lelah dan kantuknya telah terbayarkan, dengan tertidur, sejenak di kursi rapat. Android yang berada di pangkuannya di buka. Alangkah kagetnya Diana membaca WAG kantor, dan melihat foto dirinya tertidur dengan posisi yang paling buruk. Didepan nampak Radith dengan tersenyum simpul. 

Diana tidak ingin melihat gambar konyol dirinya. Tapi meminta Radith menghapus adalah mustahil. Kepuasan Radith adalah ketika orang yang dikerjai menderita. Memohon untuk menghilangkan foto tersebut, adalah tindakan yang mustahil. Diana pantang mengemis. Mata Diana berkaca-kaca. Ada air bening, hangat yang mengalir di pelupuk dari matanya, nyaris membuat jebol tanggul di setiap sisi matanya. Akhirnya, Diana tidak  mampu menahan air mata yang terus keluar, dengan sendirinya. 

Beruntung, posisi duduk diana di paling pojok yang tidak bisa diperhatikan banyak orang. Ditahannya tangis agar jangan sampai terlihat dan mengganggu peserta rapat. Jantungnya berdegup dengan tempo dan birama cepat. Tangannya gemetar. Syukurnya Diana bisa menguasai perasaannya dengan cepat. Dia kembali tenang, dan menganggap positif apa yang barusan dialaminya.

Mungkin inilah posisi terbaiknya, jika tertidur. Ujarnya dalam hati. Jadi buat apa dipermasalahkan. Ditekankannya perasaan di hati yang berkecamuk, untuk mengumpat,  memaki, tapi itu bukan solusi. Bukan Diana yang ingin seperti itu. Mungkin dengan begini dia, diingatkan untuk menerima dan mencintai dirinya, seperti apa yang telah tercipta. 

Toh lihatlah, dari empat puluh pegawai yang ada hanya lima orang yang menanggapi. Tanda apa? tanda mereka mempunyai pemikiran yang sama dengan Radith. Kelemahan fisik orang biasa menjadi bahan lelucon baginya.

Syukurlah, tidak banyak yang menanggapi. Gak apa. tidak ada aurat yang tersingkap. Tidak mengeluarkan air saliva dari mulut ketika tidur. tidak dalam keadaan mulut, yang menganga. hanya posisinya saja yang nyeleneh. Mau bagaimana lagi. Mengantuk bukan keinginannya, dan tertidur pun adalah ketidaksengajaan. Siapa juga yang tidak ingin merasakan badan yang sehat dan fit, setiap hari. Tapi itulah yang namanya keterbatasan. Tubuh juga mempunyai keterbatasan dalam beraktivitas. 

“Din Aku tuh paling benci orang yang menghina dan menertawakan fisik seseorang. Itu menandakan bagaimana rendahnya moral mereka.” Ujar Indra, setelah kejadian itu.

“Iya sih, tapi kalau berada dalam circle mereka, kita susah juga.”

“Emang lebih baik diam. Menjauh. dan lu Din harus lu balas juga biar mereka nggak keterlaluan.”

“Bener juga sih, tapi aku bukan orang pendendam. Kalau kita digigit anjing gila. Masak anjing gila tu kita gigit balik. Nggak kan.?”

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Self Improvement
Flash
Kelakar Radith
T. Filla
Cerpen
Bronze
Dika & Sang Pengubah Takdir
Shinta Larasati Hardjono
Cerpen
Langkah tanpa nama
Erlangga Putra
Flash
Bronze
Tertakar
Adam Nazar Yasin
Novel
Kepin(?)
Saniatu Aini
Novel
Bronze
Heartless
Aylanna N. Arcelia
Flash
Senyap dalam Kepala
Ika nurpitasari
Flash
Menikmati Takdir
Husein AM.
Flash
Ingin hidup tenang
moh nabil ardiansyah
Flash
Bronze
Sang Penulis
AndikaP
Novel
Bronze
JANDA & THE TABLE
glowedy
Flash
Discount Friend
lidia afrianti
Flash
Perspektif
zaidan Ammar ghazani
Flash
Bukan Malin Kundang
Nurul Arifah
Flash
Bronze
Pengecut yang disukai Tuhan
K. Istiana
Rekomendasi
Flash
Kelakar Radith
T. Filla
Cerpen
Bronze
Quiz Yang Menguji Kepantasan
T. Filla
Cerpen
Bronze
Dress Code untuk Hanna
T. Filla
Flash
Ujang Ingin Diklat
T. Filla
Flash
Menjadi Gagal Pun Masih Gagal
T. Filla
Flash
Perlawanan yang Berujung
T. Filla
Flash
Hutang Bakti Adisty
T. Filla
Cerpen
Bronze
Keputusan Abah
T. Filla
Cerpen
Bronze
Kampus Impian
T. Filla