Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Lintang
0
Suka
8,248
Dibaca

"Inilah yang bikin kita nggak maju kayak orang-orang. Pikiran kamu nggak mau berkembang. Asal tidak kekurangan makan aja, kamu bilang udah cukup. Emangnya hidup cuma makan doang? Emang kebutuhan cuma pangan doang? Aku juga butuh sandang, papan, dan yang lainnya yang lebih mapan agar bisa senang dan dipandang. Kamu pikir semua keruwetanku setiap hari bisa terselesaikan dengan makan, gitu?" tuturnya, nyaris tanpa jeda.

"Aku paham. Tapi maksud aku tuh..."

"Sudahlah, Mas! Aku capek ribut mulu sama kamu. Harusnya kamu mengerti tanpa harus memantik emosiku terus menerus," tandasnya, penuh getir.

Inilah perbincangan yang sama setiap malam, dengan penyelesaian yang sama pula. Penyelesaian tanpa adanya kesempatan untuk memberikan penjelasan: bertukar kata demi kata dengan hati yang lapang.

Dalam diriku seolah hanya ada salah dan kurang. Keringat yang kukuras setiap hari tak pernah cukup untuk memikul hasratnya. Pergi pagi dan pulang malam bagai tidak mengandung nilai pengorbanan secuil pun. Lantas, aku harus bagaimana lagi menukar tenaga dan pikiran dengan uang?

Terkadang, perpisahan bertahta di kepala—merajai pikiran ketika dia "menceramahaiku" secara ugal-ugalan. Namun, aku masih enggan untuk menyerah, meski adakalanya benar-benar dirasuki jengah.

Aku tundukkan pandangan sejenak, meredam nyala di tubuh. Dia justru berlalu memasuki kamar, kemudian menutup pintu dengan sekuat tenaga. Bunyi yang dihasilkan cukup tajam hingga begitu menyesak ke dalam dadaku.

Hah!

Dulu, rumah ini hangat. Setiap aku pulang kerja, dia menyambutku dengan tawaran minum. Dia juga mengusap keringat di dahiku. Kini, salam yang kuucapkan pun harus kusahuti sendiri.

Sungguh. Tak ada niat membuatnya merasa sengsara. Sebagai suami, sebagai kepala rumah tangga, aku paham posisi dan tanggung jawabku. Hanya saja, salahkah jika aku memintanya sabar—mengharap semangatnya tetap setia pada keadaan? Bukankah itu ikrar cinta bersama yang ditambatkan di bawah para saksi? Aku cuma ingin dianggap hadir, bukan sekadar ada tanpa makna.

Tidak.

Dia tidak salah. Dia berhak atas apa yang dia katakan. Sebab, aku yang mengajaknya mengarungi kehidupan ini.

 Maaf.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Flash
Lintang
Jasma Ryadi
Novel
Growth: Story of the Inner Child
Azkiatunnisa Rahma Fajriyati
Skrip Film
Breath & Brave (Script)
Putriyani Hamballah
Skrip Film
Growth: Story of the Inner Child
Azkiatunnisa Rahma Fajriyati
Cerpen
Amaryllis, Simbol Dara dan Mandala Bunga
Akyan Kala
Novel
Bronze
Cinta di Balik Pesantren (Buku Kedua)
Imajinasiku
Skrip Film
The One
D
Skrip Film
Daun Emas
Miftah
Flash
Bronze
Jangan Lupa Berdoa
Ay Halima
Novel
Remember
Dreamer
Novel
My boring life
muthia.ramadhani
Novel
Cerita Dibalik Pengakuan
Sartika Chaidir
Novel
Meraki, Sebuah Catatan Kehidupan
Dian Y.
Novel
Lingkaran
eva fathonah
Novel
Segaris Waktu dan Mimpi Tengah Hari
Handi Namire
Rekomendasi
Flash
Lintang
Jasma Ryadi
Cerpen
Bronze
Laut yang Tak Menjawab
Jasma Ryadi
Flash
Bulan ke-10
Jasma Ryadi
Flash
Satu Langkah Setelah Luka
Jasma Ryadi
Flash
Sandekala
Jasma Ryadi
Cerpen
Bronze
Prenuptial Agreement: Cinta di Atas Materai
Jasma Ryadi
Flash
Diam yang Menghukum
Jasma Ryadi
Flash
Pelukan Tanah Basah
Jasma Ryadi
Flash
Akar di Kepala Ibu
Jasma Ryadi
Flash
Pukul 01:10
Jasma Ryadi
Flash
Arisa
Jasma Ryadi
Cerpen
Bronze
Rasa yang Tak Bisa Kembali
Jasma Ryadi
Flash
Gema yang Redup
Jasma Ryadi
Flash
Museum Kenangan
Jasma Ryadi
Novel
Mereka di Sini
Jasma Ryadi