Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Lintang
0
Suka
9,959
Dibaca

"Inilah yang bikin kita nggak maju kayak orang-orang. Pikiran kamu nggak mau berkembang. Asal tidak kekurangan makan aja, kamu bilang udah cukup. Emangnya hidup cuma makan doang? Emang kebutuhan cuma pangan doang? Aku juga butuh sandang, papan, dan yang lainnya yang lebih mapan agar bisa senang dan dipandang. Kamu pikir semua keruwetanku setiap hari bisa terselesaikan dengan makan, gitu?" tuturnya, nyaris tanpa jeda.

"Aku paham. Tapi maksud aku tuh..."

"Sudahlah, Mas! Aku capek ribut mulu sama kamu. Harusnya kamu mengerti tanpa harus memantik emosiku terus menerus," tandasnya, penuh getir.

Inilah perbincangan yang sama setiap malam, dengan penyelesaian yang sama pula. Penyelesaian tanpa adanya kesempatan untuk memberikan penjelasan: bertukar kata demi kata dengan hati yang lapang.

Dalam diriku seolah hanya ada salah dan kurang. Keringat yang kukuras setiap hari tak pernah cukup untuk memikul hasratnya. Pergi pagi dan pulang malam bagai tidak mengandung nilai pengorbanan secuil pun. Lantas, aku harus bagaimana lagi menukar tenaga dan pikiran dengan uang?

Terkadang, perpisahan bertahta di kepala—merajai pikiran ketika dia "menceramahaiku" secara ugal-ugalan. Namun, aku masih enggan untuk menyerah, meski adakalanya benar-benar dirasuki jengah.

Aku tundukkan pandangan sejenak, meredam nyala di tubuh. Dia justru berlalu memasuki kamar, kemudian menutup pintu dengan sekuat tenaga. Bunyi yang dihasilkan cukup tajam hingga begitu menyesak ke dalam dadaku.

Hah!

Dulu, rumah ini hangat. Setiap aku pulang kerja, dia menyambutku dengan tawaran minum. Dia juga mengusap keringat di dahiku. Kini, salam yang kuucapkan pun harus kusahuti sendiri.

Sungguh. Tak ada niat membuatnya merasa sengsara. Sebagai suami, sebagai kepala rumah tangga, aku paham posisi dan tanggung jawabku. Hanya saja, salahkah jika aku memintanya sabar—mengharap semangatnya tetap setia pada keadaan? Bukankah itu ikrar cinta bersama yang ditambatkan di bawah para saksi? Aku cuma ingin dianggap hadir, bukan sekadar ada tanpa makna.

Tidak.

Dia tidak salah. Dia berhak atas apa yang dia katakan. Sebab, aku yang mengajaknya mengarungi kehidupan ini.

 Maaf.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Flash
Lintang
Jasma Ryadi
Cerpen
Bronze
Mengapa Kamu Selingkuh
AndikaP
Novel
Family On The Road
Muhammad Fauzan Arief
Novel
Aku, Buku & Rindu
An Purbalien
Novel
Bronze
Mengejar Mimpi, Menemukan Cinta
Suryaning Bawono
Komik
Your Pierrot
Meira Eve
Flash
Cerita di Malam itu
Karla SB
Cerpen
TERBAWA HASRAT SESAAT
Tiwi Kasavela
Novel
Bronze
10 Tahun
Sri Rokhayati
Novel
Menuju Seperempat Abad
Mala Armelia
Skrip Film
Before Tomorrow (SCRIPT)
Noor Cholis Hakim
Skrip Film
Romantika
Wahid Irawan
Novel
Kesempatan Kedua
Rafael Yanuar
Cerpen
Bronze
Kereta terakhir
Irvan D
Skrip Film
Fragmen: Dialog
alpistasedo pelawi
Rekomendasi
Flash
Lintang
Jasma Ryadi
Cerpen
Bronze
Dunia Tanpa Hukum
Jasma Ryadi
Flash
Aku dan Sebatang Rokok di Tangannya
Jasma Ryadi
Flash
Telepon
Jasma Ryadi
Cerpen
Bronze
Frekuensi 107.3 FM
Jasma Ryadi
Cerpen
Bronze
Tanganku di Timur, Hatimu di Barat
Jasma Ryadi
Cerpen
Bronze
Sore Hari Setelah Ibu Tiada
Jasma Ryadi
Flash
Gerimis yang Percuma
Jasma Ryadi
Cerpen
Bronze
Giant's Heart
Jasma Ryadi
Flash
Sandekala
Jasma Ryadi
Flash
Senja yang Dilepas
Jasma Ryadi
Cerpen
Bronze
Setan-Setan dalam Rumah
Jasma Ryadi
Cerpen
Bronze
Adam
Jasma Ryadi
Cerpen
Bronze
Ketika Kata-Kata Kembali
Jasma Ryadi
Cerpen
Bronze
Mereka yang Membawa Pertanda
Jasma Ryadi