Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
"Saat aku kecil, aku terobsesi pada cerita cinta sejati, dengan tuan putri yang menjadi tokoh utamanya ... dicintai oleh semua orang lalu bersatu dengan pangeran berkuda putih yang kemudian disebut cinta sejati. Atau cerita Wendy yang diselamatkan oleh Peter Pan saat ia merasa kesepian, berbagi perasaan yang sama, dan berjanji untuk tidak saling melupakan.
Seiring berjalannya waktu ... kesepian yang terus menggerogotiku mengubah perspektif tentang cinta yang kutahu. Cerita Romeo dan Juliet terlihat lebih menarik dengan segala pengorbanan mereka atas cinta yang mereka yakini. Menurutku seberapa banyak pengorbanan, itulah yang menunjukkan seberapa besar rasa cinta. Maka aku mencoba peruntungan itu, namun selalu saja tak berakhir baik. Puncaknya pada penolakan itu. Setelah segala usaha yang kulakukan untuk menarik perasaannya tidak berhasil.
Aku bertanya-tanya, apakah wujud cinta itu ada? Setidaknya untukku. Lalu perspektifku berubah lagi. Ketika aku membaca kisah cinta, aku tidak lagi memposisikan diriku sebagai Juliet atau Cinderella melainkan putri duyung kecil yang memilih menjadi buih daripada membunuh pangeran yang tidak mencintainya, atau Rosaline yang menolak cinta Romeo dan menjadi saksi atas pengorbanannya pada Juliet, atau Rukmini yang tidak bisa berbuat apa-apa ketika Krishna berkabung atas kematian belahan jiwanya, Radha. Kini aku benar-benar tidak mengerti bagaimana cinta itu bekerja. Aku bahkan tidak bisa membayangkan mencintai seseorang dan dicintai seseorang sehebat itu. Mungkin, cinta itu memang benar ada, tapi tidak untukku. Bagiku cinta adalah fiksi yang memabukkan. Cukup untuk diperhatikan tapi tidak untuk dirasakan."
Sorot mata gadis di sampingnya berubah sendu, memandang dua insan yang tengah berlari dan berbagi tawa di hamparan ladang gandum. Aura mereka dipenuhi perasaan bahagia. Bahkan gadis itu dapat melihatnya meskipun dari jauh, seberapa besar cinta itu terpancar di binar mata mereka ketika berpandangan satu sama lain.
Andai saja gadis itu tahu, bahwa binar mata yang sama juga terpancar untuknya. Sepasang iris turquoise menatap wajah sendunya dalam, memperhatikan setiap helai rambut yang menari-nari di depan wajah paripurna itu. Ah, gadis itu tidak akan tahu bagaimana cinta bisa terasa begitu mudah. Bagaimana rasa cinta dapat meringankan beban berat yang harus ia tanggung. Karena melihat seseorang yang dicintai sedekat ini mampu membuatnya dengan mudah menyerahkan dirinya dan seisi dunianya.
"Bagi orang yang merasakan cinta, dunia tidak pernah terlihat begitu rumit. Menatap senyuman orang yang dicintai, melihatnya tumbuh dengan sehat, melihatnya hidup dengan bahagia, itu sudah lebih dari cukup. Karena sejatinya cinta tidak mengharapkan imbalan apa-apa."
Pemuda itu kembali melihat dua insan yang sedang dimabuk cinta tatkala sang gadis menoleh ke arahnya.
Ia tersenyum, "Mungkin kau benar," jawab gadis itu meski pemuda itu tahu sang gadis tidak benar-benar mengerti maksud ucapannya.