Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Hujan telah menjadi bagian sakral dalam setiap tulisan. Seakan jutaan tetesnya mengandung kisah abadi yang diuraikan kembali. Sendu yang dibawanya bersama euforia memeluk erat manusia-manusia yang merasa kesepian dan kehilangan. Kisah hujan selalu menarik perhatian. Ketika aku berkata "hujan" pastilah kalian akan tersenyum atau mungkin memberengut dan berdecak pelan. Pastilah terbersit di benak kalian tentang kenangan, kisah hujan versi kalian. Tapi saat ini, izinkan aku bercerita tentang kisah di tengah hujan milikku. Suatu kisah yang sedikit membuatku pilu, akan tetapi tetap berkesan adanya.
Kisah itu bermula saat aku melihat sosok pengantin yang menari patah-patah seperti boneka marionet di malam pernikahannya. Di tengah hujan, dengan gaun basah kuyup, ia terus saja menarikan tarian itu, sendirian. Dengan tubuhnya yang sudah seperti bunga kuncup yang telah layu tanpa pernah mekar, ia bersimpuh tak berdaya.
Ia menyerah melanjutkan tariannya. Tarian itu ... tarian kesedihan atas kehilangan. Mungkin saja wanita itu lebih cantik darinya, mungkin saja bibir wanita itu lebih manis darinya, racaunya. Ia mengaku melepaskan pria yang ia cintai.
Tidakkah wanita itu berjuang lebih keras untuk cintanya? Jangan menyerah! Seakan mendengar gejolak batinku, ia menatapku. Riasannya sudah luruh disapu hujan, mungkin juga cintanya yang kian hilang dihujam air langit itu atau malah tambah subur dengan tumbuh menyakitkan di dasar hatinya.
Apalah artinya berusaha demi orang yang picik? Apalah artinya bercerita demi orang yang tuli? Apalah artinya berjuang, sedang yang diperjuangkan menutup hati? Tidakkah ia pantas menerima segala perjuangan ini? Padahal sudah tersurat bahwa aku mencintainya mati-matian sedang ia mencintaiku hanya seringan awan.
Pilu mendengar hatinya berbicara, tapi tetap saja aku tak sependapat dengannya. Yang kutahu hanya berjuang untuk bisa mendapatkan apa yang aku mau. Namun hal itu berubah ketika melihatmu tengah mengecup kelopak mawar lain.
Apakah mawar itu lebih ranum dariku? Apakah aromanya lebih semerbak daripadaku? Dalam derasnya hujan malam itu, aku membeku. Dalam dinginnya angin yang menusuk tangkaiku, aku setuju pada pengantin itu. Perlahan kelopak ku mulai layu. Tak mampu lagi menampung hujan yang terasa menyakitkan. Sedangkan mawar yang beruntung itu, kamu bawa masuk ke kediamanmu. Meninggalkan aku ... yang mungkin akan mati esok hari.