Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Deru taksi berhenti tepat di depan cluster. Ayah bergegas turun, lalu meletakkan tasnya di ruang tamu.
"Ayo, buruan, kita berangkat!" ujar ayah tiba-tiba.
"Tapi Ayah kan baru pulang? Nggak istirahat dulu?"
“Itu bisa nanti. Ini kan hari terakhir sirkusnya?”
Ayah menarikku ke dalam taksi. "Taman Sriwedari!" Perintahnya kepada sopir.
***
Aroma manis karamel dan popcorn menyapa kedatangan kami di luar tenda sirkus. Tawa anak-anak terdengar begitu riang, begitu juga tawa badut di pintu masuk yang dulu pernah membuatku takut.
Kami memilih duduk di baris kedua, tepat di tengah. Tempat paling pas agar bisa melihat semua pertunjukan.
Malam itu, kami menonton semuanya. Ayah tertawa riang, meski di sela tawa, aku melihatnya terbatuk.
Aku ingin bertanya, tapi ia cepat-cepat menggenggam tanganku lagi.
"Senang?" tanyanya.
"Senang sekali." Aku melihat dari sudut mataku Ia menatapku lama. “Kalau suatu hari nanti kamu kesini lagi, ingat ya… bangku di baris kedua.”
Aku mengangguk.
***
Seminggu setelahnya, aku kembali lagi ke sirkus itu.
Ketika lampu pertunjukkan dipadamkan, ayah berbisik lembut ditelingaku. "Duduk di bangku baris kedua." Tempat yang sama seperti kemarin, tapi bangku itu kini kosong hanya tinggal aku sendiri.