Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Drey
Sarang Tupai
Cléa Rivenhart
Tangannya menggigil di depan tong sampah taman yang baru diguyur hujan pagi. Hatinya berat menimang masa lalu, penyesalan yang tak kunjung usai. Dulu, ia selalu percaya uang bisa membeli kembali semua kekecewaan.
Seekor tupai melesat keluar saat botol bekas minumannya jatuh. Mulutnya penuh sampah makanan, pipi bulatnya menggemaskan. Gerak-geriknya cepat, seolah terkejut dan menatapnya marah. Apakah tupai ini juga kolektor? Hewan itu melompat ke atas tutup tong sampah, lalu ke bangku taman, dan bergegas naik pohon. Persis seperti kenangan lama yang selalu ia kumpulkan.
Ia ingat, dulu, sehari sebelum ujian, buku-buku di rak kamarnya lenyap. Lenyap dibuang ke karung sampah oleh ibunya. Ia sempat mengiyakan, tak lagi mencari tahu buku mana yang terbuang. Penyesalan itu menggerogoti bertahun-tahun, menjadi bagian dari kelainan mental yang terus menimbunnya.
Kini, setiap hal baginya memiliki cerita dan berharga. Ia tak ingin lagi menyesal membuang sesuatu yang mungkin berguna. Perlahan, ia menggeser pemikiran dan gagasan hidupnya tentang penyesalan dan keberartian. Ia tak lagi menumpuk barang di kamar atau mengoleksinya tanpa tujuan jelas. Sebab, kini ia mengabadikannya di dalam pikirannya. Bahwa selalu ada uang untuk membelinya kembali, masih banyak di gudang pabrik dan toko. Bahkan buku-buku yang dulu dibuang ibunya, kini bisa dibeli lagi, baru, bersih, tanpa ingatan sampah yang menempel.
Morning.