Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Pewaris, kata orang adalah anak beruntung. Namun, Ghana, yang disebut-sebut sebagai salah satu pemuda paling sukses di desa karena mewarisi sawah luas orang tuanya, hanya tersenyum di depan orang sebagai bagian dari pekerjaannya.
Gerhana Dalu Hadinata, yang bahkan disukai oleh hampir semua orang di desa.
“Besok jadwalnya setor hasil panen, Pak. Nanti saya atur. Mobilnya juga sudah siap.”
Musim panen selalu menjadi masa-masa paling sibuk bagi Ghana. Memastikan padi memang telah siap, mengawasi proses panen hingga penjemuran padi dengan baik hingga akhirnya dikemas dalam karung-karung goni untuk disetor kepada para langganan.
Waktunya sudah seperti jadwal tak tertulis, harus presisi tanpa boleh telat.
Ghana menghela napas lesu sambil melepas topi saat selesai menghitung jumlah karung goni berisi padi di gudang. Seluruh buruh tani dan pekerjanya telah pulang, menyisakan dia seorang diri.
Panen kali ini sama-sama melelahkan seperti dahulu.
Meski ada satu musim panen yang rasanya masih menjadi yang paling melelahkan baginya.
Waktu itu bertepatan dengan hari raya keagamaannya. Saudara dan keluarga besar semua orang berkumpul. Desa memang selalu menjadi target mudik yang paling laris. Keluarga Ghana adalah pengecualian, kakek dan ayahnya sama-sama anak tunggal, sedangkan nenek dan ibunya adalah pendatang dari tanah yang begitu jauh. Tak pernah ada saudara datang di setiap hari raya.
Itu saja sesungguhnya sudah membuat Ghana cukup sedih. Namun, kedua orang yang selalu menemani dan hadir untuknya, tak pernah gagal menghibur dan membuatnya merasa begitu ramai di setiap hari raya.
Kecuali, hari raya waktu itu.
Musim panen padi datang di saat bersamaan. Ayah dan ibunya ikut ke sawah bersama para buruh tani untuk mengawasi secara langsung dan membantu proses panen. Toh, saat itu sedang hari raya sehingga semua orang berharap panen dapat dilakukan dengan cepat agar segera memiliki waktu untuk mengobrol dengan saudara yang telah datang jauh-jauh.
Ghana diminta untuk tetap di rumah karena harus membantu menyiapkan pelataran di belakang rumah sebagai tempat menjemur padi. Dia begitu bersemangat, setidaknya sampai tetangganya menghampiri dengan muka pucat, “Ghana! Ibuk sama Bapak—”
Itu bagai mimpi terburuk yang pernah dialami Ghana.
Ayah dan ibunya mengalami kecelakaan kerja yang sangat fatal saat membantu proses panen menggunakan mesin. Ibunya meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit, sedangkan ayahnya menyusul pergi di tengah proses tindakan saat berada di UGD.
Ghana tahu bahwa dirinya kelak akan menjadi pewaris. Ayahnya juga telah berulang kali mengingatkannya tentang itu dan memberi nasihat yang bahkan Ghana dapat mengulanginya dengan sama persis.
Namun, dia tak pernah mengira bahwa hari tersebut akan datang secepat ini.
Di hari pertama dari rangkaian kebahagiaan hari raya keagamaannya, momen yang dipenuhi oleh semua orang dengan kebahagiaan paling luas.
Bohong bila Ghana tak ingin menangis. Bohong bila Ghana tak merasa sedih sama sekali. Keesokannya, dia langsung turun tangan sepenuhnya dalam proses menjemur padi. Bahkan ketika pekerjanya telah pulang karena jam kerja telah habis, Ghana masih menyibukkan diri dengan pekerjaan yang lain.
Musim panen memang sangat sibuk atau Ghana yang sengaja menyibukkan diri.
Agaknya, keduanya.
Di saat semua orang tertawa bersama saudara-saudara mereka, Ghana menghabiskan hari seorang diri. Seluruh tubuhnya terasa sakit akibat pekerjaan yang nyaris tanpa istirahat. Namun, itu lebih baik daripada kesepian. Itu lebih baik daripada dia teringat dan merindukan ayah ibunya.
Mereka adalah orang tua yang luar biasa.
Ghana tak pernah sekali pun tidak bersyukur.
Namun, mengapa?
Dia bahkan belum sempat mengucapkan perpisahan atau sesederhana ucapan terima kasih.
Bunyi kencang dentuman pintu gudang yang ditutup menggema di seluas pekarangan rumah. Ghana masih mengingat betapa hancurnya dia saat itu—bahkan hingga sekarang. Semua orang tahu bahwa Ghana tak pernah mau turun ke sawah. Buruh tani dan pekerjanya yang baru mungkin mengira bahwa dia tak menyukai pekerjaan lapangan. Namun, mereka yang telah bekerja sejak ayah dan ibunya masih ada, tahu bahwa Ghana bersikap demikian karena dia tidaklah baik-baik saja.
Bahkan mengunjungi makam kedua orang tuanya saja dia belum pernah.
Dunianya telah berakhir.
Kalau orang-orang bilang bahwa akhir adalah awal yang baru untuk perjalanan berikutnya, mungkin ada benarnya. Namun, Ghana melangkah ke perjalanan yang baru itu bukan karena dia menemukan hal-hal baru dalam hidupnya, melainkan karena dia tak memiliki pilihan selain melanjutkan hidup.
Walau semua terasa menyiksa.