Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Waktu kecil, aku sering bertanya kenapa rumah kami sepi. Kenapa tak ada suara laki-laki yang memanggil dari ruang tamu. Kenapa hanya aku dan Ibu yang duduk di meja makan.
Tapi Ibu selalu menjawab, "Karena Allah tahu, kita saling cukup."
Dulu aku tak paham. Tapi kini, ketika aku tumbuh, aku mulai mengerti arti kesunyian yang penuh cinta.
Ibu tidak pernah berkata buruk tentang siapa pun. Bahkan tentang orang yang memilih pergi. Dia hanya bilang, "Setiap orang punya takdir. Tugas kita tetap menjadi orang baik, meski pernah disakiti."
Aku sering melihat Ibu tertidur di sajadah. Mukanya lelah, tapi damai. Ada air mata yang mengering di pipi, namun senyumnya tetap ada saat membangunkanku untuk sekolah.
Dulu aku kira, Ibu itu lemah. Tapi sekarang aku tahu, Dialah wanita paling kuat yang pernah kutemui.
Bukan karena tak pernah menangis, tapi karena tetap berdiri ... meski dunia kadang terlalu berat.
Dan malam ini, sebelum tidur, aku membisikkan satu doa, "Ya Allah ... bahagiakanlah Ibuku, seperti ia membahagiakanku. Bahkan ketika ia sendiri terluka."