Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Sisa Siang
0
Suka
6,835
Dibaca

Selepas menghadiri acara walimatus safar tetangga, Abah pulang dengan langkah tertekan. Derapnya lesu, bak penuh beban di pundak. Tak ada suara yang mengiringi. Mulutnya bahkan mengunci diri dari setiap sapa yang menghampiri.

Abah kembali ke rumah dengan wajah sendu. Ia lalu duduk di kursi rotan yang mulai reot, menatap lurus ke pohon mangga yang belum juga berbuah.

Kubawakan secangkir teh untuk menemaninya, dan menjadi jembatan percakapan. Tak mudah untuk memulai kata sebab dingin ini sudah bisa kuterka.

“Abah kenapa?” tanyaku, lirih.

Ia hanya menggeleng dan tersenyum. Tipis. Sarat gumpalan di dada. Terbias keinginan yang ingin dipahami tanpa perlu diucapkan.

Ya, aku paham makna dua garis bibir Abah itu. Senyum yang sering muncul tiap kali tetangga berbicara tentang haji, tentang anak-anak mereka yang sukses, tentang keberangkatan dan kepulangan dari Tanah Suci. Senyum yang tidak pernah benar-benar tuntas.

“Abah ingin ke Mekah juga?” Tanpa sadar, aku melafalkannya.

“Memangnya, siapa yang tidak mau?” jawab Abah satir, sambil mengalihkan pandangan. Kedua tangannya menarik ujung sarung. “Tapi itu untuk yang mampu,” tegasnya dengan nada terasa sedikit naik.

Kalimat itu pun menggantung lama di udara, menggema sumbang di dalam kepalaku. Mampu. Aku mengerti maksudnya. Lebih dari itu, aku tahu siapa yang sedang ia bebaskan dari tanggung jawab—aku.

Kujatuhkan wajah menghadap lantai yang retak. Aku bak ditampar balik oleh keputusanku berhenti kerja bulan lalu. Dulu, kupikir bahwa aku memilih jalan yang mulia: tinggal di rumah, merawat Abah yang mulai kesepian, menemaninya bicara, dan menyiapkan hidangan terbaik untuknya.

Sebaliknya, sekarang, di hadapan tatapan kosong Abah ke cakrawala jauh, aku merasa kecil. Keputusan yang kukira akan bermakna, menggantung seperti pakaian lembap di tali jemuran—berat, tak kering, tak juga berguna.

“Kalau kamu tetap kerja, mungkin Abah punya harapan buat daftar haji,” ujarnya, memecah bisu yang menyelimuti beberapa saat. Sebuah pernyataan tanpa menyalahkan, tetapi sesak bagi batin.

Hah! Aku tak sanggup menjawab. Angin berdesir lantang, memintaku tetap tunduk dan diam saja.

Hening menerpa sekali lagi. Waktu seakan beku. Tak ada sayup, tak ada gerak. Hanya bayang-bayang sesuatu yang perlahan menghilang. Entah harapan, entah aku sendiri.

Pada detik ini, aku sadar: mencintai seseorang tidak selalu berarti bisa membuatnya bahagia. Terkadang cinta justru datang dengan kekosongan yang sunyi—misalnya, duduk berdua tanpa kata, dengan angan yang tak bisa dijangkau dan keputusan yang mungkin tersasar.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Flash
Sisa Siang
Jasma Ryadi
Komik
a Hero
Nur.Suji
Flash
Bronze
Kolak Labu
AndikaP
Cerpen
Bronze
Cinta dan Lara
Ika nurpitasari
Novel
Clandestine
daydreambii27
Novel
Bronze
KELINDAN
Hilda KiandraAesha
Novel
Bronze
Di Ujung Senja Kau Sebut Namaku
Raida Hasan
Skrip Film
Absurd, Abstrak, dan Aling (Script)
KOJI
Skrip Film
Marry Rich Society: Sebuah Panduan Menikah Kaya di Abad 21
Marcel Rustandie
Flash
SI JOMBLO PUNYA SUARA
Mega Puji Indrawati
Flash
Bronze
Luka di Hari Pernikahan
Dewie Sudarsh
Skrip Film
Selingkuh
M Fadly Hasibuan
Flash
Jam Tangan
Sena N. A.
Flash
Bronze
Demi
Alfian N. Budiarto
Flash
BELI SEKARANG, Call / WA : 0811-7252-169 Distributor pupuk organik agros di Lampung Barat.
Jual Pupuk Organik
Rekomendasi
Flash
Sisa Siang
Jasma Ryadi
Flash
Sisa Rindu
Jasma Ryadi
Cerpen
Bronze
Giant's Heart
Jasma Ryadi
Cerpen
Bronze
Orang yang Sama
Jasma Ryadi
Flash
Gema yang Redup
Jasma Ryadi
Flash
Gerimis yang Percuma
Jasma Ryadi
Flash
Mawar yang Tak Menyadari Durinya
Jasma Ryadi
Cerpen
Bronze
Satu Kali Lagi
Jasma Ryadi
Flash
Bu, Mengapa Orang-Orang Mati?
Jasma Ryadi
Flash
Arisa
Jasma Ryadi
Flash
Museum Kenangan
Jasma Ryadi
Flash
Bulan ke-10
Jasma Ryadi
Cerpen
Bronze
Adam
Jasma Ryadi
Cerpen
Bronze
Dunia Tanpa Hukum
Jasma Ryadi
Flash
Diam yang Menghukum
Jasma Ryadi